Benarkah Diabetes Bisa Sebabkan Vaginitis?
Halodoc, Jakarta – Perempuan dengan diabetes tipe 2 memiliki risiko lebih besar terkena infeksi jamur atau lebih sulit melawan infeksi bakteri. Infeksi jamur memberikan sensasi tidak menyenangkan.
Keputihan yang tidak normal, gatal dan terbakar, hubungan intim dan buang air kecil yang menyakitkan, kemerahan, dan pembengkakan adalah beberapa gejala yang dapat memengaruhi kehidupan seks perempuan atau hanya memengaruhi tingkat kenyamanan hariannya.
Untuk perempuan yang mengidap diabetes tipe 2, masalah ini perlu perhatian khusus, terutama jika gula darah tidak terkontrol dengan baik. Menurut Mache Seibel MD, seorang ginekolog dan dokter kandungan dari Harvard Medical School di Boston, mengatakan kontrol gula darah sangat penting bagi seluruh tubuh. Terutama untuk area Miss V, di mana gula darah yang tinggi bisa meresap ke dalam jaringan Miss V dan membentuk lingkungan yang lebih menguntungkan untuk infeksi jamur.
Baca juga: 5 Penyebab Vaginitis yang Harus Diperhatikan
Jaringan Miss V mengandung keseimbangan mikroorganisme, seperti ragi dan bakteri, namun kelebihan gula dalam darah dapat memicu pertumbuhan ragi yang berpotensi menyebabkan infeksi.
Sering buang air kecil yang dapat terjadi ketika kadar glukosa tinggi dan tubuh bekerja untuk menghilangkan sendiri kelebihan gula, dapat menambah masalah dengan membawa gula tambahan yang ditemukan dalam urine ke area Miss V. Obat diabetes tertentu, seperti canagliflozin (Invokana, Invokamet, atau Invokamet XR), penghambat SGLT-2, menurunkan gula darah dengan mengeluarkan glukosa dalam urine, yang juga dapat menambah gula di daerah Miss V dan meningkatkan kemungkinan infeksi jamur.
Vaginitis dan Diabetes
Wanita dengan diabetes juga cenderung memiliki risiko lebih besar terkena bakteri vaginosis, yaitu suatu kondisi yang terjadi ketika ada terlalu banyak bakteri tertentu dalam Miss V, yang dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya penyakit menular seksual (PMS). Situasi ini kerap disebut sebagai vaginitis.
Infeksi bakteri dapat menyebabkan demam, kedinginan, dan keluarnya cairan dari Miss V. Antibiotik diperlukan untuk mengobati kondisi ini. Lingkungan asam normal Miss V memberikan penghalang alami terhadap infeksi dan iritasi, karena itu menekan pertumbuhan bakteri jahat yang lebih memilih lingkungan yang kurang asam.
Baca juga: Jangan Sembarangan, Ini 5 Cara Mengobati Vaginitis
Sebenarnya, selama jumlah bakteri baik tinggi dan pH Miss V bersifat asam, bakteri jahat memiliki peluang pertumbuhan berlebih yang sangat tipis, sehingga kemungkinan infeksi rendah. Perempuan dengan diabetes cenderung memiliki pH yang lebih basa, bukan asam, namun mengendalikan gula darah dapat membantu meningkatkan keasaman tubuh, sehingga menangkal infeksi bakteri.
pH normal Miss V adalah sekitar 3,5 hingga 4,5. pH yang lebih rendah dianggap bersifat asam, sedangkan yang lebih besar dari 4,5 dianggap basa. Diabetes juga dapat mencegah tubuh perempuan dari penyembuhan dari infeksi bakteri.
Baca juga: Kebiasaan yang Bisa Menjadi Pemicu Terkena Vaginitis
Ketika orang memiliki gula darah lebih dari 200 mg/dL (miligram per desiliter), sistem kekebalan tubuh tidak bertindak seperti seharusnya terhadap bakteri. Untuk pengidap diabetes, Joslin Diabetes Center, sebuah klinik dan pusat penelitian dan pendidikan di Boston, merekomendasikan rentang glukosa darah puasa antara 70 dan 130 mg / dL, kisaran glukosa darah plasma kurang dari 180 mg / dL setelah makan dan rentang glukosa plasma antara 90 dan 150 mg / dL pada waktu tidur.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai hubungan antara diabetes dan vaginitis, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan