Diagnosis Keberadaan Mikroba, Begini Tes Mikrobiologi Dilakukan
Halodoc, Jakarta – Terdapat banyak pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk diagnosis penyakit, salah satunya tes mikrobiologi. Tes ini berfungsi untuk mendeteksi penyakit akibat infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit lain.
Caranya dengan menganalisa sampel darah, urine, feses, dan kerokan kulit pengidapnya menggunakan mikroskop. Mengingat ukuran mikroorganisme sangat kecil, bagaimana bakteri bisa masuk dan menginfeksi tubuh? Ini jawabannya.
Baca Juga: Ini yang Perlu Diketahui Tentang Bakteri dan Bakteriologi
Bagaimana Bakteri Menyebabkan Sakit?
Bakteri menularkan penyakit dengan berbagai cara, yakni berkembang secara berlebihan, menghancurkan jaringan tubuh secara langsung, atau menghasilkan racun pembunuh sel-sel tubuh. Penularan ini terjadi saat bakteri menyebar lewat udara, serta konsumsi makanan atau menyentuh benda yang terkontaminasi bakteri.
Setelah menginfeksi, bakteri bisa bertahan lama dalam tubuh sehingga berpotensi menyerap nutrisi dan energi. Tak jarang, bakteri menghasilkan racun yang membahayakan tubuh dan menimbulkan gejala demam, sesak napas, batuk, mual, muntah, diare, dan ruam kemerahan. Itu sebabnya tes mikrobiologi dibutuhkan untuk menetapkan diagnosis penyebab penyakit.
Bagaimana Tes Mikrobiologi Dilakukan?
Seseorang yang dicurigai terinfeksi mikroba akan ditanya mengenai riwayat kesehatan dan menjalani pemeriksaan fisik. Tes awal yang biasanya dilakukan adalah tes darah lengkap untuk mendeteksi infeksi bakteri. Secara spesifik, berikut cara tes mikrobiologi dilakukan:
1. Kultur Mikroba
Sampel jaringan atau cairan diuji untuk mengetahui keberadaan patogen spesifik penyebab penyakit. Terdapat tiga jenis tipe media yang digunakan saat tes kultur mikroba, yaitu:
-
Kultur padat. Permukaan padat dibuat menggunakan campuran zat gizi, garam, dan agar. Mikroba tunggal diletakkan di atas piring agar dan dibiarkan berkembang menjadi koloni. Metode ini banyak digunakan untuk kultur bakteri dan jamur.
-
Kultur cair. Sel mikroba dibiarkan berkembang di dalam media cair. Perkembangannya ditentukan oleh durasi yang dibutuhkan cairan untuk membentuk suspensi koloidal. Metode ini digunakan untuk diagnosis penyakit akibat parasit dan mendeteksi keberadaan mikroba.
-
Kultur sel, baik pada hewan maupun manusia, diamati untuk menentukan dampak keberadaan mikroba dalam sel tubuh. Metode ini digunakan untuk deteksi penyakit akibat virus.
Baca Juga: Ini Bedanya Pemeriksaan Bakteriologi dan Mikrobiologi
2. Pemeriksaan Mikroskopik
Teknik kultur menggunakan pemeriksaan mikroskopik untuk membantu proses identifikasi mikroba. Metode ini bisa dilakukan segera setelah sampel diambil dari pengidap, kemudian digunakan untuk mengidentifikasi penyebab penyakit secara lebih detail.
3. Tes Biokimia
Tergolong cepat dan mudah dilakukan. Bila digunakan untuk identifikasi bakteri, tes biokimia menggunakan enzim atau zat metabolik yang mampu memfermentasi karbohidrat. Zat asam, alkohol, dan gas terdeteksi ketika bakteri tumbuh pada media cair atau padat tertentu.
4. Reaksi Rantai Polimerase (PCR)
PCR banyak digunakan untuk mendeteksi keberadaan mikroba dalam tubuh. Dibanding metode lain, metode ini tergolong akurat, cepat, dan bisa diandalkan. Keuntungan PCR lainnya adalah sekuens DNA dari mikroba atau strain infeksi yang baru ditemukan bisa dibandingkan dengan yang telah terdaftar dalam basis data.
Hal ini membantu meningkatkan pemahaman tentang organisme mana yang menyebabkan penyakit menular, sehingga membantu proses pengobatan. Penerapan PCR ditemukan pada pemeriksaan HIV dan virus hepatitis.
Baca Juga: 4 Jenis Tes Mikrobiologi Sesuai dengan Penyakitnya
Itulah fakta tes mikrobiologi yang perlu diketahui. Kalau kamu ingin melakukan tes kesehatan, gunakan fitur Lab Service yang ada di aplikasi Halodoc. Kamu hanya perlu menentukan waktu, lokasi, dan jenis pemeriksaan medis yang dibutuhkan, lalu petugas lab akan datang sesuai jadwal yang ditentukan. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!