Benarkah Puasa Sama Efektifnya dengan Diet Rendah Kalori
Halodoc, Jakarta – Salah satu diet yang paling menjanjikan untuk mendapatkan perhatian baru-baru ini adalah puasa. Puasa kerap disamakan dengan pola makan yang memadatkan asupan makanan harian menjadi satu periode waktu yang terbatas, kemudian berbuka untuk sisa hari itu.
Daya tarik terbesar dari puasa sebagai diet adalah fleksibilitas untuk menyesuaikannya dengan gaya hidup. Antusiasme untuk puasa didorong oleh data dari penelitian bahwasanya puasa dapat meringankan penyakit kardiovaskular dan jenis kanker tertentu.
Namun, beberapa penelitian menunjukkan efek puasa ini sedikit susah karena sulit mengontrol seseorang untuk patuh terhadap asupan makanannya. Apalagi kalau ketika mendapat tekanan dari lingkungan luar.
Baca juga: 4 Masalah Kesehatan Umum Saat Puasa
Puasa dan pembatasan kalori harian memang dapat menyebabkan penurunan berat badan dan lemak yang signifikan. Namun, puasa sebenarnya tidak lebih efektif daripada diet konvensional untuk menurunkan berat badan. Puasa juga tidak meningkatkan penanda kesehatan apa pun selain pembatasan kalori harian.
Puasa Metode Diet yang Pas?
Karenanya, metode apa pun yang kamu gunakan, untuk menurunkan berat badan, haruslah mengurangi total asupan kalori. Sejatinya, puasa dapat membantu penurunan berat badan jangka pendek tetapi mungkin bukan metode yang baik untuk penurunan berat badan jangka panjang yang berkelanjutan.
Kemudian, pemikiran lainnya adalah apakah konsumsi makan satu kali dalam jumlah besar di malam hari yang sama efektifnya dengan pembatasan kalori, tapi tetap memiliki frekuensi makan seperti biasa?
Dalam hal diet, tidak ada solusi satu ukuran untuk semua. Studi ini menunjukkan bahwa puasa dan pembatasan kalori sama-sama efektif untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan metabolisme. Jadi, diet terbaik, dan mungkin paling sukses, untuk diri sendiri mungkin adalah yang sesuai dengan gaya hidupmu.
Baca juga: Ini Panduan Berpuasa Bagi Pengidap Maag
Menjaga Metabolisme
Rahasia penurunan berat badan jangka panjang adalah menjaga metabolismemu. Puasa memicu banyak adaptasi hormon yang tidak terjadi dengan pengurangan kalori sederhana. Insulin turun, tapi noradrenalin naik dan menjaga metabolisme tetap tinggi. Hormon pertumbuhan juga meningkat dan menjaga massa otot.
Selama puasa, tubuh membuka cukup persediaan makanan yang tersimpan yaitu lemak tubuh. Sebagai gantinya, tubuh mengubah sumber bahan bakar dari makanan, menjadi makanan yang disimpan (atau lemak tubuh).
Selama puasa, pertama-tama kita membakar glikogen yang tersimpan di hati. Saat itu selesai, kita menggunakan lemak tubuh. Karena ada banyak bahan bakar, tidak ada alasan untuk metabolisme turun.
Puasa efektif jika pengurangan kalori tidak sederhana. Obesitas adalah ketidakseimbangan hormon, bukan ketidakseimbangan kalori. Perubahan hormon bermanfaat bisa terjadi ketika puasa sepenuhnya dicegah oleh asupan makanan yang konstan.
Kekhawatiran yang dapat dipahami dari puasa adalah bahwa orang yang berpuasa menjadi makan secara berlebihan pada saat tidak puasa sebagai pengganti kalori yang hilang selama puasa.
Baca juga: Diet Sambil Puasa, Begini Caranya
Jenis pola makan, seperti ini akan sulit bagi seseorang yang makan setiap beberapa jam. Ini juga tidak sesuai untuk mereka yang memiliki kondisi yang membutuhkan makanan secara berkala karena perubahan metabolisme yang disebabkan oleh obat-obatan mereka, misalnya dengan diabetes.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai seberapa efektif puasa terhadap penurunan berat badan dan perbandingannya dengan diet rendah kalori, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Talk to A Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.