Benarkah Obesitas Bisa Sebabkan Penyakit Arteri Perifer?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   23 Mei 2019
Benarkah Obesitas Bisa Sebabkan Penyakit Arteri Perifer?Benarkah Obesitas Bisa Sebabkan Penyakit Arteri Perifer?

Halodoc, Jakarta – Orang dengan obesitas diketahui berisiko tinggi terkena penyakit jantung koroner, jenis penyakit jantung yang paling umum. Sekarang, sebuah studi baru menunjukkan obesitas juga dapat meningkatkan kemungkinan mengembangkan penyakit arteri perifer.

Penyakit arteri koroner berkembang ketika arteri yang memasok darah ke jantung menjadi kaku dan sempit. Penyakit arteri perifer memengaruhi arteri yang memasok darah ke lengan, tungkai, atau kaki dan sering menyebabkan rasa sakit atau kram di kaki atau pinggul saat berjalan atau menaiki tangga.

Setidaknya 6,8 juta orang Amerika usia 40 dan lebih tua memiliki penyakit arteri perifer. Jika tidak diobati, penyakit arteri perifer dapat berkembang menjadi iskemia ekstremitas kritis, penyumbatan parah pada arteri yang dalam beberapa kasus, hanya dapat diobati dengan membiarkan ekstremitas yang terkena diamputasi.

Baca juga: Kebiasaan Melewatkan Sarapan Bisa Sebabkan Obesitas

Para ahli mengatakan studi sebelumnya telah menemukan bahwa merokok, diabetes dan kolesterol tinggi meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit arteri perifer, tapi peran yang dimainkan obesitas dalam penyakit ini belum jelas.

Penelitian yang diterbitkan oleh Journal of American Heart Association, menemukan fakta bahwa orang yang obesitas 1,5 kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit arteri perifer dengan iskemia ekstremitas kritis daripada mereka yang memiliki berat badan normal.

Dengan meningkatnya obesitas, seseorang memiliki peningkatan risiko yang berarti peningkatan risiko kehilangan anggota tubuh. Karenanya, sangat penting bagi dokter untuk menyarankan pasien dengan penyakit arteri perifer yang mengalami obesitas untuk menurunkan berat badan.

Sulit Menggerakkan Tubuh

Ketika seseorang mengalami obesitas dan mengembangkan penyakit arteri perifer mereka mengalami kesulitan berjalan yang membuatnya lebih sulit untuk menurunkan berat badan, karena mereka tidak aktif.

Kondisi yang berhubungan dengan obesitas, seperti diabetes mungkin mendorong tingkat penyakit arteri perifer yang lebih tinggi dan iskemia ekstremitas kritis, daripada obesitas itu sendiri.

Namun, hal itu tidak mengurangi pesan bahwa mengurangi berat badan bisa sangat berdampak pada risiko penyakit arteri perifer, seperti halnya dengan penyakit kardiovaskular lainnya. Faktanya, ada banyak pasien dengan penyakit arteri perifer canggih yang sedang menunggu operasi untuk diamputasi anggota tubuh. Penyakit arteri perifer adalah epidemi di antara populasi yang kurang diperhatikan.

Baca juga: Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Bisa Sebabkan Obesitas

Penyakit arteri perifer bisa semakin memburuk dari waktu ke waktu. Kamu mungkin tidak memiliki gejala sampai penyakitnya memburuk. Seiring waktu arteri perifer bisa menyebabkan klaudikasio berselang.

Klaudikasio adalah nyeri yang terjadi di paha, pinggul, betis, atau kaki. Itu bisa terjadi ketika kamu berjalan, menggunakan tangga, atau berolahraga. Kamu mungkin mengalami kram atau pincang. Kerap juga merasa berat, lemah, atau lelah. Gejala sering dimulai setelah berjalan jarak tertentu, seperti satu atau dua blok, dan berakhir setelah kamu beristirahat untuk jumlah waktu yang sama.

Baca juga: 7 Faktor Risiko Seseorang Terkena Arteri Perifer

Gejala lainnya, kamu juga memiliki:

  1. Perasaan mati rasa di kaki atau kaki saat beristirahat

  2. Kaki yang dingin

  3. Nyeri otot di paha, betis, atau kaki

  4. Kehilangan rambut di tungkai bawah

  5. Kuku kaki tumbuh dengan buruk atau tebal

  6. Tungkai pucat atau biru

  7. Masalah berjalan

  8. Luka kaki yang sembuh perlahan

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai obesitas dan penyakit arteri perifer, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Talk to a Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.