Histerektomi Berisiko Sebabkan Perimenopause, Kenapa?
Halodoc, Jakarta - Pernah mendengar prosedur medis bernama histerektomi? Secara singkat, histerektomi merupakan tindakan medis untuk mengangkat rahim wanita. Lho, artinya wanita yang menjalani histerektomi tidak bisa hamil lagi, benar begitu? Ya, begitulah jawabannya.
Hal yang perlu digarisbawahi, banyak kondisi yang mengharuskan wanita menjalani histerektomi. Mau tak mau harus dilakukan, demi keselamatan dirinya. Histerektomi ini direkomendasikan dokter pada wanita yang mengidap penyakit tertentu, yang sudah menjalani serangkaian perawatan medis, tetapi kondisi tak kunjung membaik.
Contohnya, pada kasus kanker kewanitaan (serviks, rahim, atau ovarium), miom, radang panggul, menorrhagia, hingga endometriosis. Nah, menyoal histerektomi ini, ada yang mengatakan kalau tindakan tersebut bisa menyebabkan perimenopause lebih cepat. Benarkah?
Perimenopause sendiri merupakan periode transisi ketika wanita memasuki masa berakhirnya menstruasi (menopause). Di kondisi perimenopause, wanita akan mengalami berbagai gejala pada tubuhnya.
Kembali ke pertanyaan di atas, benarkah histerektomi bisa menyebabkan perimenopause?
Baca juga: Perlu Tahu, 5 Hal tentang Pengangkatan Rahim
Rahim Diangkat, Risiko Lebih Besar
Perimenopause dan menopause merupakan hal yang pasti dialami oleh setiap wanita. Perimenopause ini terjadi akibat kadar hormon estrogen dan progesteron yang turun seiring usia bertambah.
Hal yang perlu diingat, datangnya waktu perimenopause pada tiap wanita bisa berbeda-beda. Meski kondisi ini bisa terjadi pada usia 30–40, tetapi ada pula beberapa wanita yang mengalaminya lebih cepat. Kok bisa? Hal ini tentunya disebabkan oleh faktor-faktor yang membuat perimenopause datang lebih dini. Nah, salah satu faktornya histerektomi.
Histerektomi ini mengangkat rahim wanita. Pengangkatan rahim ini bisa meningkatkan risiko menopause dini. Apalagi bila kedua indung telur (ovarium) juga ikut diangkat, semakin besar risiko terjadinya menopause dini.
Andaikan hanya satu ovarium yang diangkat, ovarium yang tersisa mungkin akan berhenti bekerja lebih cepat dari yang diharapkan. Nah, kondisi inilah yang juga ujung-ujung bakal menyebabkan perimenopause dini hingga menopause.
Akan tetapi, perimenopause dini sebenarnya tak cuma disebabkan oleh histerektomi. Ada faktor lainnya yang turut memainkan peran, contohnya:
Baca juga: Usia Berapa Wanita Alami Perimenopause?
-
Kebiasaan merokok. Wanita yang merokok akan mengalami menopause 1–2 tahun lebih cepat, ketimbang mereka yang tidak merokok.
-
Keturunan. Wanita dengan riwayat keluarga menopause dini, berisiko mengalami hal serupa.
-
Pengobatan kanker. Pengobatan kanker lewat kemoterapi atau radiasi juga dikaitkan dengan menopause dini.
Lebih Siap Berhadapan dengan Perimenopause
Banyak wanita yang ketar-ketir hingga panik setengah mati ketika berhadapan dengan perimenopause. Alasannya simpel, perimenopause ini akan menyebabkan berbagai keluhan pada tubuhnya.
Mulai dari siklus menstruasi yang tidak teratur, hot flashes (sensasi gerah yang muncul mendadak), menurunnya gairah seksual, gangguan kognitif, pengeroposan tulang, hingga gangguan tidur. Banyak, bukan? Makanya, tak heran kalau wanita merasa khawatir ketika mesti berhadap dengan perimenopause.
Baca juga: Penyebab Wanita Alami Perimenopause
Ingat, kita tidak bisa melawan waktu, dengan kata lain, mau tak mau perimenopause akan tiba. Nah, meski rasa khawatir tidak bisa terhindarkan, tetapi setidaknya ada beberapa upaya yang bisa kita coba untuk mengatasi gejala-gejala perimenopause. Berikut ini tipsnya:
-
Rutin berolahraga.
-
Berhenti merokok.
-
Tidur yang cukup dan cobalah tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari.
-
Kurangi konsumsi alkohol.
-
Miliki berat badan yang sehat dan ideal.
-
Dapatkan kalsium yang cukup dalam menu harian.
-
Tanyakan pada dokter, perlu atau tidak mengonsumsi multivitamin.
-
Obat-obatan seperti obat pengganti hormon hingga antidepresan. Ingat, obat-obatan ini hanya diminum berdasarkan resep dan rekomendasi dokter.
Selain hal-hal di atas, andaikan dirimu mengalami dorongan seksual yang menurun, cobalah tanyakan kepada dokter. Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc.
Nantinya dokter mungkin dapat merekomendasikan konselor atau terapis untuk membantumu dan pasangan mengatasi masalah ini.
Nah, mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Tanyakan saja langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa kapan dan di mana saja mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!