Waspada Jika Sering Berhalusinasi, Bisa Jadi Tanda Idap Psikosis
Halodoc, Jakarta - Ketika seseorang tidak dapat membedakan mana hal yang nyata dan tidak, ini menandakan ia mengidap psikosis. Seorang dengan gangguan psikologi ini sering mengalami delusi yaitu kondisi saat pengidap mempercayai segala hal yang cenderung aneh dan tidak masuk akal.
Selain itu, mereka akan mengalami halusinasi dan waham, seperti mendengar atau melihat hal-hal yang hanya ada di dalam kepala alias tidak nyata. Kondisi ini adalah hal yang sangat nyata bagi pengidap skizofrenia. Waham terjadi ketika seseorang sangat yakin dengan pikirannya yang justru sangat bertentangan dengan akal sehat.
Meski begitu, psikosis lebih mengarah pada gejala dan bukan merupakan suatu penyakit. Berbagai gangguan mental, penyalahgunaan obat-obatan, stres atau trauma ekstrem yang memicu terjadinya hal ini.
Gangguan psikotik, misalnya skizofrenia merupakan penyakit mental yang melibatkan psikosis. Gangguan ini terjadi untuk pertama kali pada akhir masa remaja atau masa dewasa awal dengan alasan yang masih belum bisa dipahami. Sebelum mencapai periode psikosis pertama, pengidap menunjukkan perubahan perilaku halus yang disebut periode prodromal.
Kamu tidak bisa membedakan antara psikosis yang nyata dan tidak, karena ucapan dan perilaku kamu tidak jelas dan tidak teratur. Selanjutnya, kamu mengalami kesulitan tidur, depresi, dan selalu dilanda kecemasan berlebih. Pada kondisi yang lebih kronis, kamu mengalami halusinasi dan delusi yang parah.
Baca juga: Ini Cara Meluapkan Marah Secara Sehat Tanpa Harus Banting Barang
Bagaimana Mengatasinya?
Pengidap psikosis perlu mendapatkan perawatan setelah menunjukkan gejala fase pertama. Hal ini membantu menjaga gejala agar tidak memengaruhi hubungan, pekerjaan, atau aktivitas sekolah pada anak dan remaja. Dokter akan merekomendasikan perawatan dengan menggabungkan obat dan terapi. Namun, dukungan keluarga masih tetap menjadi yang utama.
Dokter juga meresepkan obat jenis antipsikotik baik dalam bentuk pil, cairan, atau suntikan untuk membantu mengurangi gejalanya. Perawatan di rumah sakit diperlukan jika pengidap menunjukkan potensi untuk melukai diri sendiri atau orang lain. Perawatan juga dibutuhkan jika pengidap tidak mampu mengendalikan perilaku atau melakukan aktivitas secara normal.
Baca juga: Sering ke Pantai Bagus untuk Kesehatan Mental, Ini Penjelasannya
Pada sebagian besar kasus, psikoterapi menjadi metode pengobatan yang membantu meringankan gejala psikosis. Beberapa jenis psikoterapi yang dilakukan, seperti:
-
Terapi perilaku kognitif. Terapi ini membantu mengenali kapan gejala pertama terjadi, juga membantu mengetahui apakah semua hal yang dilihat maupun didengar adalah nyata atau tidak.
-
Psikoterapi suportif. Terapi ini membantu mengelola psikosis dalam kehidupan sehari-hari sekaligus belajar berinteraksi dengan orang lain.
-
Terapi peningkatan kognitif. Terapi ini menggunakan program komputer dan berfokus pada aktivitas yang melibatkan kelompok.
-
Psikoedukasi dan dukungan keluarga. Terapi ini melibatkan orang yang paling dekat dengan pengidap untuk membantu meningkatkan solusi pemecahan masalah bersama.
Jika tidak segera mendapatkan penanganan, pengidap psikosis berisiko untuk melakukan usaha bunuh diri dan melukai orang lain.
Baca juga: Merasa Diri Superior, Bisa Jadi Gejala Mengidap Psikosis
Jika kamu atau orang terdekatmu mulai menunjukkan gejala delusi dan halusinasi, segera berikan pertolongan dan pendampingan yang tepat. Kamu bisa langsung bertanya pada dokter melalui aplikasi Halodoc untuk mengetahui bagaimana pertolongan pertama terbaik untuk mereka yang mengalami psikosis. Deteksi gejala dini memungkinkan gejala bisa tertangani dan meningkatkan persentase sembuh pada pengidap. Jadi, download aplikasi Halodoc untuk mendukung hidup yang lebih sehat.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan