Benarkah Pengidap Rosacea Berisiko Terserang Alzheimer?
Halodoc, Jakarta - Rosacea adalah penyakit kulit kronik, terjadi ketika kulit berubah kemerahan yang menyebar di luar hidung dan pipi menuju ke dahi dan dagu, serta bisa juga seperti kumpulan jerawat. Bahkan, telinga, dada, dan punggung juga bisa berwarna merah setiap saat. Penyakit ini sering menyerang orang yang berusia 40-60 tahun. Gejala yang muncul beragam dan dibedakan berdasarkan jenisnya.
Seperti pada kasus erythematotelangiectatic rosacea yang menimbulkan gejala seperti kulit kemerahan hingga menampilkan pembuluh darah, kasu. rosacea phymatous dengan gejala kulit mengental dan berubah tekstur menjadi bergelombang. Pada kasus rosacea okular, gejalanya berupa mata yang berubah merah, iritasi, dan kelopak mata membengkak.
Rosacea dan Alzheimer
Lalu, benarkah pengidap rosacea memiliki risiko tinggi terserang alzheimer? Faktanya benar demikian. Hal ini dikaitkan dengan ditemukannya bukti pada rosacea yang dikaitkan dengan kadar protein tertentu yang lebih tinggi dan turut terlibat dalam berbagai gangguan otak, seperti demensia dan alzheimer. Protein ini termasuk jenis metalloproteinase dan peptida antimikroba.
Baca juga: Ketahui Jenis dan Cara Mengatasi Rosacea
Protein ini dimiliki oleh semua hewan dan memainkan peran penting dalam kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh bawaan serta fungsi seluler lainnya. Tetapi, peningkatan kadar kedua protein ini terlibat dalam beberapa penyakit inflamasi, seperti penyakit parkinson sekaligus telah dipelajari sebagai penyebab potensial terjadinya peradangan pada rosacea.
Demensia mencakup berbagai gejala yang berkaitan dengan penurunan kemampuan mental dan memori yang membuat seseorang sulit untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Sementara itu, alzheimer adalah bentuk dari penyakit demensia yang paling umum.
Seorang pakar dari Departemen Dermato Alergi di Herlev and Gentofte Hospital, University of Copenhagen, dr. Alexander Egeberg berujar seseorang yang memiliki gejala neurologis yang menonjol seperti terbakar dan nyeri yang menyengat pada kulit, sakit kepala sebelah, dan gejala neuropsikiatri menunjukkan hubungan antara roaseca dan penyakit neurologis.
Baca juga: Cara Merawat Kulit Pengidap Rosacea
Lanjutnya, ada mekanisme tertentu yang mendasari bahwa rosacea dan penyakit alzheimer tampaknya saling berbagi. Namun, belum diketahui dengan pasti apakah salah satunya menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan yang lain.
Studi lanjutan masih terus dilakukan untuk mencari gejala lain dari disfungsi kognitif pada pasien lansia yang mengidap rosacea, dan apakah pengobatan gangguan kulit dapat memodifikasi risiko pasien terkena demensia. Pasalnya, risiko penyakit alzheimer meningkat secara signifikan pada orang-orang berusia 60 tahun ke atas.
Meski begitu, penting untuk diingat bahwa tidak semua lansia yang mengidap rosacea mengalami alzheimer. Meski risiko pada pengidap rosacea sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal dan sehat lainnya, risiko absolut untuk seorang pengidap masih terbilang cukup rendah.
Baca juga: Sama-Sama Bikin Lupa, Ini Bedanya Amnesia, Demensia, dan Alzheimer
Jadi, ternyata ada kaitan antara rosacea dan penyakit alzheimer, dengan risiko yang cukup tinggi. Ini tentu membuat kamu perlu ekstra waspada terhadap segala gejala aneh yang mungkin terasa. Jangan dibiarkan, karena setiap gejala sekecil apa pun mungkin adalah indikasi bahwa kamu sedang mengalami gangguan kesehatan yang serius.
Segera tanyakan pada dokter jika kamu mengalaminya, karena kini bertanya jawab dengan ahli kesehatan tidak perlu lagi harus antre di klinik. Kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc dengan cara download dan melakukan registrasi terlebih dahulu. Yuk, pakai aplikasi Halodoc!