Hati-Hati Risiko Ibu Hamil Tularkan Herpes ke Janin
Halodoc, Jakarta – Pada wanita hamil, risiko penularan penyakit ke janin memang mengalami peningkatan. Termasuk peningkatan risiko menularnya herpes, yaitu sebuah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus.
Jika dilihat dari penyebabnya, herpes sering terjadi karena adanya infeksi virus herpes zoster dan herpes simpleks pada tubuh. Lantas seberapa besar risiko virus herpes dapat menular dari ibu hamil ke janin? Apakah wanita hamil yang memiliki herpes sudah pasti akan menularkan penyakit tersebut pada calon bayi?
Menjadi lebih waspada adalah hal yang perlu dilakukan wanita hamil yang memiliki herpes. Namun hal ini tidak serta merta membenarkan ibu hamil untuk merasa khawatir secara berlebihan, apalagi berujung stres. Selain bisa berbahaya, masih ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi penularan virus dari ibu ke janin. Yaitu kapan sang ibu terinfeksi virus, karena nyatanya waktu juga menjadi penentu penyebaran dan penularan penyakit.
Sebelum Masa Kehamilan
Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan lebih cepat menyebar dan menginfeksi. Jika ibu terinfeksi sebelum masa kehamilan, jangan khawatir, risiko menularkan herpes pada calon bayi sangat rendah. Hal itu terjadi karena peran dari antibodi yang dibentuk oleh ibu dan bayi selama hamil tidak terpengaruh.
Malahan antibodi yang terbentuk selama masa kehamilan dapat membantu melawan penyebaran penyakit dan virus herpes. Mengutip berbagai penelitian, jika ibu terkena virus sebelum hamil maka risiko penularan pada janin selama kehamilan hanya satu persen.
Trimester Pertama dan Kedua
Jika ibu terinfeksi virus pada masa trimester pertama hingga kedua, maka risiko penularan akan semakin meningkat. Nanum, tidak perlu khawatir, risiko masih tergolong tidak terlalu tinggi jika calon ibu mendapat virus herpes pada masa ini.
Sebab terinfeksi virus herpes pada trimester pertama dan kedua atau pada 27 minggu awal kehamilan tidak akan membuat bayi 100 persen akan mengalami penyakit yang sama. Masih ada peluang bayi untuk “bebas” dan terlahir dengan sehat.
Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, ibu perlu untuk sedikit lebih berhati-hati. Terinfeksi virus pada trimester kedua mungkin akan membuat ibu merasa perlu untuk mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk mengurangi risiko berlanjut.
Selalu konsultasikan dengan dokter kandungan seputar cara terbaik untuk menghadapi kehamilan jika memiliki herpes. Pada kasus yang lebih parah, dokter mungkin akan menyarankan ibu untuk menjalani persalinan secara caesar, untuk menghindari bayi bersentuhan langsung dengan luka herpes.
Trimester akhir
Risiko semakin meningkat dan memburuk jika ibu ternyata terkena virus herpes di usia kehamilan akhir alias trimester ketiga. Bahkan risiko penularan herpes pada calon bayi bisa mencapai 30 hingga 50 persen. Apalagi kalau virus baru menyerang di 5 minggu terakhir kehamilan.
Bahaya semakin meningkat karena baik ibu maupun janin tidak memiliki banyak waktu untuk membangun antibodi. Padahal hal ini sangat penting untuk pelindung dari infeksi virus. Maka jika menemukan gejala herpes, ada baiknya ibu hamil segera melakukan pemeriksaan dan selalu membicarakan dengan dokter apa saja hal yang terjadi, keluhan selama kehamilan.
Pada ibu hamil yang mengidap herpes, biasanya metode persalinan yang akan diterapkan adalah operasi caesar. Hal ini dilakukan untuk menurunkan risiko penularan yang bisa terjadi jika bayi mengalami kontak langsung dengan luka herpes yang dimiliki ibu.
Selain rutin menemui dokter, ibu juga bisa mengandalkan aplikasi Halodoc untuk bicara dengan dokter segera. Dapatkan pertolongan pertama dengan menghubungi dokter lewat Video/Voice Call dan Chat. Jangan lupa download segera di App Store dan Google Play, ya!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan