Benarkah Telur Bisa Sebabkan Bisul?
Halodoc, Jakarta – Enggak sedikit orang yang mengaku terkena bisulan karena sering mengonsumsi telur. Ada pula yang sering mendengar saran agar orangtua untuk enggak terlalu banyak memberikan telur pada anak. Katanya, telur bisa jadi penyabab bisulan pada anak. Nah, benarkah demikian?
Sebelumnya, perlu diketahui terlebih dahulu kalau telur merupakan makanan yang mengandung banyak protein hewani. Contohnya, telur ayam. Per 100 g makanan ini mengandung 165 kalori, 12,8 g protein, 2,7 mg zat besi, 11,5 g lemak, 0,1 mg vitamin B1, dan masih banyak nutrisi lainnya.
Menurut ahli, angka kecukupan gizi anak di usia 1-3 tahun untuk pasokan energi setidaknya perlu mengasup 1.250 kalori, 23 g protein, dan 8 mg zat besi. Nah, dengan begitu pemberian telur pada kelompok anak di usia tersebut sangat membantu untuk memenuhi kecukupan gizinya.
Dengan kandungan gizi yang cukup banyak, lantas kenapa muncul anggapan telur penyebab bisulan?
Infeksi Bakteri
Pada dasarnya, selain susu sapi atau kambing, kacang-kacangan, ikan laut, kedelai, dan gandum, telur memang tergolong makanan yang paling sering menimbulkan alergi. Kemunculan alergi akibat makanan ini bisa terjadi dengan segera atau sesudah beberapa waktu mengonsumsi makanan yang mengandung alergen (zat pemicu alergi). Nah, reaksi ini bisa terjadi pada anak di semua golongan umur, terutama di bawah lima tahun. Namun, ketika Si Kecil telah melewati usia lima tahun, kejadian terkena alergi makanan akan berkurang.
Gejala akibat alergi makanan ini bisa beragam kondisi. Mulai dari berupa bengkak dan gatal pada bibir maupun lidah, muntah, bahkan diare. Alergen ini bisa melewati saluran cerna dan masuk ke dalam sirkulasi, dan akhirnya mencetuskan reaksi pada organ lain.
Kuning telur dianggap kurang alergenik dibandingkan dengan putih telur. Oleh sebab itu, sebaiknya orangtua perlu menunda pemberian putih telur sampai anak berusia satu tahun untuk mencegah alergi.
Telur Penyebab Bisulan
Kata ahli hal ini memang bisa saja terjadi bila Si Kecil memang alergi terhadap telur. Jangankan kebanyakan, ketika anak alergi terhadap telur, pemberian sedikit makanan ini pun bisa menimbulkan alergi. Kata ahli, eksem akibat alergi telur ini bisa menimbulkan komplikasi infeksi oleh bakteri staphylococcus aureus. Nah, infeksi yang disebabkan bakteri inilah yang bisa menyebabkan bisul.
Lalu, bila anak yang enggak alergi terhadap telur, apa tetap boleh mengonsumsi telur dalam jumlah banyak? Dengarlah nasihat klasik: “sesuatu yang berlebihan tidaklah baik.”
Sebaiknya anak enggak dibiasakan mengonsumsi telur dalam jumlah berlebihan. Kira-kira cukup dua butir sehari. Pasalnya, konsumsi telur yang terlampau banyak bisa mengakibatkan nutrisi makanan sehari-harinya tidak seimbang. Proposi protein dan lemak terlalu berlebihan, misalnya.
Jangan Percaya, Cuma Mitos
Gejala alergi terhadap telur pada tiap orang memang berbeda-beda. Namun, menurut Journal of Agricultural and Food Chemistry, gejala alergi putih telur biasanya akan menyebabkan sakit kepala, mual, dan ruam-ruam kemerahah di kulit. Perlu diingat, ruam-ruam kemerahan ini bukanlah bisul.
Bila anak tidak alergi terhadap telur, orangtua tak perlu khawatir akan timbulnya bisul pada kulit anak. Sebab enggak ada tuh penelitian yang menghubungkan bisulan dengan konsumsi telur. So, dengan kata lain, telur bisa menyebabkan bisul hanyalah mitos belaka.
Omong-omong soal bisulan, kondisi ini sebenarnya merupakan peradangan kulit yang terlokasi. Biasanya sering terjadi di folikel rambut. Bisul sendiri mengandung nanah di dalamnya. Nah, nanah yang muncul ini merupakan hasil “pertempuran” sel darah putih dengan bakteri penyebab bisul.
Melansir Mayo Clinic, bakteri staphylococcus aureus umumnya sering ditemukan di kulit dan bagian dalam hidung. Selain itu, bisul juga kadang berkembang di bagian kulit yang digigit serangga, yang menjadi jalan masuknya bakteri tersebut.
Kesimpulannya, setiap orang termasuk orang sehat sekalipun , bisa saja mengalami bisulan. Nah, berikut beberapa orang yang berisiko mengembangkan bisul.
- Orang yang memiliki masalah kulit lain, seperti eksim dan jerawat.
- Kontak langsung dengan kulit yang mengalami infeksi staphylococcus aureus.
- Orang yang memiliki masalah kekebalan tubuh.
- Pasien diabetes, karena penyakit ini menyulitkan tubuh melawan infeksi termasuk infeksi kulit.
(Baca juga: Ketahui 5 Fakta Tentang Jerawat)
Si Kecil bisulan atau ingin tahu lebih jauh mengenai hal ini? Kamu bisa lho mendiskusikan masalah medis tersebut dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!