Bahaya Ibu Hamil yang Alami SVT

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   09 September 2019
Bahaya Ibu Hamil yang Alami SVTBahaya Ibu Hamil yang Alami SVT

Halodoc, Jakarta - Selama masa kehamilan, seorang wanita akan mengalami berbagai perubahan dalam tubuhnya, termasuk irama jantung. Salah satu jenis gangguan irama jantung yang kerap dialami ibu hamil adalah SVT atau supraventricular tachycardia. Gangguan ini membuat detak jantung ibu hamil lebih cepat dari normal yang bersumber dari impuls listrik di serambi jantung. Lalu, apa bahayanya bagi ibu hamil?

Secara umum, SVT yang berulang dan tidak ditangani hingga tuntas dapat menyebabkan komplikasi, seperti penurunan kesadaran, melemahnya jantung, dan yang paling parah gagal jantung. Pada ibu hamil, SVT merupakan kondisi yang tidak bisa dianggap sepele dan umumnya memerlukan pengobatan.

Oleh karena itu, jika ibu hamil mengalami percepatan detak jantung, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, agar diagnosis dan penanganan bisa dilakukan dengan cepat dan tepat. Untuk melakukan pemeriksaan, kini ibu hamil bisa langsung buat janji dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc. Jadi, pastikan sudah download aplikasinya di ponsel, ya.

Baca juga: Ketahui Penanganan Pertama Saat Kena Takikardia

Berikut ini beberapa gejala SVT yang perlu diwaspadai ibu hamil:

  • Detak jantung lebih cepat dari normal, mencapai 140 hingga 250 kali per menit. Hal ini bisa terjadi selama beberapa menit, hingga beberapa jam.

  • Pusing.

  • Berkeringat.

  • Nadi di leher terasa berdenyut kencang.

  • Pingsan.

  • Nyeri dada.

  • Sesak napas.

  • Merasa kelelahan

Perlu diketahui bahwa gejala yang dialami pengidap SVT dengan penyakit jantung yang sudah diidap sebelumnya bisa terasa lebih tidak nyaman, dibanding pada orang yang tidak memiliki masalah jantung. Sedangkan pada sebagian pengidap, SVT juga bisa tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Apa yang Menyebabkan Terjadinya SVT?

SVT terjadi karena adanya gangguan pada sistem listrik yang mengatur irama jantung. Irama ini diatur oleh pacu jantung alami atau nodus sinus yang terletak di atrium sebelah kanan. Nodus ini bertugas memproduksi impuls listrik yang memulai setiap detak jantung. Dari nodus sinus, impuls akan melewati atrium yang kemudian membuat otot atrium berkontraksi, sehingga darah pun terpompa ke ventrikel jantung.

Baca juga: Inilah Jenis-Jenis Aritmia yang Perlu Diketahui

Lalu, nodus tersebut sampai pada kumpulan sel bernama nodus atrioventrikular (AV), yang merupakan jalur tunggal sinyal listrik dari atrium ke ventrikel. Nodus AV ini bertugas memperlambat sinyal listrik ke ventrikel, agar ventrikel penuh terisi oleh darah, sebelum berkontraksi dan memompa darah ke paru-paru atau ke seluruh tubuh, akibat sinyal listrik tersebut. 

Saat terjadi gangguan pada nodus AV ini, jantung yang berdetak sangat cepat akan membuatnya tidak sempat terisi darah sebelum berkontraksi kembali. Akibatnya, organ-organ lain seperti otak, tidak mendapat pasokan darah atau oksigen yang memadai.

Belum diketahui jelas apa yang menjadi penyebab terjadinya gangguan irama jantung pada kasus SVT. Namun, kondisi ini diduga terjadi karena beberapa faktor risiko, seperti:

  • Memiliki riwayat penyakit jantung atau baru saja menjalani operasi jantung.

  • Mengidap kondisi medis lain, seperti gangguan hormon tiroid, diabetes, serta sleep apnea.

  • Kelelahan fisik.

  • Mengalami kegelisahan atau stres.

  • Menyalahgunakan NAPZA atau merokok.

  • Bayi, anak-anak, serta wanita (terutama wanita hamil).

  • Mengonsumsi obat dan suplemen, seperti digoxin untuk gagal jantung, teofilin untuk asma, serta obat dekongestan dan antialergi untuk pilek (ephedrine, pseudoephedrine, phenylephrine).

  • Terlalu banyak mengonsumsi kafein atau alkohol.

Baca juga: Waspada, Ini Jenis-Jenis Penyakit Jantung di Usia Muda

Bisakah SVT Dicegah?

SVT dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor pemicunya, jika telah diketahui. Namun, ada juga beberapa perubahan pola hidup yang dapat diterapkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya serangan SVT, yaitu:

  • Menerapkan pola makan yang sehat.

  • Pastikan cukup beristirahat.

  • Mengurangi konsumsi kafein atau alkohol.

  • Berhenti merokok.

  • Berhati-hati saat mengonsumsi obat-obatan yang dapat memicu percepatan detak jantung. Seperti obat bebas untuk batuk pilek bisa memicu percepatan detak jantung. Selain itu, penyalahgunaan kokain atau methamphetamine juga dapat menimbulkan SVT.

  • Mempertahankan berat badan ideal.

  • Mengelola stres dengan baik.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Supraventricular Tachycardia
WebMD. Diakses pada 2019. What is Supraventricular Tachycardia?
NHS Choices UK. Diakses pada 2019. Supraventricular Tachycardia (SVT)