Bagaimanakah Cara Mengobati MRSA?
Halodoc, Jakarta - Staphylococcus merupakan jenis bakteri yang sebenarnya tidak berbahaya. Namun jika pertumbuhannya di tubuh tidak terkendali, risiko MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus) bisa saja mengintai. Secara medis, MARS dijelaskan sebagai infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus yang sudah tidak mempan lagi terhadap banyak jenis antibiotik, seperti amoxicillin atau penisilin.
Pengobatan untuk MRSA dapat berbeda-beda, tergantung tipe dan keparahan kondisi. Perlu diketahui bahwa MRSA terbagi menjadi 2 tipe, yaitu Hospital Acquired MRSA (HA-MRSA) dan Community Acquired MRSA (CA-MRSA). HA-MRSA adalah infeksi yang ditularkan dalam lingkungan rumah sakit. Disebut juga infeksi nosokomial.
MRSA tipe ini biasanya diatasi dengan pemberian antibiotik melalui suntikan. Namun untuk dosis dan lama pemberiannya akan tergantung pada keparahan kondisi pengidap, serta hasil pemeriksaan laboratorium.
Baca juga: Antibiotik dengan Injeksi Lebih Efektif dari Oral, Benarkah
Sementara itu, CA-MRSA merupakan infeksi yang terjadi pada kulit dan ditularkan melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. MRSA jenis ini juga merupakan dampak dari kebersihan yang tidak terjaga. Pengobatannya biasanya cukup dengan antibiotik tablet.
Namun, jika infeksi memburuk dan meluas, dokter biasanya akan membuat sayatan pada kulit yang terinfeksi untuk mengeluarkan nanah. Tindakan ini menggunakan obat bius lokal. Beri tahu dokter jika memiliki riwayat alergi terhadap obat bius.
Metode-metode pengobatan tersebut hanyalah gambaran umum. Jika mengidap infeksi ini, sebaiknya diskusikan langsung gejala dan kondisi dengan dokter, guna mendapatkan saran pengobatan yang tepat. Untuk melakukan pemeriksaan, kini kamu bisa langsung buat janji dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc, lho. Jadi, pastikan kamu sudah download aplikasinya di ponselmu, ya.
Ketahui Gejala dan Penyebab MRSA
Sama seperti metode pengobatannya, gejala MRSA pun bisa berbeda-beda pada setiap pengidap sesuai dengan tipenya. Gejala pada tipe HA-MRSA biasanya adalah:
-
Demam.
-
Menggigil.
-
Sesak napas.
-
Nyeri dada.
-
Sakit kepala.
-
Nyeri otot.
-
Lemas.
Baca juga: Enggak Steril, Ini 5 Penyakit Akibat Bakteri
Sementara itu pada tipe CA-MRSA, gejala khasnya adalah infeksi kulit. Kulit yang tergores atau tersayat memiliki potensi tinggi mengalami kondisi ini. Area kulit yang berambut seperti ketiak dan bagian belakang leher juga memiliki potensi tinggi terinfeksi. Kulit yang terinfeksi biasanya akan menunjukkan gejala seperti bengkak, kemerahan, nyeri, dan bernanah.
Jika kamu mengalami berbagai gejala tersebut, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter, agar penanganan bisa dilakukan sesegera mungkin. Sekarang, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan juga bisa dilakukan di aplikasi Halodoc, lho. Lewat fitur Talk to a Doctor, kamu bisa obrolkan langsung gejalamu melalui Chat atau Voice/Video Call.
Soal penyebab, di awal telah disebutkan bahwa MRSA disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus. Namun, ada beberapa kondisi tertentu yang membuat infeksi ini lebih mudah terjadi. Pada tipe HA-MRSA, seseorang memiliki risiko lebih tinggi, jika:
-
Menggunakan perangkat rumah sakit, seperti saat menjalani cuci darah.
-
Telah menjalani rawat inap di rumah sakit selama lebih dari 3 bulan.
-
Memiliki kekebalan tubuh yang lemah, misalnya mengidap AIDS atau kanker.
Baca juga: Infeksi Virus vs Infeksi Bakteri, Lebih Berbahaya Mana?
Sementara itu, seseorang memiliki kemungkinan yang tinggi terkena CA-MRSA jika:
-
Tinggal di lingkungan yang padat dan kumuh.
-
Bekerja di rumah sakit atau klinik.
-
Berbagi pakai barang-barang pribadi, seperti peralatan olahraga, handuk, atau pun pisau cukur.
-
Aktif dalam kegiatan atau olahraga yang membutuhkan kontak langsung.
-
Memiliki perilaku seks yang tidak aman.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan