Virus Corona Menyebar Lewat Kentut? Ini Faktanya
Halodoc, Jakarta – Dokter asal Australia sedang mempertimbangkan penyebaran virus corona melalui “saluran bawah”, yakni melalui kentut. Pernyataan ini diungkapkan oleh produser sekaligus pembawa acara Dr. Norman Swan melalui podcast “Coronacast” yang disiarkan oleh Australian Broadcasting Corporation. Pernyataan Norman Swan mengenai penyebaran virus corona ini menarik perhatian banyak orang. Namun, hal ini bisa saja ada benarnya karena virus corona bisa ditemukan pada feses beberapa pasien COVID-19.
Pertanyaannya, apakah virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 ini benar-benar bisa menyebar melalui kentut? Jika benar, apa yang harus dilakukan untuk terhindar darinya?
Baca juga: Bukan Cuma Batuk, Virus Corona juga Bisa Menular Saat Bicara
Besar Kemungkinan Virus Corona Menyebar Melalui Kentut
Pertama-tama, Centers for Diseases Control and Prevention telah mengungkapkan bahwa virus yang menyebabkan COVID-19 terdeteksi pada tinja beberapa pasien yang didiagnosis dengan COVID-19. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai berapa banyak virus yang bisa dilepaskan dari tubuh, berapa lama virus bisa bertahan di sana, dan apakah virus dalam tinja akan menular atau tidak.
Risiko penularan virus yang menyebabkan COVID-19 dari kotoran orang yang terinfeksi juga tidak diketahui. Namun, risikonya diperkirakan rendah berdasarkan data dari wabah sebelumnya terkait virus corona, seperti SARS dan MERS. Hingga saat ini, belum ada transmisi COVID-19 secara fecal-oral yang telah dikonfirmasi.
Di dalam siaran podcast yang dilakukan oleh Norman Swan, ia hanya membuat saran peringatan, karena kentut bisa mengandung partikel kotoran yang mengandung virus corona tersebut. Namun, penyebaran ini mungkin akan lebih sulit terjadi karena seseorang harus benar-benar tidak memakai celana untuk bisa menyebarkannya.
Ya, sebagaimana saat seseorang bersin, virus ini tidak menyebar jika orang tersebut menggunakan masker wajah. Begitu pula dengan kentut, virus tidak menyebar apabila seseorang menggunakan celana atau pakaian dalam sejenisnya.
Melansir The Sun, Dr Sarah Jarvis mengatakan bahwa penularan virus corona melalui kentut dirasa masih sangat kecil kemungkinannya. Seseorang jauh lebih mungkin untuk tertular virus melalui droplets seperti saat bersin, batuk, atau bahkan berbicara.
Oleh karena itu, hal yang paling aman untuk dilakukan adalah menerapkan physical distancing, dan tidak kentut dekat dengan orang lain. Sementara untuk tenaga medis, segala pakaian pelindung sesuai standar adalah kewajiban untuk digunakan saat mengurus pasien COVID-19.
Baca juga: Jangan Panik, Virus Corona Tak Menular Lewat Barang Impor Cina
Lantas, Haruskah Waspada pada Penularan Virus Melalui Saluran Bawah?
Dr. Andy Tagg, dokter asal Australia juga menyebutkan bahwa kondisi perut kembung bisa menjadi “prosedur penghasil aerosol”. Sebuah penelitian baru-baru ini menyarankan untuk menghindari toilet umum karena adanya kekhawatiran penyebaran virus corona melalui partikel kotoran aerosol. Para ahli juga menyarankan untuk menghindari aktivitas seksual melalui anal, baik itu penetrasi, rim jobs, atau penggunaan sex toys melalui anal.
Sayangnya, belum banyak penelitian yang tersedia untuk sampai pada kesimpulan yang kuat tentang bahaya penyebaran COVID-19 melalui kentut. Salah satu penelitian yang mendukung hal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Aaron E. Glatt, ahli epidemiologi Mount Sinai South Nassau.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa ada persentase yang signifikan dari pasien COVID-19 mengenai kemunculan gejala gastrointestinal, baik itu yang berdiri sendiri atau kombinasi dengan gejala pernapasan atau umum lainnya. Namun, tidak ada data yang dipublikasikan tentang apakah perut kembung saja yang menimbulkan risiko penularan.
Rute penularan ini langsung terputus saat seseorang menggunakan pakaian lengkap sehingga virus tidak menyebar di udara. Jadi, selama kamu menerapkan physical distancing dan menggunakan alat pelindung lengkap, kamu tidak perlu waspada.
Baca juga: Fakta Baru, Virus Corona Mampu Bertahan di Udara
Virus SARS-CoV-2 ini terhitung masih sangat baru. Para peneliti masih terus mencari tahu sisi lemah dari virus ini untuk kemudian bisa dikembangkan dalam upaya memusnahkannya. Sementara itu, kamu bisa membantu ikut membantu penyebaran virus ini dengan cara menerapkan physical distancing.
Namun, jika kamu merasakan gejala yang mencurigakan yang mirip COVID-19. Sebaiknya kamu hubungi dokter di aplikasi Halodoc. Diskusikan kesehatan yang kamu alami terlebih dahulu dengan dokter melalui fitur chat. Cara ini efektif untuk mencegah penularan yang mungkin bisa terjadi di rumah sakit. Tunggu apa lagi? Segera download aplikasi Halodoc sekarang!