Bahaya Sering Makan dengan Menggunakan Styrofoam

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   09 April 2018
Bahaya Sering Makan dengan Menggunakan StyrofoamBahaya Sering Makan dengan Menggunakan Styrofoam

Halodoc, Jakarta – Seberapa sering kamu menggunakan styrofoam sebagai wadah makanan? Biasanya ketika membeli makanan untuk dibawa pulang, beberapa rumah makan atau restoran siap saji sering menggunakan styrofoam untuk mewadahi makanan. Bahan ini memiliki banyak keunggulan sebagai pembungkus makanan, yaitu murah, tidak gampang bocor, ringan, dan praktis penggunaannya. Itulah mengapa banyak penjual makanan dan restoran yang suka menggunakan wadah makanan berbahan styrofoam. Namun tahukah kamu, di balik semua kepraktisan tersebut, tersimpan bahaya bagi kesehatan tubuh.

Bila ditinjau dari susunan kimianya, styrofoam termasuk ke dalam jenis plastik atau polimer. Bahan ini memiliki kandungan monomer, antara lain stirena, benzene dan formalin yang diketahui dapat memberi sejumlah dampak negatif bagi kesehatan tubuh. Kandungan stirena, misalnya, dapat mengurangi produksi sel darah merah yang sangat dibutuhkan tubuh untuk mengangkut sari pati makanan dan oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, fungsi saraf seseorang bisa terganggu, sehingga ia akan mengalami kelelahan, gelisah, dan susah tidur. Stirena juga bisa memengaruhi kondisi janin melalui plasenta ibu dan berpotensi mencemari ASI. Stirena bisa mengontaminasi makanan melalui berbagai cara berikut:

  • Lemak pada Makanan. Makanan yang mengandung lemak yang tinggi berpotensi lebih besar terkontaminasi stirena ketimbang makanan yang rendah lemak.
  • Lamanya Penyimpanan Makanan. Semakin lama makanan disimpan di dalam Styrofoam, semakin banyak kandungan stirena yang berpindah ke makanan tersebut.
  • Panas Makanan. Semakin tinggi suhu makanan yang ada dalam styrofoam, semakin mudah zat stirena berpindah ke makanan. Hal ini bisa menimbulkan kerusakan pada sum-sum tulang belakang, masalah pada kelenjar tiroid, sampai anemia.

Selain itu, kandungan benzene juga sangat berbahaya. Benzena yang masuk ke dalam tubuh akan tersimpan dalam jaringan darah. Kandungan ini tidak dapat larut dalam air, sehingga tidak bisa dikeluarkan melalui urin maupun feses, dan akan menumpuk pada lemak di dalam tubuh. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya penyakit kanker. Kandungan benzene akan berpindah dengan cepat begitu terkena uap panas dari makanan yang dimasukkan ke dalam styrofoam.

Meskipun demikian, WHO menyatakan bahwa stirena tidak akan menimbulkan bahaya pada kesehatan bila kadarnya tidak melebihi 5000 ppm yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan wadah berbahan styrofoam yang sering dipakai hanya mengeluarkan sterina sebanyak kira-kira 0,55 ppm.  Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga menyatakan styrofoam masih aman digunakan untuk makanan.

Cara Mencegah Dampak Buruk Styrofoam

Namun, tidak ada masalahnya bila kita berusaha untuk meminimalisir atau mencegah tubuh kita terkena dampak buruk dari styrofoam.

  • Jangan gunakan styrofoam berulang kali. Setelah satu kali pakai, segera hancurkan dan buang.
  • Usahakan agar makanan tidak langsung bersentuhan dengan styrofoam. Kamu bisa memberi plastik atau kertas nasi sebagai alas dari styrofoam.
  • Hindari memanaskan makanan dengan menggunakan wadah styrofoam atau menuang makanan yang masih panas ke dalam wadah berbahan tersebut.
  • Untuk makanan yang berlemak, berminyak, dan menggunakan alkohol, sebaiknya jangan menggunakan styrofoam sebagai wadah.

Tidak hanya membahayakan kesehatan, styrofoam juga berperan dalam menyebabkan global warming, karena styrofoam baru bisa terurai dalam jangka waktu 500 tahun. Jadi, usahakan untuk menghindari penggunaan styrofoam ketika membeli makanan (Baca juga: Mual Setelah Makan, Kenapa?). Kalau kamu sakit dan butuh saran kesehatan, hubungi saja dokter melalui aplikasi Halodoc. Bicarakan keluhan dan minta rekomendasi obat dari dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan di mana saja. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.