Wanita Mandiri, Awas 4 Kebiasaan Ini Bisa Berbahaya

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   09 Maret 2020
Wanita Mandiri, Awas 4 Kebiasaan Ini Bisa BerbahayaWanita Mandiri, Awas 4 Kebiasaan Ini Bisa Berbahaya

Halodoc, Jakarta - Istilah “serba bisa” memang sangat patut dilekatkan pada sosok wanita mandiri. Bagaimana tidak? Mulai dari mengurus keluarga, bekerja, bersih-bersih hingga angkat-angkat barang berat bisa dilakukan sendiri. Namun, hati-hati, ada beberapa kebiasaan yang bisa berbahaya bagi kesehatan jika dilakukan terus-menerus, lho. Berikut beberapa di antaranya:

1. Menyetir Duduk Kelamaan

Saking mandirinya, wanita bisa bepergian seharian ke mana pun dengan menyetir sendiri, lho. Namun, jalan-jalan di kota besar Negeri ini tak pernah lepas dari macet, sehingga menyetir dengan posisi duduk bisa berlangsung berjam-jam lamanya. Bahaya? Tentu, jika jadi kebiasaan sehari-hari. Menghabiskan waktu lama untuk duduk menyetir kelamaan bisa menyebabkan kenaikan bobot tubuh, apalagi jika kamu tidak mengimbanginya dengan aktivitas fisik dan olahraga rutin. 

Baca juga: Kebiasaan Buruk Ini Picu Penyakit Tipes

Penelitian yang dilakukan oleh kelompok peneliti dari Universitas Leicester, menunjukkan bahwa mengemudi dalam waktu yang lama bisa membuat kekuatan kerja otak melemah dan tingkat kecerdasan menurun. Penelitian itu dilakukan selama lima tahun, terhadap 500.000 orang berusia 37 hingga 73 tahun. Hasilnya, kelompok orang yang mengendarai 2-3 jam per hari cenderung memiliki kekuatan otak yang lebih rendah dan terus menurun, jika dibandingkan dengan kelompok orang yang jarang atau bahkan tidak mengemudi sama sekali. 

Karena selama mengemudi otak tidak berfungsi aktif. Seiring waktu, jika frekuensi mengemudi meningkat, daya kerja otak akan berkurang. Selain itu, menyetir dalam waktu terlalu lama dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit di leher, bahu, punggung, dan pinggang. Jika posisi duduk saat mengemudi salah juga dapat membuat postur tubuh terganggu.

2. Kurang Tidur

Kebiasaan ini kerap dimiliki oleh wanita mandiri yang punya segudang kesibukan. Mulai dari bekerja, mengurus anak, berbelanja, dan lain-lain. Segala kesibukan itu akhirnya menyita waktu untuk beristirahat. Padahal, menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Psychiatric Research menunjukkan bahwa kurang tidur bisa membuat tubuh bangun dengan keadaan kurang bugar, karena daya tahan tubuh menurun. 

Tak hanya itu, tidur yang kurang dan tidak berkualitas juga dapat meningkatkan peradangan pada tubuh, yang kemudian meningkatkan berbagai risiko penyakit, termasuk jantung koroner. Dampak buruk lainnya dari kebiasaan kurang tidur adalah melemahnya daya ingat. Hal ini disebutkan dalam sebuah studi yang dimuat dalam Sleep Journal, bahwa tingkat akurasi dalam mengerjakan tugas kantor atau kuliah yang membutuhkan daya ingat bisa menurun hingga 15 persen jika kurang tidur. Hal ini karena tanpa tidur yang cukup, otak akan kesulitan menyimpan data-data penting dalam ingatan.

Baca juga: Latah, Penyakit atau Kebiasaan

Jadi, cukupi waktu tidur dan cobalah untuk mulai meluangkan waktu lebih untuk relaks dan beristirahat. Jika merasa daya tahan tubuh mulai menurun karena kurang tidur, coba bicarakan dengan dokter di aplikasi Halodoc. Dokter biasanya akan menyarankan beberapa tips berguna dan meresepkan vitamin bila perlu. Kalau dokter meresepkan vitamin, kamu bisa langsung memesan vitaminnya lewat aplikasi Halodoc juga, lho. Praktis, kan?

3. Mengangkat Barang Berat

Mengangkat beban yang berlebihan dapat membuat perut menerima tekanan yang berlebihan. Perut yang terus menerus mendapat tekanan dalam jangka panjang bisa memicu terjadinya hernia. Saat mengangkat beban yang terlalu berat, akan menambah tekanan pada dinding abdomen. Jika abdomen diberi tekanan terlalu tinggi dan secara terus menerus, akan membuat lemahnya dinding abdomen dan memicu keluarnya usus dari jalur yang sebenarnya.

Selain hernia, kebiasaan mengangkat barang berat juga bisa memicu timbulnya skoliosis. Hal ini dapat terjadi karena salahnya posisi atau postur tubuh ketika mengangkat beban. Skoliosis biasanya ditandai dengan gejala nyeri pada saat duduk, pada saat berdiri, maupun nyeri dari tulang belakang hingga menjalar ke pinggul, tangan, sampai kaki. Gejala lainnya adalah kaki terasa kebas atau merasa melemah, kemudian ujung saraf menjadi tertekan, hingga terjadinya gangguan buang air kecil maupun besar.

4. Pakai Heels

Beauty is pain, begitu istilahnya. Sepatu cantik dengan hak tinggi memang bisa membuat kaki terlihat lebih langsing dan jenjang, sehingga akan menyempurnakan penampilan. Karena alasan itulah mungkin banyak wanita yang rela memakai sepatu hak tinggi alias high heels, berjam-jam lamanya. Selain masalah nyeri dan pegal-pegal, ternyata ada banyak bahaya penggunaan high heels lainnya yang tanpa disadari mengintai berbagai anggota tubuh, lho.

Baca juga: Kebiasaan Berjalan Kaki Bisa Membantu Menjaga Kesehatan Otak

Semakin tinggi hak sepatu, semakin besar pula efek buruknya. Sebuah studi menunjukkan bahwa hak sepatu stiletto (yang berbentuk tipis dan runcing di bagian bawahnya) setinggi 10 sentimeter, dapat menambah tekanan pada kaki bagian depan hingga 30 persen. Hal itu membuat langkah jadi tak seimbang karena high heels memaksakan kaki berjalan dalam langkah pendek, bukan dengan langkah kaki alami kamu.

Jika dipertahankan dalam jangka panjang, teknik berjalan staccato ini akan merusak tulang dan saraf kaki. Selain itu, sepatu hak tinggi juga akan memaksa pergelangan kaki condong ke depan, yang bisa membatasi aliran darah pada tungkai bawah. Hal ini membuat orang yang menggunakan high heels dalam jangka waktu cukup lama berisiko mengalami varises.

Referensi:
University of Leicester. Diakses pada 2020. Hours of driving and watching TV lower IQ scores.
Harvard Health Publishing. Diakses pada 2020. Sleep and mental health.
US National Library of Medicine, National Institute of Health. Diakses pada 2020. Heavy Loads and Lifting are Risk Factors for Musculoskeletal Injuries in Deployed Female Soldiers.
Huffington Post. Diakses pada 2020. Common Risk of High Heels.