Waspadai Komplikasi Berbahaya Akibat Cutaneous Larva Migrans
Halodoc, Jakarta - Cutaneous larva migrans (CLM) merupakan penyakit endemik yang sering ditemukan di daerah tropis maupun subtropis. Penyakit satu ini termasuk penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi parasit, ketika ditemukan adanya larva cacing tambang yang masuk ke dalam kulit manusia. Ketika sudah masuk ke dalam kulit manusia, otomatis akan menimbulkan banyak komplikasi berbahaya.
Cutaneous larva migrans ini dapat terjadi karena adanya kontak langsung dengan tanah lembab yang telah terkontaminasi larva cacing tambang. Penyebarannya dapat terjadi ketika seseorang berjalan di atas tanah tanpa menggunakan alas kaki. Selain itu, larva cacing tambang ini juga dapat memasuki kulit ketika kamu berjemur di tempat yang dipenuhi oleh tanah.
Baca juga: Mengapa Anak-Anak Rentan Terkena Cutaneous Larva Migrans?
Tidak hanya itu, cutaneous larva migrans bahkan bisa saja ditemukan pada binatang peliharaan, seperti kucing dan anjing. Beberapa jenis cacing tambang yang dapat menyebabkan terjadinya cutaneous larva migrans, antara lain:
-
Ancylostoma braziliense dan caninum. Parasit ini merupakan penyebab utama terjadinya cutaneous larva migrans, yang banyak ditemukan pada kucing dan anjing.
-
Bunostomum phlebotomum. Parasit ini lebih sering ditemukan pada binatang ternak.
-
Uncinaria stenocephala. Parasit ini lebih sering ditemukan pada anjing.
Diskusikan dengan dokter ahli pada aplikasi Halodoc jika kamu menemukan gejalanya, ya! Dokter akan menyarankan kamu melakukan hal-hal yang dapat meringankan gejala yang kamu alami.
Baca juga: 7 Jenis Cacing Tambang yang Menyebabkan Cutaneous Larva Migrans
Waspadai Komplikasi Berbahaya Akibat Cutaneous Larva Migrans
Kebanyakan kasus infeksi cacing pada kulit memang dapat pulih dengan sendirinya. Namun, hal ini tidak menghindari seseorang dari komplikasi yang bisa saja terjadi. Beberapa komplikasi berbahaya akibat cutaneous larva migrans, antara lain:
-
Infeksi Kulit Sekunder
Infeksi kulit sekunder, yaitu infeksi kulit yang muncul bersamaan dengan infeksi kulit yang sebelumnya sudah ada. Infeksi ini akan muncul karena kebiasaan menggaruk infeksi yang sebelumnya.
Akibatnya, akan muncul luka bernanah pada kulit, hingga selulitis. Jika infeksi kulit sekunder terjadi, pengidapnya akan mengalami pembengkakan pada kulit yang terasa panas, sehingga kulit menjadi sulit digerakkan.
-
Sindrom Loeffler
Sindrom loeffler, yaitu infeksi cacing yang akan berpengaruh pada darah, serta menimbulkan respons alergi pada kulit. Hal ini dapat terjadi karena menumpuknya infiltrat dan eosinofil pada paru-paru karena adanya infeksi cacing dalam jumlah banyak. Pengidap kondisi ini akan mengalami batuk dan sesak napas, seperti gejala pada pengidap penyakit asma.
-
Migrasi Parasit
Parasit dalam tubuh akibat cutaneous larva migrans dapat bermigrasi ke area tubuh yang lain. Dalam proses migrasi ini, larva dapat bertelur pada bagian tubuh manapun yang ditinggalinya.
Baca juga: Awas, Larva Cacing Tambang Sebabkan Cutaneous Larva Migrans
Tidak semua pengidap cutaneous larva migrans mengalami gejala khusus. Apalagi, jika cutaneous larva migrans yang dialami merupakan kasus yang ringan. Awalnya, pengidap cutaneous larva migrans akan merasakan sensasi rasa gatal pada bagian tubuh tertentu yang terkena. Rasa gatal akan muncul dengan sensasi tertusuk-tusuk. Selain itu, gejala meliputi:
-
Muncul benjolan padat pada kulit.
-
Permukaan kulit menjadi kemerahan.
-
Permukaan kulit menjadi kasar dan bersisik.
-
Benjolan pada kulit lama-kelamaan akan terbentuk seperti ular, dan bisa saja bertambah parah pada hari berikutnya.
Gejala-gejala tersebut harus ditangani dengan segera. Karena jika tidak, larva dapat menyebar ke bagian penting dalam tubuh, seperti usus kecil dan paru-paru. Ketika larva ini sudah menyebar kedua bagian penting tersebut, akan muncul gejala sesak napas, batuk, bahkan anemia.
Referensi:
MD Edge Dermatology (Diakses pada 2019). What’s Eating You? Cutaneous Larva Migrans.
Dermnet MZ (Diakses pada 2019). Cutaneous Larva Migrans.