Harus Waspada, Kenali 3 Penyebab Hipotensi Ortostatik
Halodoc, Jakarta – Hipotensi ortostatik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan tekanan darah ketika seseorang berdiri. Ketika seseorang berdiri dari duduk atau berbaring, tubuh harus bekerja untuk menyesuaikan diri dengan perubahan posisi itu.
Sangat penting bagi tubuh untuk mendorong darah ke atas dan memasok oksigen ke otak. Jika tubuh gagal melakukan ini dengan memadai, tekanan darah turun, dan seseorang mungkin merasa pusing atau bahkan pingsan.
Baca juga: Bisa Fatal, Ketahui 2 Komplikasi Hipotensi
Pasokan darah yang cukup ke organ tubuh tergantung pada tiga faktor, yaitu :
-
Hati yang cukup kuat untuk dipompa
-
Arteri dan vena yang bisa mengerut atau meremas
-
Cukup darah dan cairan di dalam pembuluh.
Ketika tubuh berubah posisi, berbagai tindakan terjadi yang melibatkan semua bagian sistem kardiovaskular serta sistem saraf otonom yang membantu mengatur fungsinya.
Hipotensi ortostatik memiliki banyak penyebab potensial, beberapa memengaruhi hanya satu bagian dari sistem yang memasok darah ke otak, dan yang lain memengaruhi dua atau tiga.
Kehilangan Cairan di dalam Pembuluh Darah
Ini adalah alasan paling umum untuk mengembangkan gejala hipotensi ortostatik. Cairan tersebut bisa berupa air atau darah tergantung pada penyebabnya. Dehidrasi terjadi ketika asupan cairan tidak sesuai dengan jumlah cairan yang hilang oleh tubuh. Muntah, diare, demam, dan penyakit terkait panas (misalnya, kelelahan akibat panas atau stroke akibat panas) adalah alasan umum seseorang kehilangan banyak cairan.
Diuretik atau pil air yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah tinggi juga merupakan penyebab lain berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh.
Kehilangan Darah
Penyebab anemia lainnya bisa menurunkan jumlah sel darah merah yang membawa oksigen dalam aliran darah, di mana ini dapat menyebabkan gejala hipotensi ortostatik. Pendarahan mungkin timbul dari satu peristiwa besar atau dapat terjadi secara perlahan selama periode waktu tertentu. Dengan perdarahan lambat, tubuh mungkin bisa mengimbangi, dan mengganti volume sel darah merah yang hilang dengan air dalam aliran darah.
Namun, setelah beberapa saat kehilangan kapasitas pengangkutan oksigen, darah akan menyebabkan gejala untuk berkembang. Selain sakit kepala ringan, mungkin ada kelemahan, sesak napas, ataupun nyeri dada.
Baca juga: 4 Panduan Aman Puasa untuk Pengidap Darah Rendah
Obat-Obatan yang Menyebabkan Hipotensi Ortostatik
Obat-obat penghambat beta seperti metoprolol (Inderal) memblokir reseptor beta-adrenergik dalam tubuh, mencegah jantung dari mempercepat, mencegah jantung berkontraksi secara paksa, dan melebarkan pembuluh darah. Ketiga efek ini memengaruhi kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap perubahan posisi. Selain tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, obat-obatan ini juga digunakan untuk mengendalikan sakit kepala dan pencegahan kecemasan.
Baca juga: Bisakah Orang yang Terkena Hipotensi Mendonorkan Darah?
Obat-obatan lain yang digunakan untuk kontrol tekanan darah tinggi dapat menjadi potensi penyebab hipotensi ortostatik, bahkan jika diminum sesuai resep. Hipotensi ortostatik adalah efek samping dari banyak obat-obatan psikiatrik, termasuk antidepresan trisiklik [amitriptyline (Endep, Elavil), nortriptyline (Pamelor, Aventyl), fenotiazin (Thorazine, Mellaril, Compazine), dan inhibitor MAO (Nardil, Parnate).
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai penyebab hipotensi ortostatik, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Talk to a Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.