Dampak Corona pada Otak dan Sistem Saraf
Halodoc, Jakarta – Menurut Jennifer Frontera, pakar neurologis dari NYU Langone Brooklyn Hospital, ditemukan kalau coronavirus memberikan dampak pada otak dan sistem saraf. Hal ini dikuatkan oleh data kesehatan yang dipublikasikan oleh Journal of The American Medical Association, di mana 36 persen pasien COVID-19 di China mengalami gangguan penciuman, nyeri saraf, kejang, dan stroke.
Virus memberikan dampak pada otak dengan dua cara. Pertama, memicu respons imun secara abnormal sehingga membuat otak mengalami peradangan. Kedua, menginfeksi otak secara langsung yang dikenal dengan sebutan ensefalitis virus. Informasi selengkapnya baca di bawah ini!
Reaksi Virus dan Sistem Kekebalan Tubuh
Satu teori yang beredar di komunitas ilmiah dan medis adalah bahwa virus dapat memasuki sistem saraf melalui bohlam penciuman, yang terletak tepat di atas rongga hidung dan mentransmisikan informasi dari hidung ke otak.
Ini bisa menjelaskan mengapa banyak orang dengan corona dilaporkan mengalami kehilangan penciuman. Kemudian, kerusakan sistem saraf yang dialami orang dengan infeksi corona dikarenakan ketika tubuh melawan infeksi, bukan infeksi itu sendiri yang menyakiti otak dan saraf, tetapi respons tubuh ketika mencoba melawan infeksi tersebut.
Baca juga: Ini Penjelasan Sistem Imun yang Kuat Bisa Lawan Virus Corona
Inilah yang dapat menyebabkan otak dan saraf terluka. Ketika tubuh melawan virus penyebab flu, misalnya respons kekebalan tubuh dapat memicu pusing dan sakit kepala. Sakit kepala adalah gejala neurologis yang mungkin diakibatkan dari corona.
Kesulitan bernapas juga menjadi gejala umum untuk orang dengan kasus corona. Ini menunjukkan kemungkinan terjadi infeksi primer di batang otak, terutama bagian yang menampung pusat pernapasan dan mengendalikan pernapasan.
Infeksi pada bagian sistem saraf ini dapat semakin memperburuk gejala kegagalan pada pernapasan pasien. Untuk saat ini, hubungan antara corona dan kerusakan otak dan sistem saraf masih mengabur.
Apakah ini karena infeksi langsung dari virus tersebut atau peradangan sistemik yang pasien mungkin miliki karena respons kekebalan tubuh terhadap virus. Cedera pada otak dan sistem saraf juga bisa merupakan akibat dari hilangnya oksigen dari paru-paru yang rusak yang mengakibatkan kegagalan multisistem organ. Keseluruhan proses ini menempatkan seseorang pada situasi yang kritis dan bisa jadi berperan dalam pengembangan komplikasi neurologis.
COVID-19 dan Stroke
Usia lanjut dan kondisi kesehatan sebelumnya bisa jadi berperan sehingga meningkatkan risiko seseorang terkena stroke. Pasien dengan penyakit kardiovaskular ataupun pasien dengan penyakit tromboemboli berisiko sangat tinggi untuk mengalami masalah pembekuan darah yang mengakibatkan stroke.
Baca juga: Ini Alasan Virus Corona di Indonesia Disebut Berbeda
Jika kamu memiliki masalah pembekuan, hal terbaik yang dapat dilakukan ketika terinfeksi COVID-19 adalah minum obat pengencer darah. Jika kamu mengalami gejala penggumpalan darah (rasa sakit, kemerahan, pembengkakan) atau stroke (kebingungan, pusing, mati rasa), langsung segera ke bagian gawat darurat. Hal yang sama berlaku untuk nyeri dada dan kesulitan bernapas, yang dapat mengindikasikan adanya penggumpalan di paru-paru.
Butuh informasi lebih detail mengenai dampak corona terhadap kesehatan, bisa ditanyakan langsung di aplikasi Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Chat with a doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah.
Referensi:
Magzter. Diakses pada 2020. Coronavirus May Affect Brain and Nervous System.
Aarp.org. Diakses pada 2020. COVID-19 Risks to People With Asthma Much Lower Than Expected.
Times of India.com. Diakses pada 2020. Covid-19: Virus may affect central nervous system, brain.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan