Disebut Ketindihan, Ini Fakta Tentang Sleep Paralysis

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   06 Maret 2020
Disebut Ketindihan, Ini Fakta Tentang Sleep ParalysisDisebut Ketindihan, Ini Fakta Tentang Sleep Paralysis

Halodoc, Jakarta - Pernahkah kamu merasa seluruh tubuh tidak bisa digerakkan saat terbangun dari tidur? Atau pernahkah kamu mengalami dada tiba-tiba menjadi sangat sesak saat tertidur? Bila iya, itu artinya kamu mengalami ketindihan atau sleep paralysis. Tenang, kondisi ini bukan disebabkan oleh makhluk halus.

Menurut The American Sleep Disorder Association (1990), sleep paralysis adalah keadaan transisi yang terjadi ketika seseorang mengalami kelumpuhan sementara untuk bereaksi, bergerak atau berbicara ketika tertidur (hypnagogic) atau saat bangun dari tidur (hypnopompic). Sleep paralysis ditandai dengan ketidakmampuan orang tersebut untuk menggerakan otot saat tidur. Simak ulasan berikut ini untuk mengetahui sleep paralysis lebih lanjut.

Baca juga: 3 Olahraga yang Dapat Meningkatkan Kualitas Tidur

Sering Dianggap Fenomena Mistis

Kondisi ini sering dianggap sebagai fenomena mistis. Padahal sleep paralysis sebenarnya terjadi karena mekanisme otak dan tubuh sedang tumpang tindih dan tidak berjalan selaras saat kamu tertidur, sehingga bisa menyebabkan kamu terbangun di tengah-tengah siklus REM. Siklus REM adalah fase tidur paling dalam, saat semua otot sedang berada dalam kondisi rileks.

Jadi, ketika kamu terbangun tiba-tiba sebelum siklus REM selesai, otak belum siap untuk mengirimkan sinyal bangun sehingga tubuh masih dalam kondisi setengah tidur dan setengah sadar. Itulah sebabnya kamu akan mengalami ‘kelumpuhan’ sementara.

Lantas, Apa Penyebabnya?

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang mengalami sleep paralysis, antara lain:

  • Kurang tidur. Sering begadang dan jadwal tidur yang berubah-ubah akibat jet-lag misalnya dapat memicu terjadinya sleep paralysis.

  • Gangguan mental. Sleep paralysis sering terjadi pada seseorang yang merasa tertekan atau stres. Hal ini juga turut didukung oleh berbagai penelitian yang menemukan bahwa kejadian sleep paralysis banyak terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan mental, seperti schizophrenia.

  • Tidur telentang. Beberapa jurnal menyebutkan bahwa posisi tidur menjadi salah satu pemicu terjadinya sleep paralysis, khususnya tidur dengan posisi terlentang.

  • Masalah tidur. Gangguan tidur seperti narkolepsi dan kaki yang tiba-tiba kram di malam hari dapat mengganggu tidur yang sudah memasuki fase REM, sehingga berpotensi menyebabkan kamu mengalami sleep paralysis.

Gejala Sleep Paralysis

Gejala utama dari sleep paralysis adalah tidak bisa bergerak maupun berbicara walaupun kamu sudah terbangun atau tersadar dari tidur. Namun, selain itu, fenomena tidur ini juga memiliki gejala-gejala sebagai berikut:

  • Sulit bernapas karena dada terasa sesak

  • Masih dapat menggerakkan bola mata. Sebagian orang masih bisa membuka mata mereka saat sleep paralysis terjadi, namun sebagian lainnya tidak.

  • Berhalusinasi seolah-olah seperti ada seseorang atau sesuatu di dekatnya.

  • Merasa ketakutan

Menurut jurnal Gilliam tahun 2008, keadaan sleep paralysis ini bisa terjadi selama beberapa menit hingga dua puluh menit. Setelah itu, kamu akan bisa kembali bergerak dan berbicara seperti biasa, walaupun mungkin masih tersisa sedikit rasa tidak nyaman atau ketakutan untuk tidur lagi.

Baca juga: Alasan Kenapa Banyak Wanita Kena Insomnia

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Bila kamu mengalami sleep paralysis, jangan panik. Karena menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Clinical Psychological Science, sensasi panik saat sleep paralysis terjadi justru akan membuat seseorang semakin tertekan.

Jadi, berusahalah untuk tetap tenang, tarik napas dalam-dalam dan hembuskan dengan sekuat mungkin sebanyak beberapa kali. Kemudian, cobalah paksa tubuhmu untuk bergerak, mulai dari ujung jari tangan atau kaki sebagai bentuk perlawanan. Cara ini bisa membantu kamu untuk benar-benar terjaga dan terbebas dari kelumpuhan tidur tersebut.

Walaupun sleep paralysis dapat membaik seiring berjalannya waktu, namun kamu tetap disarankan untuk menjalankan pola hidup sehat seperti tidur yang cukup, berolahraga secara teratur, berhenti merokok atau minum alkohol, dan cobalah untuk melakukan latihan pernapasan sebelum tidur untuk mencegah sleep paralysis muncul kembali.

Baca juga: Mengenal Microsleep yang Mengintai Pemudik

Namun, bila sleep paralysis tidak kunjung membaik, sebaiknya segera temui dokter untuk diperiksa lebih lanjut. Sebelum mengunjungi rumah sakit, kini kamu bisa membuat janji dengan dokter terlebih dahulu melalui aplikasi Halodoc. Tinggal pilih dokter di rumah sakit yang tepat sesuai dengan kebutuhan kamu lewat aplikasi.

Referensi :
Medical News Today. Diakses pada 2020. Everything you need to know about sleep paralysis.
Sleep Education. Diakses pada 2020. Sleep Paralysis – Overview & Facts.
Association for Psychological Science. Diakses pada 2020. Sleep Paralysis: Researchers Identify What Makes The Sleep Condition So Distressing.
U.S National Library of Medicine National Institutes of Health. Diakses pada 2020. Sleep Paralysis, a Medical Condition with a Diverse Cultural Interpretation.