Cari Tahu tentang Plasenta Previa yang Rentan Terjadi
Halodoc, Jakarta - Selama masa kehamilan, semestinya sih posisi plasenta berada di sepanjang bagian atas rahim. Akan tetapi, dalam beberapa kasus ada plasenta yang menempel di bawah rahim. Nah, kondisi inilah yang nantinya dapat menutup jalan lahir bagi janin yang akan lahir. Dalam dunia medis kondisi ini disebut dengan plasenta previa.
Baca juga: 3 Jenis Gangguan Plasenta dan Cara Mengatasinya
Plasenta previa sendiri bisa menempel sebagian menyeluruh sehingga menutupi mulut rahim. Organ yang terhubung dengan bayi ini sebenarnya berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi untuk bayi. Kata ahli, ibu hamil yang mengalami kondisi plasenta previa biasanya dilarang mengeluarkan banyak tenaga selama kehamilan. Oleh sebab itu, kebanyakan wanita dengan kondisi ini memerlukan operasi caesar. Lalu, apa sih tanda dan gejala plasenta previa?
Awasi Gejalanya
Sebenarnya masalah kehamilan yang satu ini jarang dialami oleh ibu hamil. Meskipun begitu, risikonya tetap harus diwaspadai sebab dapat membahayakan ibu dan bayi dalam kandungan. Nah, oleh sebab itu tak ada salahnya ibu berkenalan dengan gejala plasenta previa.
Kata ahli, gejala utama plasenta previa merupakan perdarahan tanpa disertai rasa sakit. Perdarahan ini umumnya terjadi pada tiga bulan terakhir masa kehamilan. Volume darah yang keluar juga bervariasi, bisa ringan hingga parah. Untungnya, perdarahan ini umumnya akan berhenti tanpa penanganan khusus.
Namun, tak menutup kemungkinan akan terjadi lagi pada beberapa hari atau minggu kemudian. Dalam beberapa kasus, gejala plasenta previa juga bisa ditandai dengan kontraksi dan nyeri di punggung atau perut bagian bawah.
Baca juga: Retensio Plasenta Bahaya atau Tidak?
Yang perlu diingat, tak semua ibu hamil dengan plasenta previa akan mengalami perdarahan. Kata ahli, bila ibu mengalami perdarahan dalam trimester kedua atau ketiga, sebaiknya segera menghubungi dokter untuk memastikan kondisi kesehatan ibu dan janin.
Pasalnya, plasenta previa ini terbukti memiliki risiko lebih tinggi untuk menyebabkan perdarahan sebelum dan setelah kelahiran, kelahiran prematur, hingga lepasnya plasenta dari rahim.
Ada Jenis-jenisnya
Meski dalam beberapa kasus ibu dengan plasenta previa harus menjalani persalinan caesar, tapi ada juga yang bisa melahirkan lewat persalinan normal. Kata ahli, pada prinsipnya selama plasenta enggak menutupi jalan lahir dan tak ada penyulit, ibu tetap bisa melahirkan secara normal.
Nah, plasenta previa sendiri dibagi menjadi dua jenis. Pembagiannya berdasarkan posisi plasenta, yaitu minor dan mayor. Plasenta minor berarti sebagian plasenta menjulur ke rahim bagian bawah, tanpa menutupi lubang serviks. Sedangkan plasenta previa mayor justru sebaliknya, posisi plasenta menutupi lubang serviks.
Kedua kondisi ini juga bisa menentukan apakah ibu bisa melahirkan normal atau tidak. Kata ahli, ibu dengan plasenta previa minor biasanya masih diperbolehkan untuk melahirkan normal. Semetara mayor akan membutuhkan tindakan caesar.
Baca juga: Hal yang Perlu Diketahui Tentang Ari-ari Bayi
Faktor Risiko
Menurut data yang diperoleh para ahli, plasenta previa ini menyumbang 5-15 persen angka kematian ibu (AKI). Sayangnya, penyebab plasenta previa ini tak diketahui secara pasti. Namun, setidaknya ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan terjadinya kondisi ini.
- Pernah mengalami keguguran.
- Pembuahan in vitro.
- Rahim yang berbentuk tidak normal.
- Kehamilan ganda.
- Pernah mengalami plasenta previa.
- Pernah mengalami keguguran.
- Berusia 35 tahun atau lebih.
- Pernah melahirkan.
- Luka pada lapisan rahim akibat operasi, operasi caesar, kehamilan sebelumnnya, atau aborsi.
- Pernah menjalani operasi pada rahim.
- Pernah menjalani operasi caesar.
Ibu punya keluhan kehamilan atau ingin tahu lebih jauh mengenai kondisi di atas? Gampak kok, ibu bisa berdiskusi dengan dokter melalui aplikasi Halodoc untuk berdiskusi mengenai masalah tersebut. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.