Harus Tahu, Ini 3 Langkah Penanganan Sindrom Klinefelter

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   12 Februari 2019
Harus Tahu, Ini 3 Langkah Penanganan Sindrom KlinefelterHarus Tahu, Ini 3 Langkah Penanganan Sindrom Klinefelter

Halodoc, Jakarta - Jika kamu seorang laki-laki yang memiliki tinggi badan di atas rata-rata, punya kelemahan pada otot, dan rambut tubuh yang tumbuh minimal, kondisi-kondisi tersebut menandakan kalau kamu mengidap sindrom klinefelter. Kamu harus tahu, beberapa langkah penanganan jika kamu mengidap sindrom klinefelter!

Baca juga: Apakah Penderita Sindrom Klinefelter Bisa Menghasilkan Sperma Subur?

Apa yang Dimaksud dengan Sindrom Klinefelter?

Sindrom ini merupakan kelainan pada kromosom seks yang paling sering terjadi. Kondisi ini adalah kelainan bawaan pada pria yang dapat memengaruhi perkembangan fisik, serta intelektual dalam bersikap. Sindrom klinefelter disebabkan oleh adanya kromosom X tambahan pada laki-laki (47, XXY).

Pada laki-laki normal, mereka memiliki kromosom seks berupa XY. Seorang pria yang mengidap sindrom klinefelter akan mengalami kegagalan perkembangan Mr P akibat hipogonadisme dan gangguan spermatogenesis. Akibat dari penggandaan kromosom X ini, laki-laki yang mengidap sindrom klinefelter akan memiliki beberapa karakteristik perempuan.

Baca juga: Apakah Pengidap Sindrom Klinefelter Akan Mengalami Kemandulan?

Apa Gejala yang Akan Timbul Jika Pria Mengidap Sindrom Klinefelter?

Gejala yang timbul akan berbeda-beda, tergantung dari umur. Beberapa gejala yang akan timbul, meliputi:

  • Pada bayi. Bayi yang dilahirkan dengan sindrom klinefelter akan memiliki gejala seperti lambat untuk duduk, berjalan, dan merangkak, pasif dan pendiam, lambat berbicara dibandingkan dengan bayi normal lainnya. Alat kelamin bayi yang mengidap sindrom ini juga terlihat tidak turun ke kantung zakar, dan menetap di rongga perut.

  • Pada remaja. Ketika remaja memasuki masa pubertas, alat kelamin pengidap kondisi ini tidak tumbuh membesar secara normal. Akibat ukurannya akan menjadi lebih kecil, produksi hormon testosteron menjadi kurang, dan perkembangan seksual masa pubertas menjadi terhambat. Kondisi ini dapat menyebabkan massa otot tubuh menjadi rendah, sehingga tubuh menjadi lembek. Kondisi ini juga mengakibatkan Mr P berukuran kecil, tidak banyak memiliki rambut di tubuh, dan kurangnya kalsium pada tulang.

  • Pada orang dewasa. Gejala yang timbul pada orang dewasa sama seperti gejala pada masa remaja. Pada orang dewasa, selain ukuran Mr P yang kecil, dorongan untuk berhubungan intim juga rendah. Bahkan, pengidap kondisi ini biasanya sulit untuk memiliki keturunan akibat minimnya produksi sperma. Kondisi ini tentunya akan mengakibatkan depresi dan gangguan kecemasan.

Beberapa gejala di atas bisa menimbulkan rasa kurang percaya diri, sehingga pengidap mungkin akan kesulitan mengekspresikan perasaan dan bersosialisasi. Selain itu, gejala juga akan menimbulkan kondisi yang dapat mengganggu kemampuan belajar dan konsentrasi pada pelajaran di sekolah.

Apa Langkah Penanganan Sindrom Klinefelter yang Harus Dilakukan?

Langkah-langkah yang biasanya diambil dalam penanganan sindrom ini, antara lain:

  1. Terapi obat pengganti hormon testosteron. Terapi ini biasanya dianjurkan oleh dokter untuk membantu menormalkan perkembangan saat pubertas, seperti pertumbuhan rambut pada tubuh, massa otot, serta suara pada saat laki-laki sedang pubertas.

  2. Pengobatan infertilitas dilakukan untuk mengatasi sulitnya pasangan suami istri dalam memiliki keturunan. Pengobatan ini biasanya dilakukan melalui tindakan operasi, obat-obatan, hingga pemanfaatan teknologi untuk reproduksi seperti bayi tabung.

  3. Operasi untuk membuang kelebihan jaringan pada payudara.

Langkah penanganan pada pengidap sindrom ini bertujuan untuk mencegah atau mengobati banyak gejala. Salah satunya adalah menurunkan risiko patah tulang dan meningkatkan kepadatan tulang. Namun perlu diingat, metode yang digunakan untuk penanganan sindrom sindrom klinefelter tidak dapat membantu pertumbuhan Mr P dan memulihkan kemandulan.

Baca juga: Ibu Hamil di Usia Tua, Bayinya Lebih Mudah Terserang Sindrom Klinefelter?

Jika kamu punya pertanyaan seputar masalah kesehatan, Halodoc bisa jadi solusinya! Kamu bisa diskusi langsung dengan dokter ahli melalui Chat atau Voice/Video Call. Enggak hanya itu, kamu juga bisa membeli obat yang sedang kamu butuhkan. Tanpa perlu repot, pesanan kamu akan diantar ke tempat tujuan dalam waktu satu jam. Yuk, download aplikasinya di Google Play atau App Store!