Beda dengan Anak-Anak, Ini Gejala Demam Mononukleosis pada Orang Dewasa
Halodoc, Jakarta - Demam mononukleosis atau juga disebut infectious mononucleosis adalah sekelompok gejala yang disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr (EBV). Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Hanya saja, ada perbedaan pada gejala yang muncul. Pada anak-anak, gejala demam mononukleosis dapat sangat ringan, bahkan tidak terlihat bergejala. Lalu, bagaimana dengan gejala pada orang dewasa?
Gejala demam mononukleosis pada orang dewasa cenderung lebih terlihat, ditandai dengan demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan ketiak, dan sakit tenggorokan. Gejala-gejala biasanya akan mulai timbul sekitar 4 hingga 6 minggu setelah terinfeksi virus, dan dapat berlangsung selama 1 hingga 2 bulan. Selain gejala-gejala yang disebutkan tadi, pengidap demam mononukleosis juga biasanya akan mengalami gejala lainnya, seperti:
-
Sakit kepala.
-
Kelelahan.
-
Kelemahan otot.
-
Pembengkakan amandel.
-
Banyak berkeringat pada malam hari
Baca juga: Bukan Penyakit Serius, Mononukleosis Bisa Timbulkan Komplikasi
Pada tingkat yang ringan, gejala mononukleosis cukup sulit dibedakan dari penyakit akibat virus lain, seperti flu. Namun, jika kamu mengalami gejala seperti yang telah dijabarkan tadi, dan tidak membaik setelah 1 atau 2 minggu, pemeriksaan medis perlu dilakukan segera. Pemeriksaan dilakukan untuk menghindari komplikasi yang mungkin ditimbulkan.
Kerap Dijuluki ‘The Kissing Disease’
EBV, sebagai virus penyebab mononukleosis, dapat menyebar atau menular melalui kontak langsung dengan air liur orang yang telah terinfeksi. Itulah sebabnya penyakit ini kerap dijuluki ‘the kissing disease’, lantaran salah satu bentuk kontak dengan air liur dapat terjadi ketika berciuman. Meski penyebaran melalui air liur juga dapat terjadi melalui batuk, bersin, atau berbagi makanan dengan pengidap mononukleosis.
Baca juga: Hati-Hati, 5 Penyakit Ini Bisa Ditularkan Melalui Ciuman
Selain melalui air liur, penularan virus penyebab mononukleosis juga dapat terjadi melalui cairan tubuh lainnya seperti darah, hubungan intim, atau transplantasi organ. Risiko tertular penyakit ini pun dapat meningkat jika seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah, seperti pengidap HIV.
Langkah Penanganan yang Dapat Dilakukan
Hingga saat ini, belum ada pengobatan khusus untuk mengatasi mononukleosis. Penanganan medis yang dilakukan untuk kasus yang sudah parah biasanya berfokus pada peringanan gejala semata. Sementara itu, pada kasus yang ringan, kondisi biasanya dapat membaik dalam 1 sampai 2 bulan, dengan melakukan perawatan rumahan, seperti:
-
Perbanyak istirahat.
-
Jaga tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih yang cukup.
-
Jaga tubuh tetap hangat, seperti misalnya mengonsumsi makanan dan minuman hangat.
-
Minum obat pereda nyeri seperti acetaminophen, untuk mengurangi demam dan sakit kepala yang dialami.
-
Hubungi dokter jika gejala memburuk atau mengalami sakit perut yang hebat.
Baca juga: Langsung Minum Obat Saat Demam, Bolehkah?
Itulah sedikit penjelasan tentang mononukleosis, gejala, penyebab, dan langkah penanganan yang dapat dilakukan. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter di aplikasi Halodoc, lewat fitur Contact Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan