Bisakah Epilepsi Disembuhkan dengan Operasi?
Halodoc, Jakarta – Epilepsi alias ayan adalah satu kondisi yang menyebabkan pengidapnya mengalami kejang secara berulang. Salah satu penyebab dari kondisi ini adalah kerusakan atau perubahan yang terjadi di dalam otak. Meski demikian, ada beberapa kasus epilepsi yang tidak diketahui secara pasti apa penyebabnya.
Pada pengidap epilepsi, pengobatan biasanya dilakukan dengan terapi obat, yakni pemberian obat khusus untuk mengendalikan kejang. Namun, pada tahap yang lebih parah jika obat sudah tidak lagi mempan mengatasi kejang, maka pengidap epilepsi akan dianjurkan untuk mendapatkan prosedur pembedahan alias operasi.
Lantas, bisakah epilepsi sembuh setelah operasi?
Pada dasarnya, sebagian besar kasus epilepsi tidak bisa disembuhkan. Pemberian obat bertujuan untuk mengendalikan kejang dan mengurangi frekuensi kejang. Pada beberapa orang, mengonsumsi obat anti-epilepsi yang diresepkan dokter bisa membantu untuk mengurangi, bahkan membuat kejang tidak terjadi dalam jangka waktu cukup panjang.
Sebenarnya, terapi obat untuk mencegah kejang epilepsi cukup efektif. Namun, ada beberapa kondisi yang membuat obat-obatan tersebut tidak lagi bisa mengontrol gejala yang muncul. Kalau sudah begitu, biasanya pengidap epilepsi akan disarankan untuk melakukan bedah otak atau mengobati epilepsi dengan operasi.
Bedah yang dilakukan bertujuan untuk mengangkat bagian otak yang menghasilkan kejang. Bedah juga dilakukan untuk memblokir jalur saraf otak yang menyebabkan kejang, sehingga untuk pencegahan terhadap dampak epilepsi yang bisa menyebabkan kerusakan otak, kerusakan tulang, hingga kematian mendadak.
Meski demikian, tidak semua pengidap epilepsi bisa dan dianjurkan untuk melakukan operasi. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum prosedur ini dilakukan, mulai dari bedah otak yang dilakukan tidak menimbulkan masalah signifikan, sebab kondisi ini bisa terjadi akibat hilangnya bagian otak tertentu. Prosedur operasi juga hanya bisa dilakukan jika bagian otak yang bermasalah hanya ada di satu area saja.
Pasalnya, prosedur bedah yang dilakukan untuk mengatasi epilepsi tetap memiliki efek samping, seperti gangguan pada ingatan hingga stroke setelah operasi. Maka dari itu, sangat penting untuk selalu membicarakan dengan dokter dan melakukan pemeriksaan sebelum melakukan untuk menjalani prosedur ini.
Berita baiknya, sebagian besar pengidap epilepsi yang menjalani operasi cenderung mendapatkan hasil yang memuaskan. Sebagian besar orang yang menjalani prosedur bedah untuk mengatasi epilepsi cenderung tidak lagi mengalami kejang. Kalaupun masih ada, biasanya kejang terjadi lebih jarang atau durasi waktunya berkurang.
Melansir Mayo Clinic, operasi yang sering dilakukan untuk mengatasi epilepsi dibagi menjadi tiga jenis:
1. Resective Surgery
Ini merupakan jenis operasi yang paling sering dilakukan untuk mengendalikan kejang akibat epilepsi. Prosedur operasi ini dilakukan dengan mengangkat sedikit area otak yang menjadi pemicu kejang.
2. Corpus Callosotomy
Prosedur operasi yang satu ini seringnya dilakukan pada anak-anak yang mengalami kejang parah. Operasi corpus callosotomy dilakukan dengan memotong jaringan saraf yang menghubungkan belahan otak kanan dan kiri. Biasanya bagian tersebut adalah pemicu terjadinya kejang. Operasi ini dilakukan untuk membantu mengurangi keparahan kejang pada anak.
3. Hemispherectomy
Operasi ini juga biasa dilakukan ke anak-anak. Biasanya operasi hemispherectomy dilakukan ke anak yang mengalami kejang akibat kerusakan di salah satu belahan otak. Operasi ini dilakukan dengan mengangkat lapisan luar pada separuh bagian otak.
Cari tahu lebih lanjut seputar epilepsi dan cara pengobatannya dengan bertanya kepada dokter di aplikasi Halodoc. Lebih mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!
Baca juga: