Waspada, Hamil Anggur Berisiko Alami Hiperemesis Gravidarum

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   15 Mei 2019
Waspada, Hamil Anggur Berisiko Alami Hiperemesis Gravidarum Waspada, Hamil Anggur Berisiko Alami Hiperemesis Gravidarum

Halodoc, Jakarta - Kelainan pada proses perkembangan sel telur setelah dibuahi yang menyebabkan seseorang gagal mengalami kehamilan disebut hamil anggur. Kondisi ini menyebabkan sel telur tidak bisa tumbuh menjadi seorang bayi. Mereka yang mengidap penyakit ini memiliki sekumpulan kista berisi cairan yang terbentuk dari sel-sel telur dan plasenta yang gagal berkembang tadi. Bentuk kista ini menyerupai anggur putih, maka dari itu kondisi ini disebut hamil anggur.

Baca Juga: 5 Faktor Risiko Ibu Hamil Mengalami Hiperemesis Gravidarum

Gejala hamil anggur mirip dengan kehamilan normal, namun perlu diwaspadai karena kondisi dapat semakin parah. Salah satunya adalah terjadinya hiperemesis gravidarum atau istilah medis untuk mual dan muntah ekstrem secara persisten selama kehamilan.

Akibat kondisi ini, maka seorang wanita mengalami dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan penurunan berat badan. Pada kehamilan normal, hiperemesis gravidarum terjadi sebelum usia kehamilan 22 minggu pada sekitar 1 dari 100 kehamilan.

Penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum ini belum diketahui secara pasti. Namun, diduga keluhan semacam ini karena peningkatan kadar hormon yang disebut human chorionic gonadotropin (HCG) dalam darah. HCG dilepaskan oleh plasenta. Morning sickness ringan biasa kerap terjadi, namun hiperemesis gravidarum ini lebih jarang terjadi dan lebih parah dibandingkan morning sickness.

Baca Juga: 9 Gejala Hamil Anggur yang Mesti Diketahui

Gejala Hiperemesis Gravidarum

Saat seorang wanita mengalami morning sickness ringan, maka ia mengalami penurunan nafsu makan, mual ringan atau sesekali muntah. Sementara hiperemesis gravidarum memunculkan gejala yang lebih berat, misalnya:

  • Mual dan muntah parah secara terus-menerus.
  • Keluar air liur lebih banyak dibandingkan kondisi normal.
  • Penurunan berat badan.
  • Terdapat tanda dehidrasi: urine berwarna gelap pekat, frekuensi kencing jarang, kulit kering, badan lemas, kepala pusing atau pingsan.
  • Sembelit.
  • Tidak bisa makan atau minum.

Mengatasi Hiperemesis Gravidarum

Jika hiperemesis gravidarum positif terjadi karena mengalami hamil anggur, maka dokter menganjurkan pengidap menjalani penanganan secepatnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Operasi pengangkatan jaringan abnormal pada hamil anggur adalah metode penanganan utama yang umumnya disarankan. Langkah ini dilakukan melalui beberapa prosedur antara lain:

  • Kuret.
  • Histerektomi atau pengangkatan rahim. Namun, proses ini hanya dilakukan jika pengidap tidak ingin memiliki keturunan lagi.

Setelah menjalani prosedur pengangkatan, dokter juga mengulangi pemeriksaan kadar hormon HCG. Pengidap yang masih memiliki hormon HCG yang tinggi biasanya membutuhkan penanganan lebih lanjut. Pemeriksaan kadar hormon ini dilakukan untuk memastikan tidak ada sel-sel abnormal yang kembali tumbuh dan memantau gejala-gejala dari penyakit trofoblastik.

Sel-sel tersebut umumnya mati dalam rahim pada sebagian besar pengidap. Jika terdapat indikasi dari penyakit trofoblastik, pengidap membutuhkan penanganan melalui kemoterapi.

Tidak hanya itu, mual dan muntah ringan paling sering dapat diatasi dengan cara cukup istirahat, menghindari pemicu mual, merubah pola makan, telaten minum banyak cairan, dan pemberian obat hingga penyebab hamil anggur selesai ditangani.

Baca Juga: Hiperemesis Gravidarum Bukan Morning Sickness, Ini Perbedaannya

Jika kamu punya pertanyaan seputar kehamilan, jangan ragu untuk langsung bertanya pada dokter kandungan melalui aplikasi Halodoc. Aplikasi ini bisa ibu download di Play Store dan App Store. Selain Tanya Dokter, Halodoc juga bisa ibu pakai untuk beli obat atau melakukan cek kesehatan rutin tanpa harus berkunjung ke lab. Semoga bermanfaat.