Bisakah Hidrosefalus Dicegah Sebelum Bayi Lahir?
Halodoc, Jakarta - Hidrosefalus merupakan kondisi ketika terjadi penumpukan cairan pada otak yang mengakibatkan otak mengalami tekanan. Hal ini akan membuat kepala menjadi terlihat lebih besar. Tidak hanya itu, hidrosefalus juga bisa disebabkan karena infeksi tertentu.
Sebenarnya, kondisi ini merupakan cacat bawaan yang dapat dideteksi sejak bayi tersebut berada di kandungan. Meski begitu, apakah gangguan pada kepala bayi tersebut dapat dicegah sebelum bayi dilahirkan? Berikut ulasan lengkapnya.
Baca juga: Ketahui Hidrosefalus dengan Dideteksi dari Dalam Kandungan
Bisakah Mencegah Hidrosefalus Sebelum Bayi Lahir?
Otak dan sumsum tulang belakang setiap manusia dikelilingi oleh cairan tulang belakang. Umumnya, cairan tulang belakang otak diproduksi oleh dua ventrikel lateral. Setelah itu, cairan akan mengalir melalui ventrikel tersebut dan diedarkan ke sekitar otak dan sumsum tulang belakang.
Cairan dari tulang belakang otak tersebut berfungsi sebagai bantalan terhadap otak. Lalu, cairan akan diserap kembali oleh membran yang menutupi otak. Namun, pada pengidap hidrosefalus, cairan tadi justru kembali ke ventrikel sehingga menyebabkan penumpukan dan menekan otak di kepala.
Kelebihan cairan ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan masalah kesehatan yang berkaitan dengan mental maupun fisik. Walau begitu, gangguan ini terbilang jarang terjadi. Pengobatan dini sangat penting untuk mengatasi masalah tersebut dalam jangka panjang.
Lalu, dapatkah hidrosefalus dicegah sebelum bayi lahir? Ternyata, hal ini tidak bisa dilakukan. Akan tetapi, ibu dapat menurunkan risiko yang mungkin terjadi pada anak untuk mengembangkan kondisi berbahaya itu.
Hal pertama yang dapat ibu lakukan adalah memastikan bahwa ibu mendapatkan perawatan prenatal selama kehamilan. Cara ini dapat membantu mengurangi peluang terjadinya kelainan tersebut dengan cara mencegah persalinan prematur. Pasalnya, kelahiran prematur ternyata dapat menyebabkan bayi lebih berisiko mengalami hidrosefalus.
Selain itu, ibu juga disarankan untuk melakukan vaksinasi. Cara ini dapat membantu ibu terhindari dari penyakit dan infeksi yang mungkin berkembang menjadi hidrosefalus. Jangan lupa, ibu juga harus melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin agar risiko hidrosefalus dapat dicegah sejak dini.
Agar ibu lebih mudah dalam melakukan pemeriksaan kehamilan rutin, gunakan aplikasi Halodoc. Cukup dengan download aplikasinya, ibu sudah bisa tanya jawab dengan dokter ahli kandungan seputar masalah kehamilan kapan saja atau membuat janji apabila harus berkunjung ke rumah sakit.
Baca juga: Ketahui Berbagai Faktor Risiko Hidrosefalus Sejak Dini
Dampak Hidrosefalus pada Bayi
Dampak dari hidrosefalus pada bayi yang baru lahir bisa berbeda tergantung tingkat keparahannya. Gangguan kesehatan ini dapat menyebabkan kelainan pada otak sehingga mungkin saja menyebabkan epilepsi, ketidakmampuan belajar, masalah pada ingatan jangka pendek, masalah pada koordinasi, dan masalah penglihatan.
Oleh karena itulah, anak-anak dengan kondisi ini sering mendapatkan terapi perkembangan, seperti terapi fisik dan terapi okupasi. Jika gangguan yang terjadi bersifat ringan, maka perkembangan bayi mungkin masih normal. Meski begitu, bayi juga harus segera mendapatkan perawatan sedini mungkin.
Baca juga: Terserang Hidrosefalus, Bisakah Disembuhkan?
Pengobatan Dini Hidrosefalus
Sebenarnya, hidrosefalus sudah dapat dideteksi sejak bayi berada di dalam kandungan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Umumnya, pemeriksaan ini dilakukan ketika usia kandungan memasuki 6–7 bulan. Namun di Indonesia, operasi penyedotan cairan saat bayi masih berada di dalam kandungan belum bisa dilakukan karena masalah alat.
Bayi yang telah didiagnosis mengidap hidrosefalus akan mendapatkan pengawasan medis oleh dokter apabila terjadi tanda-tanda tekanan pada otak. Hal ini mungkin menyebabkan terjadinya persalinan dini. Jika bayi telah lahir, hidrosefalus dapat diobati dengan beberapa pilihan tindakan bedah, seperti:
1. Shunt
Metode ini dilakukan dengan menggunakan alat yang berfungsi untuk menormalkan tekanan di otak. Caranya yaitu dengan mengalirkan cairan ke dalam rongga perut sehingga cairan dapat diserap kembali.
2. Ventrikulostomi
Prosedur ini merupakan tindakan alternatif dari shunt yang dilakukan dengan cara membuat lubang di bagian bawah atau di antara ventrikel. sehingga cairan tersebut dapat meninggalkan otak dan tidak terjadi penumpukan.