Wanita Harus Tahu, Ini 3 Fase Menstruasi Tiap Bulannya
"Setiap bulan, wanita akan mengalami siklus menstruasi. Siklus ini terbagi menjadi tiga fase utama, yaitu fase menstruasi, fase pra ovulasi dan ovulasi, serta fase pra-menstruasi."
Halodoc, Jakarta – Semua perempuan yang masih berada di usia produktif pasti mengalami menstruasi setiap bulannya. Meski rutin terjadi, nyatanya tidak banyak perempuan tahu apa yang terjadi pada tubuhnya selama menstruasi. Ternyata, ada fase-fase dan perubahan yang terjadi pada tubuh selama siklus menstruasi terjadi.
Pada siklus menstruasi, terjadi perubahan di dalam tubuh perempuan terutama pada bagian organ reproduksi. Saat menstruasi, terjadi peluruhan lapisan dinding rahim alias endometrium yang sebelumnya menebal. Peluruhan lapisan ini terjadi karena tidak adanya proses pembuahan sel telur. Lapisan dinding rahim yang mengalami peluruhan ditandai dengan keluarnya darah, yang kemudian dikenal sebagai darah haid. Biar lebih jelas, simak penjelasan seputar menstruasi dan fase-fase yang dialami perempuan selama masa tersebut!
Mengenal Fase-fase dalam Menstruasi Perempuan
Setiap wanita mungkin memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda. Siklus ini bisa terjadi di antaranya 23–25 hari, tetapi rata-rata siklus menstruasi terjadi setiap 28 hari. Ada sejumlah hormon yang terlibat dalam siklus menstruasi, di antaranya hormon progesteron, hormon pelepas gonadotropin, hormon pelutein, serta hormon perangsang folikel.
Pada satu kali periode menstruasi, dibagi menjadi 3 fase. Berikut ini penjelasan seputar fase-fase yang terjadi!
1. Fase Menstruasi
Ini adalah fase pertama dalam siklus menstruasi yang terjadi selama 3–7 hari. Pada fase ini, terjadi peluruhan lapisan dinding rahim yang kemudian menghasilkan darah menstruasi. Jumlah darah yang keluar bisa berbeda-beda, tetapi biasanya darah akan lebih banyak keluar pada hari pertama hingga hari ketiga menstruasi.
Di fase ini juga, perempuan akan merasakan nyeri atau kram pada beberapa bagian tubuh. Umumnya, nyeri muncul di bagian panggul, kaki, dan punggung. Nyeri yang dirasakan pada awal masa haid terjadi karena adanya kontraksi otot rahim. Kontraksi menyebabkan suplai oksigen ke rahim tidak lancar, sehingga menyebabkan kram dan nyeri perut selama menstruasi.
2. Pra Ovulasi dan Ovulasi
Setelah menstruasi, masuk ke fase kedua, yaitu fase pra ovulasi. Kalau sebelumnya dinding rahim luruh, pada fase ini bagian tersebut akan kembali menebal. Proses ini terjadi karena dipicu oleh peningkatan hormon yang berperan selama siklus menstruasi. Pada fase ini juga terjadi masa ovulasi, melakukan hubungan intim pada masa ini sangat disarankan bagi pasangan yang tengah merencanakan kehadiran momongan di tengah keluarga. Sebab, peluang terjadinya pembuahan menjadi lebih tinggi pada masa pra-ovulasi hingga masa ovulasi.
3. Pra-Menstruasi
Memasuki fase ketiga, yaitu fase pra-menstruasi, dinding rahim akan semakin menebal. Hal itu terjadi karena folikel telah pecah dan mengeluarkan sel telur membentuk korpus luteum. Setelah itu, tubuh memproduksi progesterone yang membuat lapisan dinding rahim menjadi semakin tebal. Jika hingga fase tersebut tidak juga terjadi pembuahan, kamu mungkin akan mulai merasakan gejala pramenstruasi alias PMS. Gejala yang sering muncul adalah perubahan emosi, menjadi lebih sensitif, nyeri pada payudara, pusing, mudah lelah, dan perut kembung.
Siklus menstruasi bisa berbeda antara satu perempuan dengan yang lainnya. Jika mengalami menstruasi tidak teratur, seperti haid lebih dari 7 hari atau tidak mengalami haid selama lebih dari 3 bulan, segera lakukan pemeriksaan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya. Kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk menanyakan seputar gangguan menstruasi kepada dokter ahli kandungan. Sampaikan gejala awal gangguan menstruasi melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar menstruasi sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!