Faktanya, Stroke Bisa Sebabkan Gangguan Memori
Halodoc, Jakarta – Kehilangan memori adalah gejala umum dari stroke. Tingkat kehilangan ataupun gangguan ingatan ini dapat bergantung usia, tingkat keparahan stroke, di area mana stroke terjadi, bahkan dukungan sosial yang dimiliki orang yang terkena stroke tersebut.
Defisit memori setelah stroke dapat bervariasi. Kehilangan ingatan dapat berbentuk aphasia, tiba-tiba lupa kata-kata dan kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi secara verbal, melupakan cerita atau percakapan, atau tidak mampu mengenali wajah atau rute yang sebelumnya dikenal. Informasi selengkapnya bisa dibaca di bawah ini!
Bentuk-Bentuk Gangguan Ingatan Pengidap Stroke
Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh American Stroke Association, disebutkan kalau sebenarnya setiap orang mengalami kehilangan ingatan dari waktu ke waktu. Seiring bertambahnya usia, ingatan kita mungkin menjadi lebih kabur, tetapi ketika kehilangan ingatan mengganggu fungsi normal. Kondisi itu disebut demensia.
Baca juga: Apa Saja Penyebab Stroke? Ini Jawabannya
Kehilangan memori lebih sering terjadi pada pengidap stroke lansia. Jenis gangguan memori pada pengidap stroke bisa dalam bentuk:
- Verbal: memori nama, cerita, dan informasi yang berkaitan dengan bahasa.
- Visual: memori bentuk, wajah, rute dan hal-hal yang terlihat.
- Informasi: ingatan akan informasi dan keterampilan atau kesulitan mempelajari hal-hal baru.
- Demensia vaskular: suatu kondisi pasca stroke umum yang melibatkan hilangnya kemampuan berpikir.
- Kebingungan atau bermasalah dengan memori jangka pendek.
- Kesulitan mengikuti instruksi.
Tidak ada obat yang diketahui dapat membantu memulihkan kehilangan ingatan setelah stroke. Faktanya, obat-obatan tertentu sebenarnya dapat membuat kehilangan ingatan lebih buruk. Aktif di kegiatan, mengikuti terapi, dan rehabilitasi dapat membantu memulihkan ingatan setelah stroke.
Informasi selengkapnya mengenai dampak stroke terhadap gangguan memori bisa ditanyakan langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah.
Melatih Otak setelah Stroke
Memori dapat meningkat seiring waktu, baik secara spontan maupun melalui rehabilitasi, tetapi gejalanya dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Teknik pelatihan otak dirancang untuk meningkatkan daya pikir dan daya ingat setelah stroke.
Baca juga: Bisakah Orang dengan Stroke Sembuh Total?
Jenis latihan ini dapat membantu meningkatkan kewaspadaan dan perhatian, tetapi tidak ada bukti ilmiah bahwa terapi tersebut dapat meningkatkan kemampuan kamu untuk melakukan tugas sehari-hari.
Permainan catur dapat membantu mendapatkan kembali ingatan. Membiasakan diri untuk terorganisir juga membantu memulihkan ingatan. Misalnya, meletakkan pakaian untuk pagi hari di tempat tidur, dan menyikat gigi sesudah makan. Rutinitas dapat membantu pengidap stroke memulihkan ingatannya dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang sudah terjadwal.
Ketika mendapatkan informasi baru, ulangi untuk diri sendiri beberapa kali. Jangan takut untuk mengulangi kembali, dengan kata-kata sendiri apa yang semestinya dikatakan untuk memastikan kamu memahaminya dengan benar.
Tetap senantiasa aktif juga membantu memulihkan ingatan. Sebuah studi dalam jurnal Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, mendokumentasikan dampak latihan terhadap 40 pengidap stroke kronis. Para peneliti menemukan bahwa mereka yang aktif berolahraga sebagai bagian dari pemulihan kesehatan menunjukkan peningkatan signifikan dalam memori, fungsi kognitif, dan pemulihan stroke secara keseluruhan.
The Journal of Nutrition, Health & Aging mencatat makanan dapat memengaruhi kesehatan otak dan skor memori verbal yang lebih baik. Mengonsumsi sayur, buah, dan makan tinggi omega-3 baik untuk pemulihan pasca stroke.
Perbanyak makanan yang kaya anak nabati terutama sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, beri, dan biji-bijian. Batasi produk hewani dan makanan yang sumber lemak jenuh tinggi, seperti makanan manis, gorengan, mentega, keju, dan daging merah.