Hati-Hati, Ketahui Efusi Pleura Janin saat Kehamilan

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   12 Januari 2019
Hati-Hati, Ketahui Efusi Pleura Janin saat KehamilanHati-Hati, Ketahui Efusi Pleura Janin saat Kehamilan

Halodoc, Jakarta – Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang tidak normal di rongga dada. Volume cairan yang meningkat dapat membatasi perkembangan paru-paru dan mengganggu fungsi jantung. Penyebab efusi pleura termasuk kelainan kromosom, kondisi jantung, masalah paru-paru, ataupun drainase limfa yang abnormal.

Efusi pleura biasanya terdeteksi selama USG prenatal rutin, di mana pengumpulan cairan abnormal dapat dilihat di dada bayi. Tim dokter bisa memantau dan mengevaluasi tingkat keparahan pengumpulan cairan untuk menentukan apakah bayi dalam bahaya atau tidak.

Selain ultrasonografi, pemeriksaan juga dilakukan dengan menggunakan ekokardiogram. Ultrasonografi dilakukan untuk memahami bagaimana jantung janin berfungsi. Pengambilan sampel cairan ketuban melalui amniosentesis juga dilakukan untuk mencari kelainan kromosom.

Baca juga: Mengenali Gejala Efusi Pleura

Dalam kasus lain, efusi pleura  tidak terdiagnosis sampai setelah bayi lahir dan mulai menunjukkan gejala, meliputi:

  1. Sesak napas

  2. Napas cepat

  3. Kesulitan makan

  4. Demam

  5. Batuk

Saat memeriksa bayi, dokter pertama-tama akan mendengarkan paru-paru bayi menggunakan stetoskop. Jika dokter berpikir bayi kemungkinan memiliki cairan di paru-paru atau menunjukkan gejala efusi pleura, tes dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Tes umum, meliputi:

  1. Rontgen dada

  2. Computerized tomography (CT scan)

  3. Ultrasonografi

Baca juga: Apakah Efusi Pleura Bisa Disembuhkan?

Penanganan Efusi Pleura Janin

Sebagian besar kasus efusi pleura tidak memerlukan perawatan janin, di mana dalam beberapa situasi, cairan mungkin menghilang secara spontan. Jika cairan menyebabkan masalah parah dengan perkembangan jantung atau paru-paru, maka intervensi janin untuk mengeringkan cairan dapat dilakukan.

Caranya dengan memasukkan sebuah tabung kecil melalui rahim ibu ke paru-paru janin untuk mengalirkan cairan dari rongga dada. Satu ujung tabung ditempatkan di rongga dada, sedangkan ujung lainnya menjorok ke dalam rongga amniotik. Dengan mengeluarkan cairan, paru-paru dan jantung memiliki ruang untuk berkembang. Dengan melakukan ini, bayi bisa dilahirkan dengan cara normal.

Segera setelah melahirkan, dokter akan memeriksa kondisi bayi memulai perawatan seperlunya untuk mengeringkan kelebihan cairan yang tersisa. Kondisi bayi akan distabilkan di NICU (ruang perawatan intensif) untuk menilai sepenuhnya fungsi jantung dan paru-parunya. Sampel cairan juga akan diperoleh untuk membantu menentukan penyebab efusi pleura.

Sebagian besar kasus efusi pleura janin tidak menyebabkan bahaya seiring perkembangan usia anak. Umumnya, anak-anak dapat terus tumbuh dengan fungsi paru normal. Dalam kasus lain, perawatan bedah yang lebih luas mungkin diperlukan untuk memperbaiki penyebab yang mendasarinya. Tujuannya untuk memperbaiki kerusakan pada paru-paru.

Baca juga: Penumpukan Cairan di Paru-Paru Bisa Sebabkan Efusi Pleura

Perlu diketahui paru-paru bayi tidak berfungsi dengan cara yang sama di dalam rahim, seperti di luar rahim. Sebelum lahir, paru-paru bayi diisi dengan cairan ketuban. Gunanya untuk melatih pernapasan menjelang akhir kehamilan dengan menghirup dan mengeluarkan cairan ketuban secara berkala.

Di antara minggu ke-24 dan ke-28 kehamilan, surfaktan diproduksi dalam cairan ketuban. Surfaktan melapisi bagian dalam paru-paru dan membuat alveoli atau kantong udara tetap terbuka. Tanpa surfaktan yang cukup, paru-paru akan runtuh. Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, lebih banyak surfaktan diproduksi. Itu sebabnya semakin tua masa kehamilan, maka semakin baik bagi bayi untuk bisa bernapas di luar rahim.

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai efusi pleura dan dampaknya pada perkembangan janin, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untuk orangtua. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, orangtua bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.