Bagaimanakah Cara Mendiagnosis Skleroderma?
Halodoc, Jakarta – Skleroderma atau disebut juga dengan sistemik sklerosis termasuk ke dalam jenis penyakit autoimun. Ini berarti skleroderma terjadi saat jaringan sehat dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh karena menganggapnya sebagai zat asing.
Pada skleroderma, kolagen diproduksi berlebih hingga menumpuk di dalam tubuh. Kolagen adalah jenis protein struktural yang berfungsi membentuk semua jaringan tubuh. Hingga kini penyebab skleroderma belum diketahui secara pasti. Penyakit ini ditandai oleh perubahan tekstur dan penampilan kulit yang disebabkan karena peningkatan produksi kolagen.
Gejala skleroderma tidak terbatas pada perubahan kulit. Beberapa skleroderma juga dapat memengaruhi organ lain seperti:
- Pembuluh darah.
- Otot.
- Jantung.
- Sistem pencernaan.
- Paru-paru.
- Ginjal.
Skleroderma bisa terjadi pada siapa saja, tapi lebih sering dialami oleh orang berusia 30-50 tahun. Wanita juga lebih mungkin mengalami skleroderma daripada pria. Gejala dan tingkat keparahan kondisi bervariasi dari satu orang ke orang lain, tergantung organ tubuh yang terinfeksi.
Baca Juga: Apakah Penyakit Skleroderma Itu Menular?
Gejala Skleroderma
Skleroderma pada tahap awal hanya memengaruhi bagian kulit, ditandai dengan kondisi kulit yang menebal dan mengkilap di sekitar mulut, hidung, jari-jari, dan daerah bertulang lainnya. Kemudian gejala berkembang secara bertahap dan mulai memengaruhi pergerakan pengidapnya. Gejala lain skleroderma termasuk:
- Rambut rontok.
- Munculnya benjolan putih di bawah kulit akibat pengendapan kalsium.
- Pembuluh darah di permukaan kulit melebar.
- Nyeri sendi.
- Sesak napas.
- Batuk kering.
- Diare.
- Sembelit.
- Kesulitan menelan.
- Asam lambung naik.
- Perut kembung setelah makan.
Diagnosis Skleroderma
Dokter akan menanyakan riwayat penyakit keluarga. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan tes penunjang untuk menentukan tingkat keparahan penyakit, meliputi:
-
Tes Darah
Apabila terdapat peningkatan kadar antibodi antinuklear saat pemeriksaan tes darah, bisa dipastikan itu adalah skleroderma. Apabila skelroderma memengaruhi ginjal, hasilnya bisa berupa peningkatan tekanan darah serta kebocoran protein ke dalam urine.
Baca Juga : Gaya Hidup Sehat bagi Pengidap Skleroderma
-
Tes Fungsi Paru
Tes ini dilakukan untuk mengukur fungsi paru-paru. Jaringan parut yang muncul pada paru-paru menjadi salah satu tanda bahwa skleroderma telah menyebar ke paru-paru. Pemeriksaan rontgen atau CT scan dapat digunakan untuk memeriksa kerusakan paru-paru.
-
Elektrokardiogram
Skleroderma berpotensi menyebabkan jaringan parut di jantung. Kondisi ini menyebabkan gagal jantung kongestif dan aktivitas listrik jantung yang rusak.
-
Ekokardiogram
Ekokardiogram atau ultrasonogram jantung direkomendasikan tiap 6-12 bulan untuk mengevaluasi komplikasi penyakit, seperti hipertensi paru atau gagal jantung kongestif.
-
Tes Gastrointestinal
Tes gastrointestinal dilakukan untuk memastikan penyebaran skleroderma di otot kerongkongan dan dinding usus. Jika ini terjadi, pengidap akan mengalami mulas dan kesulitan menelan. Penyerapan nutrisi dan pergerakan makanan melalui usus juga akan terganggu.
Baca Juga : Enggak Bisa Sembuh, Ini Cara Tangani Skleroderma
Itulah cara diagnosis skleroderma yang perlu diketahui. Kalau ada pertanyaan lain seputar skleroderma, jangan ragu bertanya ke dokter Halodoc. Gunakan fitur Talk to A Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan