Waspada, BAB Cair Belum Tentu Diare Biasa
Jika mengalami diare, cobalah perhatikan lebih jauh gejalanya.
DAFTAR ISI
- Perbedaan Antara Diare Biasa dan BAB Cair yang Perlu Diwaspadai
- Ini Penyebab BAB Cair Selain Diare yang Perlu Diwaspadai
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Diare
Diare adalah masalah yang umum dialami oleh masyarakat Indonesia. Diare ditandai dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang meningkat, serta feses yang cair.
Meski begitu, ternyata BAB cair tidak selalu menjadi tanda diare biasa, lho. Ada masalah pencernaan lainnya yang juga ditandai dengan BAB cair.
Namun, karena diare adalah masalah pencernaan yang cukup sering dialami oleh orang Indonesia, akibatnya BAB cair pun sering diidentikkan dengan diare.
Lantas, kira-kira apa saja penyebab dari BAB cair selain diare biasa? Yuk, simak infonya di sini!
Perbedaan Antara Diare Biasa dan BAB Cair yang Perlu Diwaspadai
Sebelum membahas apa saja penyebab BAB cair selain diare biasa, penting untuk terlebih dahulu mengetahui perbedaan diare biasa dan BAB cair yang perlu kamu waspadai.
Definisi diare menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah ketika frekuensi buang air besar cair mencapai tiga kali atau lebih dalam sehari, atau frekuensi BAB lebih sering dari biasanya.
Penting untuk diingat, frekuensi BAB lebih dari tiga kali, tapi feses masih padat bukan merupakan gejala diare. Feses bayi menyusui yang cenderung lembek juga tidak menandakan serangan diare.
Penyebab diare sendiri adalah infeksi bakteri, virus, dan organisme parasit di dalam sistem pencernaan kita.
Penyebarannya bisa dari air yang terkontaminasi oleh feses, atau kebersihan makanan yang kurang terjaga. Bakteri yang umumnya menyebabkan diare adalah Escherichia coli, Campylobacter, Salmonella, and Shigella.
Sementara itu, kondisi BAB cair biasanya disertai gejala lain, seperti sakit perut, mual, hingga muntah-muntah pada kasus tertentu. Jika kamu mengalami gejala tersebut, belum tentu kamu terserang diare biasa.
Ini Penyebab BAB Cair Selain Diare yang Perlu Diwaspadai
Selain sebagai tanda diare, BAB cair juga merupakan gejala atau akibat dari kondisi berikut.
1. Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan yang disebabkan karena ketidakmampuan tubuh untuk mencerna laktosa akibat kurangnya enzim laktase. Enzim laktase sendiri diproduksi oleh sel-sel usus halus bernama enterosit.
Seseorang yang memiliki intoleransi laktosa akan memiliki BAB cair ketika mengonsumsi makanan yang memiliki laktosa, seperti susu sapi dan produk turunannya.
2. Efek Samping Obat
Ada kalanya obat menimbulkan efek samping diare. Tapi diare ini bukanlah diare biasa yang disebabkan oleh bakteri, melainkan sebagai efek samping dari obat yang sedang dikonsumsi.
Beberapa jenis obat yang memicu diare adalah antasida yang mengandung magnesium, atau lebih dikenal sebagai obat maag.
Antibiotik tertentu, seperti antibiotik golongan penisilin, cephalosporin dan fluorokuinolon juga memicu efek samping diare. Pengobatan kanker juga ada yang memicu diare.
3. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah kondisi ketika seseorang memiliki kadar hormon tiroid yang tinggi dalam tubuh, sehingga memengaruhi metabolisme tubuh.
Metabolisme tubuh makin cepat akibat tingginya hormon tiroid. Kondisi ini bisa berpengaruh pada sistem pencernaan dan menyebabkan BAB cair.
4. Irritable Bowel Syndrome (IBS)
BAB cair dengan frekuensi tinggi juga bisa jadi salah satu gejala dari Irritable Bowel Syndrome atau IBS.
IBS adalah penyakit pencernaan jangka panjang yang menyerang kinerja otot usus besar.
Usus besar sendiri berfungsi untuk menyerap air dari sisa makanan yang tidak bisa dicerna usus halus. Ia juga berkontraksi untuk mendorong sisa makanan tersebut untuk keluar.
Pengidap IBS memiliki kontraksi otot usus besar yang tidak normal.
Ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama, kontraksi otot besar terlalu lambat atau lemah, sehingga pengidap IBS sering mengalami sembelit atau konstipasi.
Kemungkinan kedua, kontraksi otot terlalu sering dan menyebabkan diare.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Diare
Jika kamu mengalami diare yang tidak kunjung membaik, sebaiknya segera periksakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc.
Dokter di Halodoc berikut sudah berpengalaman selama bertahun-tahun, sehingga mereka mampu membantu kamu dalam mengatasi diare.
Tak perlu khawatir, sebab mereka juga telah mendapatkan ulasan positif dari pasien-pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Nah, berikut ini daftar rekomendasinya:
1. dr. Bendy Dwi Irawan
Kamu bisa berkonsultasi dengan dokter Bendy Dwi Irawan, seorang lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati pada tahun 2019.
Dokter Bendy Dwi Irawan kini berpraktik di Lampung Utara dan tergabung sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dengan nomor STR JE00000236113617.
Dengan pengalaman selama 5 tahun, dr. Bendy Dwi Irawan mampu memberikan penanganan akurat pada diare.
Kamu juga dapat bertanya pada dr. Bendy Dwi Irawan seputar masalah kesehatan lainnya, seperti asam lambung yang kambuh, hidung tersumbat, maupun batuk berdahak.
Chat dr. Bendy Dwi Irawan Mulai dari Rp22.500,- di Halodoc.
2. dr. Rama Dani Putra
Dokter rekomendasi selanjutnya yaitu dr. Rama Dani Putra, seorang alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah pada tahun 2016.
Saat ini, ia menjalani praktik di Batam, Riau dan telah tercatat sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dengan nomor STR 1311100223174037.
Berbekal pengalaman 8 tahun, dr. Rama Dani Putra dapat kamu percayai dalam mengobati diare yang tidak kunjung mereda.
Dokter Rama Dani Putra juga bisa memberikan layanan konsultasi seputar sakit tenggorokan dan batuk berdahak.
Chat dr. Rama Dani Putra Mulai dari Rp50.000,- di Halodoc.
Itulah dokter rekomendasi Halodoc yang siap membantu kamu dalam mengatasi diare.
Dengan Halodoc, kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja dengan cepat dan mudah.
Jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tak perlu khawatir. Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.
Tunggu apa lagi? Ayo, hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Referensi: