Begini Tahapan Diagnosis untuk DeteksiAneurisma Otak
Halodoc, Jakarta - Aneurisma otak dapat terjadi karena adanya pembengkakan pada pembuluh darah otak akibat dinding pembuluh darah yang lemah. Ketika aliran darah menekan dinding pembuluh darah, pembuluh darah akan menggembung seperti balon. Jika kondisi ini dibiarkan, akan terjadi perdarahan subarachnoid karena pecahnya pembuluh darah.
Penyakit yang satu ini termasuk dalam penyakit yang serius karena dapat menimbulkan kerusakan otak, bahkan kehilangan nyawa pengidapnya. Ketika seseorang memiliki sejumlah faktor risiko dan gejalanya, apa langkah yang harus dilakukan dalam mendeteksi aneurisma otak?
Baca juga: Pengobatan Aneurisma Otak yang Bisa Dilakukan
Diagnosis Guna Deteksi Aneurisma Otak
Aneurisma otak dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa tes penunjang. Beberapa tes penunjang yang diperlukan, antara lain:
- CTA (yaitu CT scan yang dikombinasikan dengan angiografi) dan MRA (yaitu MRI yang dikombinasikan dengan angiografi). CTA sendiri dilakukan guna memastikan adanya robekan pembuluh darah dan perdarahan pada otak. Sedangkan MRA dilakukan guna melihat pembuluh darah lain yang masih utuh.
- Pemeriksaan cairan serebrospinal, yaitu cairan yang mengelilingi otak dan saraf tulang belakang. Cairan ini akan diperiksa dengan pemeriksaan CTA.
Setelah dideteksi mengidap aneurisma otak, dokter akan melakukan langkah penanganan yang bertujuan untuk mencegah pecahnya aneurisma, memperbaiki kondisi pengidap, serta mencegah terjadinya komplikasi. Penanganannya pun tidak sembarangan dilakukan. Upaya penanganan akan tergantung pada usia, riwayat penyakit keluarga, serta kondisi medis yang dialami.
Baca juga: Awas, Ini Penyebab dan Faktor Risiko dari Aneurisma Aorta
Gejala yang Muncul pada Pengidap Aneurisma Otak
Gejala yang muncul pada pengidap aneurisma otak akan tergantung pada tingkat keparahan yang dialami. Pada kasus aneurisma otak yang belum pecah, gejala akan ditunjukkan saat aneurisma mengalami pembengkakan hingga menekan jaringan atau saraf pada otak. Pada kondisi ini, gejala yang tampak meliputi:
-
Nyeri pada area sekitar mata.
-
Pusing.
-
Kesulitan dalam berbicara.
-
Memiliki daya ingat yang pendek.
-
Terganggunya keseimbangan tubuh.
-
Sulit berkonsentrasi.
-
Mengalami gangguan penglihatan.
-
Kelopak mata turun.
Dalam kasus yang parah, aneurisma otak dapat menyebabkan kebocoran darah yang ditandai dengan pusing yang terjadi secara tiba-tiba. Ketika kondisi ini terjadi, maka risiko pecahnya aneurisma akan semakin tinggi. Berbeda dengan aneurisma yang belum pecah, aneurisma yang sudah pecah akan ditandai dengan gejala, seperti:
-
Kaku pada leher.
-
Mual dan muntah.
-
Kejang-kejang.
-
Mengalami gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau penglihatan ganda.
-
Sakit kepala parah.
-
Sensitif terhadap cahaya.
-
Kehilangan kesadaran.
-
Lumpuh atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh atau tungkai.
Jika memiliki sejumlah gejalanya, itu saatnya untuk segera menemui dokter di rumah sakit terdekat melalui aplikasi Halodoc. Dalam hal ini, dokter akan melakukan sejumlah langkah untuk mendiagnosis aneurisma otak yang kamu alami. Kemudian, dokter akan melakukan penanganan yang tepat untuk menghindarimu dari sejumlah komplikasi yang membahayakan.
Baca juga: Kenapa Lansia Rentan Alami Aneurisma Otak?
Penyebab dan Faktor Risiko Terjadinya Aneurisma Otak
Belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebab rusak dan lemahnya dinding pembuluh darah. Namun, beberapa faktor risiko berikut dapat merusak dan melemahkan dinding pembuluh darah, di antaranya hipertensi, kebiasaan merokok, pernah mengalami cedera pada kepala, berusia di atas 40 tahun, mengidap diabetes dan riwayat keluarga yang juga pernah mengalami aneurisma otak.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Brain Aneurysm.
WebMD. Diakses pada 2019. What Is a Brain Aneurysm?
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan