Bergerak-Gerak Secara Spontan, Kenali Tanda Sindrom Tourette
Halodoc, Jakarta – Pernahkah kamu bertemu dengan orang yang memiliki sindrom Tourette? Sindrom Tourette merupakan penyakit neuropsikiatrik, menyebabkan orang yang mengidapnya melakukan serangkaian gerakan secara tiba-tiba, berulang, dan spontan. Pengidap sindrom Tourette juga bisa mengeluarkan ucapan, seperti suara abnormal atau mengutuk secara tiba-tiba tanpa bisa mengontrolnya. Jangan takut atau merasa aneh, tapi mari kenali sindrom ini lebih jauh, agar kamu bisa memberi dukungan kepada pengidapnya.
Sindrom yang ditemukan oleh Georges Albert Edouard Brutus Gilles de la Tourette ini biasanya bermula pada usia 2-15 tahun dan ditemukan lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. Perilaku yang dikeluarkan si pengidap, yaitu gerakan atau ucapan yang dikeluarkan secara tiba-tiba, cepat, berulang dan spontan, disebut dengan tic. Orang tua sebaiknya memperhatikan anaknya dengan seksama, karena seorang anak mungkin saja sudah mulai menunjukkan tic pada usia tertentu, tapi umumnya tic terjadi secara hilang dan timbul sehingga tidak terlalu terlihat. Pengidap sindrom Tourette bisa mengalami berbagai jenis tic selama beberapa kali dalam satu hari dan hal tersebut berlangsung selama lebih dari satu tahun.
Apa yang Menyebabkan Sindrom Tourette?
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti dari sindrom Tourette. Namun, seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan memiliki anggota keluarga yang mengidap sindrom tersebut akan lebih besar kemungkinannya terkena sindrom Tourette. Beberapa teori berikut mencoba menjelaskan penyebab sindrom Tourette:
- Neurologikal. Beberapa studi mendapati bahwa anak dengan sindrom Tourette memiliki cacat pada struktur, fungsi, atau zat kimia pada otak. Walaupun demikian, teori tersebut belum bisa dipastikan kebenarannya karena belum ada penjelasan yang lebih mendetail tentang penemuan tersebut.
- Faktor Keturunan. Orang tua yang memiliki gen abnormal diduga sebagai faktor penyebab anak mengidap sindrom Tourette.
- Lingkungan. Jika selama masa kehamilan, ibu mengalami stres, maka anak yang dilahirkan mungkin berisiko terkena sindrom Tourette. Proses melahirkan yang berjalan kurang lancar dan berlangsung lama juga meningkatkan risiko sindrom ini pada anak. Selain itu, kondisi fisik bayi saat lahir juga diduga bisa menjadi penyebab kemunculan sindrom Tourette, misalnya berat badan di bawah angka normal. Penyebab lain berkembangnya sindrom ini pada anak adalah infeksi kuman streptococcal, namun belum bisa dibuktikan.
Gejala Sindrom Tourette
Sindrom Tourette bisa diketahui dari gejala utamanya yaitu perilaku yang dilakukan tanpa sengaja atau disebut tic. Ada dua jenis tic yang umumnya dilakukan oleh anak pengidap sindrom Tourette:
- Vocal Tics
Perilaku membuat suara-suara yang singkat (simple vocal tics), seperti suara gerutuan, batuk, menggonggong, dan lain-lain. Atau mengeluarkan suara yang lebih panjang (complex tics), seperti mengulang perkataan orang lain (echophenomena) dan mengulang perkataan diri sendiri (palilalia).
- Motor Tics
Perilaku membuat gerakan secara berulang yang melibatkan gerakan otot yang sedikit (simple tics), seperti menggelengkan kepala, mengedipkan mata, mengedutkan bibir, dan lain-lain. Pengidap bisa juga membuat gerakan yang melibatkan beberapa otot sekaligus (complex tics), seperti lompat-lompat, berputar, menepuk, dan lain-lain.
Karena perilaku tic terjadi secara spontan dan tidak bisa dikendalikan, maka kebanyakan anak pengidap sindrom Tourette susah bersosialiasi dengan lingkungan sekitarnya karena dianggap aneh. Apalagi jika tic disertai dengan gejala perilaku lainnya, sehingga bisa mengganggu orang lain, seperti mengeluarkan umpatan yang kotor, vulgar, dan tidak sopan secara sengaja (koprolalia), serta perilaku yang tidak pantas dilakukan, seperti mengeluarkan komentar yang kasar.
Gangguan yang Ditemui Pada Anak dengan Sindrom Tourette
Orang tua harus memaklumi jika anaknya yang mengidap sindrom Tourette juga menunjukkan gangguan-gangguan perilaku, karena beberapa anak dengan sindrom Tourette juga mengalaminya.
- Terdapat 6 dari 10 anak dengan sindrom Tourette yang juga mengalami ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) atau gangguan perilaku hiperaktif.
- 1-2 anak dari 10 anak pengidap sindrom Tourette mengalami gangguan tingkah laku (conduct disorder) yaitu suka melawan dan berperilaku kasar.
- Terdapat 5 dari 10 anak pengidap sindrom Tourette juga mengalami OCD (obsessive-compulsive disorder), yaitu berpikiran obsesif dan berperilaku kompulsif.
- Ada 2 dari 10 anak pengidap sindrom Tourette mengalami gangguan perubahan suasana hati. Mereka bisa merasa sangat cemas dan bahkan depresi.
- 3 dari 10 anak pengidap sindrom Tourette bisa melukai dirinya sendiri, seperti memukul-mukul diri.
- Ditemukan 3 dari 10 anak pengidap sindrom Tourette mengalami kesulitan belajar.
Cara Mengobati Sindrom Tourette
Sayangnya, sindrom Tourette tidak bisa disembuhkan. Namun, beberapa cara berikut bisa membantu mengendalikan kemunculan tic yang mengganggu kehidupan sehari-hari pengidap.
- Terapi Psikologis
Dengan menjalankan terapi psikologis sesuai dengan permasalahan yang timbul akibat sindrom Tourette, maka perilaku tic si anak bisa dikendalikan atau diredakan. Beberapa terapi yang bisa dilakukan adalah latihan pembalikan kebiasaan, CBT (cognitive behavioural therapy), dan terapi pencegahan eksposur dan respons.
- Edukasi dan Dukungan
Mencari tahu sebanyak mungkin informasi mengenai sindrom Tourette dapat membantu menentukan perawatan terbaik untuk si anak pengidap sindrom Tourette dan meningkatkan hasilnya. Sebaiknya orang tua dan anak juga mengikuti kelompok konsultasi agar dapat saling berbagi informasi dan pengalaman dengan sesama pengidap sindrom Tourette lainnya. Edukasi dapat juga diberikan kepada guru-guru dan orang tua murid di tempat anaknya bersekolah, agar tercipta lingkungan yang positif dan bisa mendukung perkembangan si anak sindrom Tourette.
- Obat-obatan
Obat-obatan golongan antipsikotik dan clonazepam (suatu obat golongan benzodiazepine) biasanya diberikan kepada anak yang memiliki kasus sindrom Tourette yang cukup parah. Tujuannya untuk mengurangi terjadinya tic, sehingga anak dapat melakukan aktivitas hariannya dengan baik, sekaligus meminimalkan efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi, seperti haloperidol, sulpiride, risperidone, dan aripiprazole.
- Bedah
Prosedur bedah hanya direkomendasikan bagi pengidap sindrom Tourette yang parah dan sudah menjalani terapi, namun tidak membuahkan hasil. Dalam prosedur bedah ini, otak di dalam kepala si anak pengidap sindrom Tourette akan ditanam elektroda yang berfungsi untuk merangsang reaksi otak dalam.
Meskipun masih banyak pro dan kontra mengenai prosedur penanganan sindrom Tourette, namun anak-anak dengan sindrom ini masih ada kemungkinan untuk membaik seiring berjalannya waktu. Pada beberapa anak, gejala yang muncul dapat berkurang bahkan menghilang seiring bertambahnya usia. Namun pada sebagian anak yang lain, gejala sindrom terus ada hingga anak beranjak dewasa.
Jangan ragu untuk bertanya kepada dokter jika kamu ingin mengetahui sindrom Tourette lebih dalam melalui aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter dan berdiskusi melalui metode Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan dimana saja. Selain itu, kamu juga bisa membeli vitamin dan produk kesehatan yang dibutuhkan di aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, hanya tinggal order dan pesanan akan diantar ke tempat kamu berada dalam satu jam. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play.