Bagaimana Si Kecil Bisa Terserang Sindrom Reye?
Halodoc, Jakarta - Menjaga kesehatan sang buah hati sudah menjadi tugas kedua orang tua. Tidak heran, karena seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, imunitas masih terus berkembang sampai akhirnya sempurna dan mampu melindungi tubuh dari serangan berbagai penyakit secara alami. Namun, bagaimana jika Si Kecil mengidap penyakit langka?
Penyakit langka sering terjadi tanpa gejala atau mendadak, seperti sindrom reye, kelainan langka yang menyerang otak dan hati anak-anak. Meski begitu, penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja. Sebenarnya, apa yang menyebabkan anak bisa mengalami sindrom reye? Adakah cara mencegahnya?
Sindrom Reye Sering Terjadi pada Penyakit karena Infeksi Virus
Ibu perlu tahu, ternyata sindrom reye mungkin terjadi pada anak yang mengalami penyakit akibat infeksi virus, seperti misalnya cacar air atau flu. Keduanya memiliki gejala sakit kepala, dan mengobati dengan aspirin menjadi pilihan termudah yang pernah ada. Sayangnya, memberikan aspirin pada anak justru meningkatkan risiko terjadinya sindrom reye.
Baca juga: Waspada Sindrom Reye yang Berbahaya bagi Otak dan Hati
Memang, aspirin boleh dikonsumsi oleh anak berusia tiga tahun ke atas, anak dan remaja yang telah mengalami cacar air atau gejala flu seharusnya tidak pernah mengonsumsi aspirin sampai akhirnya mereka beranjak remaja atau imunitas tubuhnya telah siap untuk obat ini. Namun, penyebab pasti terjadinya sindrom reye masih belum diketahui hingga kini.
Sebenarnya, risiko penggunaan aspirin pada anak jauh lebih besar ketika anak memiliki masalah oksidasi asam lemak. Sayangnya, kelainan oksidasi ini diwariskan, dan terjadi ketika tubuh tidak dapat memecah asam lemak karena enzim hilang atau tidak berfungsi dengan baik. Namun, sindrom reye ini bisa terjadi karena paparan racun tertentu, seperti herbisida, insektisida, dan pengencer cat.
Gejalanya Berbeda pada Anak dan Remaja
Pada kasus sindrom reye yang terjadi pada anak berusia di bawah dua tahun, gejala awal dari kelainan ini adalah diare dan napas lebih cepat. Sementara itu, untuk anak dan remaja, muntah terus-menerus juga mengantuk dan lesu yang tidak biasa. Ketika kondisi ini berkembang, tanda dan gejala mungkin menjadi lebih serius, seperti lebih agresif, mudah marah, halusinasi, disorientasi, kejang, dan penurunan kesadaran.
Baca juga: Diare Parah Saat Disentri, Benarkah Bisa Mengancam Nyawa?
Sayangnya, sindrom reye dapat menyebabkan kerusakan otak permanen yang disebabkan oleh pembengkakan otak pada beberapa orang. Komplikasi jangka panjang yang dikaitkan dengan sindrom reye termasuk kesulitan bicara dan bahasa, masalah dengan gerakan dan postur, kesulitan menelan, kehilangan pendengaran dan penglihatan, dan masalah memori yang buruk.
Jika ibu merasa sang buah hati mengalami gejala-gejala tadi, jangan ragu untuk segera memeriksakannya ke dokter. Buat janji segera dengan dokter di rumah sakit terdekat dengan tempat tinggal. Jika tidak sempat, pakai fitur Tanya Dokter di aplikasi Halodoc.
Bagaimana Pencegahannya?
Oleh karena kemungkinan hubungan antara aspirin dan sindrom reye, aspirin hanya boleh diberikan kepada anak di bawah 16 tahun atas petunjuk dokter. Ini digunakan hanya jika manfaatnya dirasa lebih besar daripada risiko yang terjadi.
Baca juga: Stres Bisa Memicu Kejang Epilepsi
Pun, penggunaan produk obat yang mengandung asam salisilat, garam salisilat, salisilat, asam asetilsalisilat juga dilarang untuk anak di bawah 16 tahun. Jadi, pastikan selalu ibu mengecek setiap bahan yang terkandung pada obat yang hendak diberikan pada anak, atau langsung tanyakan saja pada dokter.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan