Diet Lektin: Diet Aman Bagi Pemilik Perut Sensitif
Halodoc, Jakarta - Menurut sebuah penelitian pada tahun 2014, Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat obesitas cukup tinggi dan menempati urutan ke-10 dunia. Data Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) menambahkan di tahun 2016 , angka penduduk dengan usia 18 tahun ke atas yang menderita obesitas sebesar 20,7 persen dari total jumlah penduduk. Salah satu pemicu kondisi ini adalah kebiasaan masyarakat Indonesia yang gemar minum minuman manis yang banyak dijual di pasaran dan mudah untuk didapat.
Oleh karena itu, kini masyarakat Indonesia telah mengenal banyak metode diet lektin untuk menghilangkan berat badan. Sayangnya tidak semua orang cocok dengan metode diet tersebut. Ada orang yang mengalami gangguan pencernaan akibat telat makan atau berubahnya kebiasaan pola makan tersebut. Untuk kamu yang merasa memiliki perut sensitif dan sulit menyesuaikan dengan metode diet, kamu dapat mencoba cara diet lektin yang dipercaya cocok untuk mereka yang memiliki perut sensitif.
Apa itu Diet Lektin?
Lektin adalah protein dalam tumbuhan yang menyebabkan peradangan dan peningkatan berat badan. Steven Gundry, seorang ahli bedah jantung asal California Selatan mengatakan dalam bukunya yang berjudul The Plant Paradox, makanan yang memiliki kandungan lektin adalah musuh terbesar dalam upaya penurunan berat badan. Alasannya, lektin dapat mengikat gula atau disebut juga sebagai antinutrisi, yang membuat tubuh sulit untuk menyerap nutrisi.
Menurut Steven, mengonsumsi makanan berlektin menimbulkan respon seperti peradangan. Lektin bekerja dengan cara mengikat reseptor pada permukaan setiap sel yang melapisi usus, yang akibatnya lektin mampu memecah penghalang usus. Jika hal ini terjadi, maka tubuh mengenali lektin ini sebagai benda asing oleh sistem kekebalan tubuh dan mengakibatkan peradangan. Hal ini memicu berat badan bertambah karena peradangan yang terjadi meningkatkan penyimpanan lemak di dalam perut. Lemak tersebut digunakan sebagai bahan bakar untuk sistem kekebalan tubuh melawan benda asing. Jika hal ini terus dibiarkan dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang serius seperti usus bocor dan sindrom iritasi usus.
Metode diet lektin menitikberatkan agar kamu menghindari makanan yang memiliki kandungan lektin seperti dalam kacang merah, kedelai, gandum, kacang-kacangan, tomat, dan kentang. Sebaliknya, diet lektin menyarankan kamu untuk mengonsumsi makanan rendah lektin seperti kembang kol, brokoli, asparagus, jamur, millet, dan ikan yang ditangkap liar.
Apa yang Terjadi Pada Tubuh Saat Melakukan Diet Lektin
Cara diet lektin terlihat sederhana, tapi mereka yang menjalaninya akan merasakan efek seperti penurunan berat badan meski banyak mengonsumsi kalori, karena kalori tersebut tidak disimpan menjadi lemak. Selain itu, diet ini dianjurkan bagi mereka yang mengidap penyakit kardiovaskular dan sindrom metabolik.
Apakah Semua Orang dapat Melakukan Diet Lektin?
Sayangnya menurut beberapa ahli diet, menghindari lektin bukan berarti lemak di tubuh dapat sepenuhnya berkurang. Para ahli diet ragu karena diet ini hanya fokus pada sebenarnya sebagian besar makanan dengan lektin seperti biji-bijian bisa bermanfaat untuk sekelompok makanan. Ahli diet Samantha Cassetty mempertanyakan diet ini karena menurunkan berat badan.
Menurut Samantha, makanan dengan kandungan lektin dapat dikonsumsi, tapi ada beberapa cara untuk mengurangi kandungan lektin. Cara pertama untuk mengurangi kandungan lektin yaitu dengan memasak sayuran atau kacang-kacangan tersebut terlebih dahulu untuk memecah pati tanaman menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Kamu dapat memproses sayuran ini dengan banyak cara lain, seperti dengan merebus, fermentasi, mengupas, membuang biji, atau menggunakan metode pressure cooking.
Bila ragu untuk melakukan diet lektin ini, sebaiknya diskusikan dahulu dengan dokter ahli gizi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Kamu bisa mendapatkannya di Halodoc. Selain berdiskusi langsung, kamu juga bisa mendapatkan obat yang sedang kamu butuhkan di layanan Apotek Antar dari Halodoc. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store dan Google Play!
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan