Gangguan Autoimun Dapat Sebabkan Sarkoidosis
Halodoc, Jakarta - Sarkoidosis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada organ tubuh. Kondisi ini terjadi ketika sel-sel inflamasi tumbuh pada organ tubuh, paling umum paru-paru (disebut sarkoidosis paru), kelenjar getah bening, mata, dan kulit. Sebagian besar kasus sarkoidosis sembuh dengan sendirinya. Apabila tak kunjung sembuh, mengobati gejalanya membantu meningkatkan fungsi paru-paru dan organ lainnya.
Bagaimana Gangguan Autoimun Menyebabkan Sarkoidosis?
Sarkoidosis terjadi sebagai respons sistem imun dalam menangkal zat yang tidak diketahui, kemungkinan besar dihirup dari udara. Ketika zat berbahaya memasuki tubuh, sistem imun mengirim sel ke organ tertentu untuk membantu menghancurkan zat tersebut. Proses ini menyebabkan peradangan pada tubuh. Setelah zat berbahaya dihancurkan, sel-sel kekebalan dan peradangan hilang. Namun saat kamu mengidap sarkoidosis, peradangan tetap ada karena beberapa sel berkumpul dan membentuk benjolan di dalam organ tubuh.
Baca Juga: Gejala Sarkoidosis yang Sering Diabaikan
Apa Saja Tanda dan Gejala Sarkoidosis?
Gejala sarkoidosis dapat berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu atau muncul secara mendadak. Bahkan pada kasus yang lain, pengidap tidak menyadari gejala sarkoidosis. Alasannya karena gejala sarkoidosis berbeda, tergantung pada organ tubuh yang terinfeksi. Ketika sarkoidosis muncul di organ selain paru-paru, gejalanya berupa:
-
Ruam bersisik.
-
Benjolan merah pada kaki.
-
Demam.
-
Sakit mata.
-
Pergelangan kaki membengkak.
-
Kelelahan.
-
Pembengkakan kelenjar getah bening.
-
Penurunan berat badan.
Ketika sarkoidosis muncul di paru-paru, gejalanya berupa:
-
Batuk kering yang persisten.
-
Sesak napas.
-
Desah.
-
Nyeri dada ringan.
Baca Juga: Ini Faktor yang Meningkatkan Risiko Orang Kena Sarkoidosis
Sarkoidosis dapat terjadi pada siapa saja. Namun, berikut faktor yang dapat meningkatkan risiko sarkoidosis:
-
Umur dan jenis kelamin. Sarkoidosis sering terjadi pada orang berusia 20-60 tahun. Wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini.
-
Ras. Orang keturunan Afrika dan Eropa Utara memiliki risiko sarkoidosis yang lebih tinggi.
-
Riwayat keluarga. Jika seseorang dalam keluarga pernah mengidap sarkoidosis, kemungkinan besar kamu berisiko mengidap penyakit ini.
Bagaimana Cara Mengobati Sarkoidosis?
Dokter mengembangkan rencana perawatan berdasarkan gejala yang dialami, organ yang terinfeksi, dan seberapa baik organ berfungsi. Jika organ-organ seperti mata, jantung, atau otak sudah terinfeksi, dianjurkan perawatan lebih lanjut. Jika sarkoidosis tidak sembuh dengan sendirinya, berikut obat-obatan yang bisa mengurangi gejala:
-
Kortikosteroid biasanya obat pertama yang diresepkan. Obat antiinflamasi ini dapat diaplikasikan langsung ke area kulit yang terinfeksi (dalam bentuk krim), diminum dalam bentuk pil, dihirup, atau diberikan melalui pembuluh intravena.
-
Obat anti-malaria dikonsumsi untuk membantu mengobati penyakit kulit, masalah sistem saraf, dan peningkatan kadar kalsium darah.
-
Penghambat tumor necrosis factor-alpha (TNF-alpha) dapat dikonsumsi jika pengobatan lain tidak berhasil.
Baca Juga: Alasan Sarkoidosis Lebih Sering Dialami Wanita Dibanding Pria
Jika paru-paru atau hati sudah terlampau rusak parah oleh sarkoidosis, dokter mungkin tidak memiliki pilihan selain merekomendasikan transplantasi organ. Apabila kamu memiliki pertanyaan lain seputar sarkoidosis, tanya dokter Halodoc melalui fitur Contact Doctor yang ada di Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan