Ketahui Fakta CRISPR, Teknik Edit DNA Bayi yang Ramai Dibicarakan
Halodoc, Jakarta – CRISPR (dibaca: crisper) merupakan singkatan dari “cluster of regularly interspaced short palindromic repeats”. Ini adalah metode rekayasa genetik yang memungkinkan para peneliti mengubah dan memodifikasi DNA untuk memperbaiki kelainan DNA, serta mengobati dan mencegah penularan penyakit. Namun sejak kemunculan ide hingga penelitian terakhir, metode ini masih menimbulkan pro dan kontra karena dianggap melanggar kode etik ilmiah.
CRISPR Terinspirasi dari Mekanisme Pertahanan Bakteri
Mekanisme pertahanan bakteri dengan CRISPR pertama kali ditemukan oleh Rodolphe Barrangoud dkk saat meneliti bakteri Streptococcus pada yoghurt. Peneliti tersebut menemukan bahwa bakteri bertahan diri dengan menyebar protein khusus yang mampu memotong DNA dan memotong sel yang diambil oleh virus (protein Cas9). Setelah berhasil, bakteri akan menggabungkan potongan-potongan DNA dan menyimpannya. Cara ini memungkinkan bakteri mengingat serangan virus spesifik di kemudian hari, sehingga mencegah terjadinya infeksi virus tersebut.
Temuan tersebut menarik Jennifer Doudna dan Emmanuelle Charpentier untuk menelitinya lebih lanjut hingga pada tahun 2014, mereka mempublikasikan sebuah jurnal tentang CRISPR RNA (crRNA). Jurnal ini menyebut saat virus menyerang dikemudian hari dan spacer (potongan DNA) sudah digabung, CRISPR akan ditranskrip dan diproses ke dalam crRNA. Urutan nukleotida pada CRISPR ini digunakan untuk memproduksi dua RNA-rantai tunggal yang masing-masingnya mengandung nukleotida dan spacer. Keduanya kemudian mengarahkan protein Cas9 menuju lokasi target untuk memotong bagian DNA yang hendak diganti dan menyambung bagian yang terpotong dengan pengulangan DNA.
Pro-Kontra Teknik CRISPR yang Diadaptasi untuk Modifikasi DNA Manusia
Selama kode genetik untuk sifat tertentu diketahui, ilmuwan bisa menggunakan teknik CRISPR untuk memasukkan, mengedit, atau menghapus gen di hampir semua genome makhluk hidup. Temuan inilah yang membuat dunia akademisi gegap gempita karena dianggap bertentangan dengan moral. Bahkan, harapan Doudna agar teknik CRISPR digunakan untuk membantu manusia mulai diwujudkan. Sebab seorang peneliti dari Cina, He Jiankui mengklaim telah berhasil merekayasa DNA bayi agar memiliki kemampuan melawan infeksi HIV.
Hasil penelitian Jiankui menimbulkan pro dan kontra di kalangan peneliti. Mereka menilai tindakan Jiankui melanggar kode etik dan tak bertanggung jawab karena dilakukan secara rahasia. Bahkan hingga saat ini, belum ada publikasi resmi dari Jiankui perihal kapan ia memulai eksperimen pengeditan manusia sehingga sulit dikonfirmasi apakah peserta eksperimen memahami risiko dan manfaatnya. Hal ini perlu menjadi perhatian karena para ahli belum sepenuhnya tahu dampak panjang pengeditan DNA bagi manusia.
Menyadari risiko yang belum diketahui, Akademis Sains, Teknik dan Kedokteran Nasional Amerika Serikat tahun 2017 menetapkan bahwa metode pengeditan gen dibenarkan secara etis hanya untuk penelitian laboratorium. Di luar itu, rekayasa genetik manusia hanya diizinkan untuk mengobati atau mencegah penyakit serius yang tidak memiliki alternatif penyembuhan. Aturan ini dibuat untuk mencegah penyalahgunaan teknik CRISPR pada manusia.
Itulah fakta tentang teknik CRISPR yang perlu diketahui. Kalau kamu masih punya pertanyaan lain seputar teknik CRISPR, tanya dokter Halodoc untuk mendapat jawaban terpercaya. Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang!
Baca Juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan