Bubble Boy Bisa Menyerang Newborn
Halodoc, Jakarta – Sindrom bubble boy atau SCID (Severe Combined Immunodeficiency Disease) adalah gangguan kesehatan langka yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Anak-anak yang mengidap penyakit ini harus hidup dalam ruangan higienis. Hal tersebut dilakukan untuk melindungi si anak dari kuman penyakit yang ada di lingkungan. Dengan begitu, anak akan dibungkus dengan gelembung plastik.
Umumnya penyakit ini menunjukkan gejala yang jelas saat anak berusia dua sampai 13 bulan. Ditemukan bahwasanya anak pengidap SCID atau bubble boy ini tidak dapat menghasilkan sel T, sel B, dan sel pembunuh alami dalam sistem kekebalan tubuhnya. Gangguan ini berasal dari mutasi gen pengode protein yang hampir secara eksklusif memengaruhi anak laki-laki dan terjadi pada 1 dalam setiap 50.000–100.000 kelahiran.
Karena pengidap SCID ataupun bubble boy ini tidak bisa membentuk antibodi, mereka akan sangat mudah mengalami infeksi yang membahayakan kesehatannya. Penyakit ini menjadi booming pada 1970-an dan 1980-an di Amerika Serikat. Penyakit ini bisa dideteksi sejak usia dini atau dengan kata lain saat seorang anak baru dilahirkan.
SCID adalah penyakit yang diturunkan, yaitu anak-anak yang mengidap penyakit ini dilahirkan dengan sistem kekebalan yang rusak. Dalam bentuk yang terparah, seorang anak pengidap bubble boy tidak bisa melawan infeksi yang ringan, sehingga bisa menyebabkan kematian di tahun pertama kelahirannya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bone Marrow Transplant Department dari St. Jude Children’s Research Hospital di Memphis, salah satu cara untuk menangani SCID adalah dengan memperbaiki sumsum tulang belakang dan memompanya dengan sel kekebalan tubuh yang dicangkokkan ke tubuh pengidap.
Terapi ini juga dilakukan untuk perubahan genetik karena memang SCID atau bubble boy ini penyakit genetik yang diturunkan. Satu-satunya cara adalah mengubah genetik anak sedini mungkin, sehingga anak akan memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik.
Mereka yang menjalani transplantasi sumsum tulang belakang seringnya harus menerima radiasi kemo ke seluruh tubuh. Hal tersebut ditujukan untuk membunuh sistem kekebalan tubuh yang rusak supaya tidak mengganggu sistem kekebalan tubuh yang baru.
Gejala Awal SCID atau Bubble Boy
Ada beberapa gejala awal dari SCID dan bubble boy seperti diare kronis, infeksi telinga, infeksi mulut, pneumonia, dan demam. Karena gejalanya mirip serangan HIV, seringkali SCID ini disalahartikan sebagai HIV, padahal sama sekali berbeda.
Kalau HIV memang penyebab virus, sedangkan SCID sendiri disebabkan oleh kesalahan genetika pada sistem kekebalan tubuh. Pengidapnya pun diharuskan untuk mengonsumsi antibiotik, antivirus, dan anti-jamur supaya tidak terkena infeksi penyakit berbahaya.
Anak yang mengidap SCID hanya bisa menerima transfusi darah yang sudah teradiasi sel darah putihnya. Sebab, ada kemungkinan sel darah putih yang terdapat pada transfusi darah akan menyerang balik si anak. Terlambat mengetahui kondisi kesehatan anak terkait dapat menyebabkan kematian diri pada anak. Maka dari itu, newborn screening memang sangat disarankan untuk dilakukan.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai bubble boy, penanganannya, serta pencegahannya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor ibu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Baca juga:
- Manfaat Daun Katuk untuk Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui
- Hal yang Harus Diwaspadai pada Awal Kehamilan
- 6 Makanan yang Perlu Diperhatikan untuk Ibu Hamil Trimester Ketiga