Berakibat Fatal, Botulisme Bisa Sebabkan Kelumpuhan
Halodoc, Jakarta – Botulisme adalah penyakit yang bisa menyebabkan kelumpuhan ataupun kelambanan di berbagai otot. Bakteri yang menyebabkan botulisme ini bisa terjadi karena penyebaran melalui makanan ataupun luka. Bahkan, bayi yang baru lahir juga bisa mengidap botulisme.
Makan-makanan yang terkontaminasi dan merupakan produk rumahan bisa menyebabkan bakteri botulisme makanan. Sedangkan jika kamu yang senang mencicipi makanan contoh, maka ada kemungkinan makanan tersebut sudah rusak dan bisa menyebabkan botulisme.
Penyakit yang bisa menyebabkan kelumpuhan diberbagai otot ini terjadi karena luka terinfeksi oleh bakteri sehingga melepaskan neurotoksin. Sedangkan pada bayi sendiri, di mana bayi tanpa sengaja mengonsumsi spora dari bakteri yang bisa diperolehnya selama dalam kandungan. Lalu, setelah dilahirkan baru kemudian usus bayi melepas neurotoksin.
Melumpuhkan Saraf
Neurotoksin bekerja dengan cara melumpuhkan saraf sehingga otot-otot tidak bisa berkontraksi. Ini terjadi ketika neurotoksin memasuki sel-sel saraf sehingga mengganggu pelepasan asetilkolin sehingga saraf tidak dapat merangsang otot untuk berkontraksi.
Kecuali saraf dapat meregenerasi akson baru yang tidak memiliki paparan pada neurotoksin, tetapi gangguan pada sambungan neuromuskular adalah permanen. Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu lama untuk pulih dari botulisme.
Selain bersifat melumpuhkan ada gejala-gejala botulisme yang paling umum, seperti:
1. Penglihatan ganda,
2. Penglihatan kabur,
3. Kelopak mata terkulai,
4. Bicara cadel,
5. Kesulitan menelan,
6. Mulut kering,
7. Kelemahan otot (mengakibatkan paralisis lembek),
8. Pusing,
9. kelelahan,
10. Sembelit,
11. Ketidaknyamanan perut atau rasa sakit di ulu hati,
12. Mual,
13. Muntah,
14. Meneteskan air liur,
15. Kesulitan berbicara,
16. Kesulitan menelan,
17. Sesak napas,
18. Refleks melambat bahkan tidak ada,
19. Kelemahan wajah,
20. Kelemahan otot mata, dan
21. Kelumpuhan.
Penanganan Botulisme
Jika didiagnosis awal, maka botulisme yang disebabkan karena makanan dan luka dapat diobati. Diobati dengan antitoksin yang menghalangi peredaran neurotoksin dalam darah. Antitoksin trivalen (efektif melawan tiga neurotoksin A, B, dan E).
Antitoksin dapat mencegah memburuknya kondisi botulisme, tetapi tetap saja membutuhkan pemulihan waktu berminggu-minggu. Antitoksin heptavalen lain (efektif melawan tujuh neurotoksin A, B, C, D, E, F, dan G).
Kemudian, dokter dapat mengeluarkan makanan yang terkontaminasi dan masih ada di usus dengan menggunakan enema guna merangsang supaya muntah. Sedangkan botulisme karena luka bisa diobati, biasanya dengan pembedahan untuk menghilangkan sumber dari bakteri penghasil racun.
Enema dapat digunakan untuk menghilangkan toksin yang tidak terserap, tetapi garam magnesium, sitrat, dan sulfat tidak dapat digunakan karena dapat menambah kekuatan racun. Antibiotik juga tidak bisa digunakan dalam botulisme makanan, tetapi digunakan dalam botulisme luka. Berkonsultasi dengan spesialis penyakit menular disarankan untuk proses penyembuhan lebih lanjut.
Kegagalan pernapasan dan kelumpuhan yang terjadi karena botulisme yang parah membuat pengidap harus terhubung dengan mesin pernapasan (ventilator mekanik) selama berminggu-minggu dan mungkin memerlukan perawatan medis dan perawatan intensif. Setelah beberapa minggu, kelumpuhan perlahan membaik ketika akson di saraf diregenerasikan.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai bakteri botulisme ataupun penyakit serta informasi kesehatan lainnya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Hubungi Dokter, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan