Bagaimana Gangguan Imunodefisiensi Dapat Dideteksi?
Halodoc, Jakarta - Gangguan imunodefisiensi mencegah tubuh melawan infeksi dan penyakit. Jenis gangguan ini memudahkan seseorang untuk menerima virus dan infeksi bakteri. Gangguan imunodefisiensi merupakan kondisi bawaan, yaitu kelainan sejak lahir.
Sistem kekebalan tubuh manusia meliputi organ-organ limpa, amandel, sumsum tulang belakang, kelenjar getah bening. Organ-organ ini membuat dan melepaskan limfosit. Ini merupakan sel darah putih yang diklasifikasikan sebagai sel B dan sel T. Sel B dan T melawan “penjajah” tubuh yang disebut antigen. Untuk mengetahui adanya penyakit ini, perlu dilakukan diagnosis lebih lanjut.
Mendeteksi Gangguan Imunodefisiensi pada Tubuh
Jika kamu membicarakan gangguan imunodefisiensi pada dokter melalui aplikasi Halodoc, ia akan bertanya mengenai riwayat penyakit dan apakah ada kerabat yang memiliki kelainan sistem kekebalan tubuh yang diturunkan. Selain itu, mungkin dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan fisik.
Baca juga: Penanganan untuk Gangguan Imunodefisiensi
Tes yang digunakan untuk mendeteksi gangguan kekebalan tubuh meliputi:
- Tes Darah
Tes darah dapat menentukan apakah kamu memiliki kadar protein yang melawan infeksi (imunoglobulin) normal dalam darah dan mengukur kadar sel darah dan sel sistem kekebalan. Jumlah sel-sel tertentu yang abnormal dapat menunjukkan cacat sistem kekebalan.
Tes darah juga dapat menentukan apakah sistem kekebalan tubuh merespons dengan bendar dan menghasilkan protein yang mengidentifikasi dan membunuh penyerbu asing seperti bakteri atau virus (antibodi).
- Pengujian Prenatal
Orang tua yang memiliki anak dengan gangguan imunodefisiensi mungkin ingin diuji untuk untuk mengetahui gangguan imunodefisiensi tertentu selama kehamilan di kemudian hari. Sampel cairan ketuban, darah atau sel-sel dari jaringan akan menjadi plasenta (korion) diuji kelainannya. Dalam beberapa kasus, tes DNA dilakukan untuk menguji cacat genetik. Hasil tes memungkinkan persiapan untuk perawatan segera setelah lahir jika diperlukan.
Baca juga: Kasusnya Meningkat , Ini 8 Cara Perkuat Sistem Imun Tangkal Virus Corona
Kenali Gejala Imunodefisiensi
Salah satu tanda paling umum dari defisiensi imun primer adalah mengalami infeksi yang lebih sering terjadi, lebih tahan lama, atau lebih sulit diobati daripada infeksi seseorang dengan sistem kekebalan normal. Kamu mungkin juga mendapatkan infeksi yang mungkin tidak akan didapat oleh seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat (infeksi oportunistik).
Tanda dan gejala setiap orang berbeda tergantung pada jenis gangguan imunodefisiensi primer dan bervariasi dari orang ke orang. Tanda dan gejala defisiensi imun primer dapat meliputi:
- Pneumonia, bronkitis, infeksi sinus, infeksi telinga, meningitis, atau infeksi kulit yang sering dan berulang.
- Peradangan dan infeksi organ internal.
- Gangguan darah, seperti jumlah trombosit yang rendah atau anemia.
- Masalah pencernaan, seperti kram, kehilangan nafsu makan, mual, dan diare.
- Pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang tertunda.
- Gangguan autoimun, seperti lupus, rheumatoid arthritis atau diabetes tipe 1.
Satu-satunya faktor risiko yang diketahui untuk pengidap gangguan ini adalah memiliki riwayat keluarga dengan gangguan imunodefisiensi primer, yang meningkatkan risiko kamu mengalami kondisi ini. Jika kamu memiliki jenis gangguan imunodefisiensi, kamu mungkin memerlukan konseling genetik jika berencana untuk memiliki keluarga.
Baca juga: 6 Cara Mudah untuk Tingkatkan Sistem Imun
Gangguan Imunodefisiensi Dapat Di Kontrol
Gangguan ini dapat dikontrol dan diobati, tetapi tidak dapat dicegah. Gangguan sekunder dapat dicegah dengan beberapa cara. Tidur sangat penting untuk sistem kekebalan tubuh yang sehat. Orang dewasa membutuhkan sekitar delapan jam tidur per malam.
Selain itu, perlu juga untuk menjaga jarak dengan orang yang sedang sakit jika sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi dengan baik. Jika kamu memiliki kelainan imunodefisiensi menular seperti HIV/AIDS, kamu dapat menjaga orang lain tetap sehat dengan melakukan hubungan seks yang aman dan tidak berbagi cairan tubuh dengan orang yang tidak terinfeksi.