Cara Cegah Anak Jadi Pelaku Kekerasan Seksual

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   10 Maret 2020
Cara Cegah Anak Jadi Pelaku Kekerasan SeksualCara Cegah Anak Jadi Pelaku Kekerasan Seksual

Halodoc, Jakarta – Belum lama ini beredar viral video seorang siswi SMA di Sulawesi Utara yang sedang di-bully dan juga digerayangi oleh sekelompok anak SMA. Dalam video tersebut, siswi SMA tersebut dipegang dan diraba-raba oleh beberapa siswa dan ada juga siswi. 

Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh World Health Organization (WHO) disebutkan di tahun 2018 ada 1 miliar anak usia 2–17 tahun yang mengalami kekerasan fisik, seksual, dan emosional. Mengalami kekerasan seksual di masa anak-anak sangat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan di masa yang akan datang. Informasi selengkapnya ada di  bawah ini!

Mengapa Seseorang Bisa Jadi Pelaku Kekerasan Seksual?

WHO mencatat ada beberapa faktor yang menempatkan seorang anak menjadi pelaku kekerasan seksual. Faktor-faktor tersebut adalah kondisi biologis, seperti jenis kelamin dan usia, kemudian tingkat pendidikan, penghasilan, memiliki masalah pada kesehatan mental, penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang serta pernah mengalami kekerasan sebelumnya.

Baca juga: Memberi Penjelasan pada Anak Soal Pelecehan Seksual 

Ketika berbicara tentang seorang anak menjadi pelaku kekerasan seksual, ada banyak faktor yang melatarbelakanginya. Mulai dari kehidupan personal, interaksi dengan keluarga, lingkup pertemanan, sampai kepada sosial budaya masyarakat dan pemerintah.

Selain faktor-faktor yang disebutkan di atas, hal-hal lain yang memicu seorang anak menjadi pelaku kekerasan seksual bisa jadi karena:

  1. Kurangnya ikatan emosional antara anak-anak dan orangtua.
  2. Praktik pengasuhan yang buruk.
  3. Perpisahan orangtua, ataupun orangtua tidak bisa memberikan kebutuhan fisik dan emosional kepada anak.
  4. Menyaksikan kekerasan semasa kecil dulu. 
  5. Pernikahan dini atau pernikahan karena dipaksa.
  6. Kemiskinan.
  7. Kepadatan populasi yang tinggi.
  8. Norma sosial dan gender yang menciptakan iklim di mana kekerasan menjadi hal yang lumrah.
  9. Tidak ada atau tidak cukupnya  perlindungan sosial di masyarakat.
  10. Situasi yang terjadi pasca konflik atau bencana alam.
  11. Pengaturan dengan tata kelola yang lemah dan penegakan hukum yang buruk.

Mencegah Anak Melakukan Kekerasan Seksual

Setelah membaca faktor-faktor risiko di atas dapat disimpulkan bagaimana peran keluarga dapat membuat anak menjadi sosok seperti apa dalam perannya di masyarakat. Tidak bisa disangkal kalau pengalaman masa kecil, interaksi dengan keluarga, peran pengayoman orangtua dapat membentuk watak dan karakteristik anak. 

Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh Institute of Medicine dan National Research Council, 2015, anak-anak membutuhkan perawatan semestinya yang mencakup perlindungan emosional dan fisiologi yang diperlukan untuk memenuhi standar pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.

Baca juga: Ketahui Ciri Psikopat pada Anak

Dalam tahap tumbuh kembang anak, sangat penting untuk orangtua menanamkan nilai-nilai kesetaraan dan memberikan simpati pun juga empati kepada orang lain. Ini akan membuat anak belajar memahami kalau dalam situasi sosial, sangat penting untuk memerhatikan perasaan orang lain. 

Hidup bukan untuk diri sendiri, ada orang-orang lain di sekitar yang juga memiliki kepentingan, masalah, dan perasaan yang semestinya harus saling dijaga. Isu gender juga tidak kalah penting ditanamkan ke anak-anak.

Bagaimana menghargai lawan jenis, sesama jenis, bagaimana harus menempatkan diri dalam kondisi yang tidak nyaman atau sesuatu yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Membela diri dengan cara yang wajar, tidak berlebihan, dan masih sesuai dengan norma.

Informasi selengkapnya mengenai pola asuh yang benar untuk cegah kekerasan seksual terjadi pada anak, bisa ditanyakan langsung di HalodocDokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untuk orangtua. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor ibu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah.

Referensi:

World Health Organization. Diakses pada 2020. Violence against children

National Sexual Violence Resource Center. Diakses pada 2020. Preventing Child Sexual Abuse Resources.

Institute of Medicine and National Research Council, 2015. Diakses pada 2020. Parenting Knowledge, Attitudes, and Practices.