Fakta Plasenta Akreta, Penyebab Plasenta Tidak Terlepas Setelah Persalinan
Halodoc, Jakarta – Plasenta akreta adalah masalah kehamilan serius yang bisa membahayakan nyawa. Kondisi ini menyebabkan ari-ari dan bagian lain dari plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim. Pada kondisi normal, plasenta terlepas dari dinding rahim setelah proses persalinan. Pada pengidap plasenta akreta, sebagian atau seluruh plasenta melekat pada dinding rahim. Akibatnya, wanita hamil yang mengidap plasenta akreta rentan mengalami perdarahan setelah persalinan.
Penyebab Plasenta Akreta Belum Diketahui Secara Pasti
Meski begitu, kondisi ini diduga berkaitan dengan tingginya kadar protein yang dihasilkan janin (alpha-fetoprotein/AFP) dan bisa dideteksi melalui darah wanita hamil. Penyebab lainnya adalah kondisi lapisan rahim yang abnormal, seperti jaringan parut setelah operasi caesar atau di rahim. Berikut faktor yang membuat wanita hamil rentan mengalami plasenta akreta:
-
Posisi plasenta berada di bawah rahim saat hamil. Posisi normal plasenta di puncak rahim.
-
Mengidap plasenta previa, kondisi plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.
-
Memiliki kondisi rahim abnormal, seperti miom.
Plasenta Akreta Umumnya Terdeteksi Saat Pemeriksaan USG
Plasenta akreta jarang menimbulkan gejala. Kebanyakan kasus terdeteksi saat pemeriksaan USG kehamilan maupun saat persalinan berlangsung. Pada kasus tertentu, plasenta akreta ditandai dengan perdarahan Miss V di trimester ketiga, sekitar minggu ke-28 hingga ke-40 kehamilan. Tingkat keparahannya tergantung pada perlekatan plasenta di dinding rahim. Kasus yang sering terjadi adalah plasenta tumbuh terlalu dalam di dinding rahim, sementara kondisi yang parah terjadi saat plasenta menembus ke otot rahim (plasenta inkreta) hingga melekat pada organ lain, seperti kandung kemih (plasenta perkreta).
Plasenta Akreta Perlu Segera Mendapatkan Penanganan Medis
Setelah potensi plasenta akreta ditemukan saat USG, dokter kandungan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan posisi pertumbuhan plasenta dalam rahim. Pemeriksaan lanjutan (seperti MRI) mungkin dibutuhkan untuk mengetahui lokasi ukuran plasenta. Setelah diagnosis ditetapkan, dokter memantau perkembangan kehamilan dan merencanakan waktu persalinan.
Kebanyakan pengidap plasenta akreta menjalani persalinan caesar atas kesepakatan bersama. Jika terjadi perdarahan di trimester ketiga, pengidap plasenta akreta perlu beristirahat total dan menjalani perawatan medis di rumah sakit.
Operasi caesar dengan memisahkan plasenta di dinding rahim berisiko menyebabkan perdarahan hebat yang membahayakan nyawa. Solusi yang bisa dilakukan adalah operasi caesar dengan histerektomi (operasi pengangkatan rahim). Tujuannya mencegah kehilangan banyak darah akibat proses pemisahan plasenta dari dinding rahim. Meskipun begitu, pengidap masih bisa memiliki anak kembali dengan mempertahankan keberadaan rahim saat operasi caesar asalkan kondisi plasenta akreta belum terlalu parah.
Komplikasi rentan terjadi saat operasi masih menyisakan sebagian besar plasenta, seperti infeksi, perdarahan, emboli paru, dan kerusakan organ. Komplikasi bisa terjadi pada kehamilan berikutnya, seperti keguguran, kelahiran prematur, dan plasenta akreta terjadi kembali. Selain itu, operasi caesar dengan histerektomi juga menimbulkan komplikasi berupa infeksi luka operasi, reaksi alergi terhadap obat bius, dan terbentuknya gumpalan darah.
Itulah hal yang perlu diketahui tentang plasenta akreta. Kalau kamu punya pertanyaan seputar kehamilan, tanya dokter Halodoc untuk mendapat jawaban terpercaya. Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk bicara pada psikolog Halodoc via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!
Baca Juga: