Bukan Tanda Makmur, Ini Bahaya Perut Buncit
Halodoc, Jakarta – Memiliki perut buncit tak hanya bisa mengganggu penampilan, tapi berisiko bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Sebab perut buncit umumnya terjadi karena ada penumpukan lemak pada bagian itu.
Selama ini, perut buncit memang sering diidentikkan dengan tingkat kemakmuran seseorang. Misalnya orang tersebut dinilai sudah cukup mampu untuk membeli makanan yang “enak dan mahal” dalam jumlah banyak sehingga membuat perut menjadi lebih berisi. Namun, ternyata hal itu hanya persepsi belaka, perut buncit nyatanya tidak melulu soal terlalu banyak mengonsumsi makanan enak.
Pada beberapa kasus selain lemak yang terlihat, perut buncit juga disebabkan oleh lemak yang keberadaannya sering tak disadari, yaitu lemak viseral. Lemak ini berada di sekitar organ tubuh dan bisa menjadi sebuah ancaman.
Lemak viseral yang menumpuk dapat meningkatkan risiko penyakit mematikan, salah satunya penyakit jantung. Berita buruknya, lemak ini termasuk dalam jenis yang sulit dihilangkan dan benar-benar bisa mengganggu kinerja organ tubuh.
Berbeda dengan lemak “baik”, tumpukan lemak viseral di tubuh tidak memiliki fungsi sebagai cadangan energi. Malahan, keberadaan lemak viseral bisa mengakibatkan kekacauan. Yaitu, akan secara aktif menghasilkan zat tertentu yang dapat menggaggu keseimbangan hormon. Malahan pada beberapa kasus, lemak jenis ini bisa memicu gangguan sistem metabolisme tubuh.
Penyebab Perut Buncit
Sama dengan bagian tubuh lain, perut mengalami kelebihan ukuran karena asupan makanan yang terlalu melebihi kebutuhan. Alhasil, makanan akan menumpuk dan tak dapat diproses oleh tubuh dan berubah menjadi lemak yang menyebabkan naiknya berat badan.
Misalnya terlalu banyak makan, apalagi jenis makanan yang tinggi lemak, kolesterol dan pemanis buatan. Sebab jenis makanan tersebut telah terbukti dapat menyumbang banyak dalam naiknya bobot tubuh. Terlebih jika kebiasaan makan itu tidak dibarengi dengan pola hidup sehat, seperti berolahraga. Hal itu bisa semakin memicu terjadi penumpukan lemak di tubuh, termasuk di sekitar perut.
Perut yang buncit juga bisa terjadi karena adanya riwayat obesitas di dalam keluarga. Gaya hidup yang tidak sehat juga bisa memicu kondisi ini, misalnya kurang tidur, stres hingga terlalu banyak mengonsumsi alkohol. Pada wanita yang memasuki masa menopause pun rentan mengalami perut buncit.
Sejauh ini, tingkat kesadaran terhadap bahaya dari tumpukan lemak di tubuh masih sangat rendah. Artinya, masih banyak orang yang belum mengerti bahaya memiliki perut buncit. Padahal jika terus dibiarkan, perut buncit bisa meningkatkan risiko peradangan dan gangguan metabolisme tubuh.
Peradangan yang terjadi bisa memicu penyakit jantung, stroke hingga tekanan darah tinggi alias hipertensi, hingga kanker. Lemak di sekitar perut dikaitkan dengan risiko kanker usus besar dan kanker pankreas.
Di samping itu, memiliki lemak di sekitar perut pun dapat menyebabkan seseorang mengalami penyakit kolesterol tinggi. Sebab perut buncit juga terkait dengan meningkatnya produksi kolesterol “jahat” yang bisa mengancam kesehatan kardiovaskular, terutama memicu penyakit jantung.
Nah, untuk mewaspadai dan menghindari hal ini pastikan untuk selalu memantau ukuran perut, apakah sudah termasuk buncit atau belum. Hal ini bisa dilakukan dengan mengukur lingkar pinggang untuk mengetahui kemungkinan obesitas.
Mengukur lingkaran pinggang bisa menggunakan alat ukur alias meteran yang dililit ke bagian perut. Pastikan untuk meletakkan alat ukur dengan benar, yaitu sejajar ujung tulang panggul dan pusar. Pada laki-laki, jika ukuran pinggang melebihi 102 sentimeter, maka ia termasuk obesitas. Sementara wanita harus menghindari angka 89 cm pada lingkaran pinggang.
Punya masalah kesehatan dan butuh saran dokter? Pakai aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa menghubungi dokter lewat Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan juga rekomendasi membeli obat biar lebih cepat sembuh. Download sekarang di App Store dan Google Play!