Bangkrut Bisa Sebabkan Kematian Dini, Benarkah?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   24 April 2018
Bangkrut Bisa Sebabkan Kematian Dini, Benarkah?Bangkrut Bisa Sebabkan Kematian Dini, Benarkah?

Halodoc, Jakarta – Setiap orang selalu menginginkan kesuksesan dalam perjalanan karirnya. Meski demikian, selalu ada saat di mana kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Seseorang bisa sukses, atau bahkan bisa mengalami kebangkrutan. Ternyata, dari sekian banyak penyebab kematian dini yang ada, kebangkrutan menjadi salah satu yang justru tak banyak diketahui.

Sama halnya dengan penyakit jantung, sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Northwestern University, Chicago mengemukakan bahwa kebangkrutan juga mampu meningkatkan risiko seseorang mengalami kematian dini. Katanya, kebangkrutan yang dialami oleh seseorang akan turut memengaruhi kesehatan mentalnya. Terlebih lagi, kerugian finansial akan membuat orang tersebut menjadi tak mampu membayar biaya medis.

Profesor Alan Garber dari Harvard University mengatakan bahwa besarnya angka kematian yang disebabkan karena kebangkrutan hampir sama dengan besaran yang disebabkan karena penyakit kronis, seperti misalnya jantung koroner atau stroke. Ditambahkan oleh Dr. Lindsay Pool, asisten profesor dari Northwestern University, kehilangan kekayaan secara tiba-tiba memiliki dampak buruk yang nyaris sama dengan mereka yang tidak pernah memiliki kekayaan.

Baca juga: Merelaksasi Tubuh dengan Spa

Kebangkrutan Picu Stres dan Depresi

Masih dikemukakan oleh Dr. Lindsay Pool, penyebab kematian dini akibat kebangkrutan jelas disebabkan karena faktor stres dan depresi. Saat seseorang tiba-tiba mengalami kerugian dalam jumlah besar, syok atas kejadian tersebut akan memicu stres. Masalahnya, stres akut yang berkepanjangan bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental.

Kehilangan harta benda memang bukan perkara mudah, terlebih jika harta tersebut diraih dengan jerih payah bertahun-tahun. Belum lagi kalau kebangkrutan juga dibarengi dengan hutang dalam jumlah besar. Tekanan mental yang betubi-tubi ini menjadi salah satu penyebab kematian dini karena bunuh diri.

Jangan Dibiarkan, Stres dan Depresi Harus Segera Mendapat Penanganan

Kehilangan atau kerugian memang wajar terjadi dalam perputaran keuangan seseorang. Kesedihan atas kehilangan itu pun bukan hal yang salah. Meski demikian, kesedihan yang berlarut bisa memicu stres hingga berujung depresi. Tentu saja, ini akan berpengaruh buruk terhadap berbagai aktivitas.

Baca juga: Kesepian Bisa Menurunkan Kesehatan, Kok Bisa?

Ironisnya, banyak orang yang memilih mengisolasi diri ketika sedang dilanda stres. Padahal, kesendirian saat sedang mengalami beban hidup yang besar akan membuat seseorang jauh lebih tertekan. Menemui orang tua, kerabat, atau sahabat dekat dan bercerita pada mereka akan masalah yang sedang dilalui bisa membantu menguatkan diri seseorang dalam melalui masa sulit. Studi menunjukkan bahwa bercerita saat sedang memiliki masalah akan menurunkan risiko depresi pada seseorang. Tak hanya itu, orang-orang terdekat juga bisa memberi solusi bagi masalah yang sedang dialami.

Namun, apabila ada rasa malu untuk bercerita pada orang-orang terdekat, bercerita pada psikolog bisa mengurangi beban pikiran dan stres yang sedang dialami. Berkunjung ke psikolog bukan hal yang tabu, kok. Saat stres melanda, yang dibutuhkan hanya sesorang yang bersedia mendengar. Dengan begitu, risiko depresi bisa berkurang hingga akhirnya bisa kembali bangkit untuk memulai lagi dari awal.

Meski disebabkan karena banyak hal, penyebab kematian dini yang paling sering terjadi adalah karena stres berujung depresi yang tak kunjung mendapatkan penanganan. Oleh karena itu, kalau kamu mengalami tanda-tanda stres dan depresi, jangan ragu untuk menceritakan masalahmu ke psikolog.  

 

Punya keluhan medis lain dan ingin berdiskusi dengan dokter? Kamu bisa menghubungi dokter melalui aplikasi Halodoc kapan saja dan di mana saja. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.