Hipotensi Ortostatik Pertanda Penyakit Jantung, Benarkah?
Hipotensi ortostatik ringan biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit. Jika terjadi lama, hal itu bisa menjadi tanda adanya gangguan medis lain yang lebih dialami, seperti penyakit jantung. Apabila tidak segera ditangani, maka bisa memicu munculnya kondisi lain, seperti stroke dan gagal jantung.
Mereka yang mengalami hipotensi ortostatik berisiko 54 persen berpotensi mengalami gagal jantung dibanding orang-orang yang tidak memiliki tekanan darah rendah saat berdiri. Sedangkan pada orang dengan hipertensi risikonya cenderung berkurang menjadi 34 persen.
Hubungan antara hipotensi ortostatik dan gagal jantung terlihat jelas di antara orang yang berusia 45-55 tahun. Orang dengan hipotensi ortostatik yang juga memiliki hipertensi harus mengambil langkah mengontrol tekanan darah, dan memastikan kondisi jantung mereka dalam keadaan sehat.
Baca juga: Harus Waspada, Kenali 3 Penyebab Hipotensi Ortostatik
Penyakit Lain Akibat Hipotensi Ortostatik
Selain penyakit jantung, beberapa penyakit lain pun sebenarnya dapat diidap oleh orang yang terlalu sering mengalami hipotensi ortostatik, yaitu:
- Penyakit kardiovaskular. Penyakit yang termasuk di dalamnya yaitu gagal jantung atau gangguan detak jantung yang bisa membawa ciri-ciri atau gejala hipotensi ortostatik bagi para pengidapnya.
- Penyakit stroke. Keadaan hipotensi ortostatik yang biasanya disebabkan oleh tekanan darah rendah bisa mengakibatkan seseorang menjadi stroke, karena kurangnya pasokan darah ke otak.
Baca juga: Jangan remehkan Sakit Kepala saat Hamil
Saat seseorang beranjak dari duduk atau berbaring, maka darah dengan sendirinya akan mengalir ke kaki. Hal ini akan mengurangi sirkulasi darah ke jantung dan menyebabkan penurunan tekanan darah. Normalnya tubuh memiliki respons alami dalam menangani kondisi ini. Namun, pada pengidap hipotensi ortostatik, respons alami tubuh, terhadap menurunnya tekanan darah yang menimbulkan hipotensi ortostatik, yaitu:
- Ketidaknormalan fungsi jantung, seperti bradikardia, penyakit jantung koroner, atau gagal jantung.
- Gangguan kelenjar endokrin, seperti penyakit Addison atau hipoglikemia.
- Dehidrasi, misalnya akibat kurang minum air putih, demam, muntah, diare, dan berkeringat yang berlebihan.
- Gangguan sistem saraf, seperti penyakit parkinson atau multiple system atrophy.
- Setelah makan. Kondisi ini bisa terjadi pada pengidap lanjut usia.
- Penggunaan obat, seperti ACE inhibitors, angiotensin receptor blockers (ARB), dan penghambat beta.
Baca juga: Bisa Fatal, Ketahui 2 Komplikasi Hipotensi Ortostatik
Tekanan darah rendah pada individu yang sehat tanpa gejala atau tanda kerusakan organ, tidak memerlukan kerusakan organ, tidak memerlukan pengobatan apapun. Semua orang yang mengalami gejala atau komplikasi dari tekanan darah rendah harus mendapatkan perawatan dokter.
Dokter akan mencari tahu penyebab tekanan darah rendah tersebut dan memberikan pengobatan yang sesuai. Apabila tekanan darah rendah terjadi karena konsumsi obat anti-hipertensi secara rutin segeralah komunikasikan pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Jangan menghentikan atau mengatur sendiri dosis obat anti-hipertensi yang sedang dikonsumsi tanpa sepengetahuan dokter. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat diterima dengan praktis dengan cara download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan