Virus Corona Bisa Sebabkan Pembekuan Darah, Ini Faktanya
Halodoc, Jakarta – Beberapa waktu lalu, bintang Broadway Nick Cordero, yang telah dirawat di rumah sakit selama berminggu-minggu karena COVID-19 terpaksa harus diamputasi karena alami pembekuan darah. Ya, setiap hari ada lebih banyak berita yang muncul tentang komplikasi serius yang dapat terjadi akibat COVID-19. Namun, beberapa pasien kini juga dilaporkan tengah berjuang melawan pembekuan darah akibat kondisi ini.
Penelitian tentang komplikasi ini masih sangat awal, tetapi pada satu studi kecil dengan melakukan otopsi pasien COVID-19 ditemukan pembekuan darah di paru-paru dan di bawah permukaan kulit. Selain itu, peneliti bahkan menemukan gumpalan darah di bawah permukaan kulit pada pasien yang masih hidup.
Di Belanda, dalam studi yang dilakukan pada 184 pasien COVID-19 yang dirawat di unit perawatan intensif ditemukan bahwa 27 persen di antaranya memiliki tromboemboli vena (VTE), suatu kondisi di mana gumpalan darah dalam vena, biasanya di vena dalam dari kaki, paha, atau panggul.
Dua puluh lima dari pasien tersebut memiliki pulmonary embolism (PE), kondisi yang berpotensi mengancam jiwa yang terjadi ketika bagian dari gumpalan darah terputus dan melakukan perjalanan ke paru-paru. Secara keseluruhan, 31 persen dari pasien memiliki semacam komplikasi pembekuan darah yang cukup membahayakan. Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi?
Baca juga: Ini Cara Virus Corona Menyerang Tubuh
Cara Virus Corona Sebabkan Pembekuan Darah
Pembekuan adalah proses yang sangat normal, saat kamu terluka, maka tubuh membentuk gumpalan darah untuk menghentikan perdarahan. Setelah perdarahan berhenti, tubuh biasanya mampu memecah gumpalan dan menghilangkannya.
Namun, kadang-kadang orang bisa mendapatkan terlalu banyak gumpalan darah akibat kondisi medis yang mendasari seperti diabetes, kelainan genetik tertentu, atau itu bisa terjadi dalam kasus penyakit akut. Kondisi pembekuan darah yang membahayakan, salah satunya adalah deep vein thrombosis (DVT), suatu kondisi ketika gumpalan terbentuk jauh di dalam tungkai. Gejala DVT termasuk pembengkakan di kaki atau lengan, rasa sakit yang tidak disebabkan oleh cedera, kulit yang hangat saat disentuh, dan kemerahan kulit dengan pembengkakan atau rasa sakit. Kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi seperti kesulitan bernapas, nyeri dada yang semakin memburuk saat seseorang menarik napas dalam-dalam, batuk darah, dan detak jantung yang lebih cepat dari biasanya.
Saat seseorang memiliki kasus COVID-19 yang parah, tubuh terlalu lelah untuk memeranginya. Peradangan itu mempengaruhi dinding pembuluh darah (dikenal sebagai endotelium), dan meningkatkan risiko pembekuan darah. Kondisi sumbatan pembekuan darah juga menjadi perhatian orang yang tengah sakit parah, terlepas dari penyakit apa yang mereka miliki. Hal ini karena mereka tidak bergerak, dan kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko sumbatan pembekuan darah.
Baca juga: Penggumpalan Darah Bisa Jadi Gangguan Kesehatan Serius
Mengapa Gumpalan Darah Fatal Bagi Pasien COVID-19?
Dalam kasus DVT, gumpalan darah dapat menyebabkan gejala seperti nyeri yang tidak biasa dan kesulitan bernapas, namun kondisi ini bisa dikenali sebagai gejala dari COVID-19. Sulit bagi seseorang untuk membedakan apakah gejala pernapasan mereka berasal dari virus atau gumpalan darah. Akibatnya, gumpalan darah dapat berkembang ke keadaan yang lebih serius sebelum pasien atau staf medis menyadari apa yang sedang terjadi.
Terlebih lagi, orang-orang dengan kasus COVID-19 yang parah sudah berjuang untuk bernafas, dan gumpalan darah dapat memperburuknya. Kondisi ini dapat melemahkan paru-paru yang sudah berjuang serta mengurangi kapasitas paru-paru untuk memasok oksigen. Jika gumpalan ini menyumbat arteri utama di paru-paru, maka dapat berakibat fatal.
Bagaimana Mengatasi Penggumpalan Darah pada Pasen COVID-19?
Ketika orang dirawat di unit perawatan intensif, mereka biasanya diberikan pengencer darah profilaksis, untuk menurunkan risiko mengembangkan gumpalan darah. Sebagian besar pasien akan secara otomatis mendapatkan suntikan ini untuk berbagai kondisi yang berbeda. Namun kini banyak dokter tampaknya berpikir bahwa ada hal yang berbeda dengan ini. Pasien mungkin mendapatkan pengencer darah sebelum mereka masuk ICU, atau pasien yang lebih tua dan berisiko akan diprioritaskan untuk diberi suntikan ini.
Kini memberikan pengencer darah untuk setiap pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 tampaknya menjadi lebih umum. Meski ini bukan praktik yang diterima secara umum, tetapi dokter melakukan hal ini untuk mencegah kefatalan.
Untuk saat ini, pembekuan darah tampaknya hanya menjadi masalah dengan orang-orang yang memiliki gejala yang parah. Namun, jika kamu pasien COVID-19, bukan ide yang buruk jika kamu mulai mencoba melakukan beberapa upaya untuk mengurangi risiko pembekuan darah. Kamu bisa berjalan di sekitar kamar, melakukan beberapa latihan peregangan, berlari kecil atau melompat. Cara ini setidaknya bisa menurunkan risiko mengembangkan gumpalan darah.
Baca juga: Terapi Plasma Darah untuk Atasi Virus Corona
Itulah beberapa hal yang perlu kamu tahu mengenai risiko pembekuan darah pada pasien COVID-19. Pastikan kamu tetap menjaga kesehatan dan kebersihan diri supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Jika kamu merasakan gejala penyakit, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter di Halodoc. Kamu bisa gunakan smartphone kamu untuk mendapatkan saran kesehatan terkait kondisi yang kamu alami. Tunggu apa lagi? Segera download aplikasi Halodoc sekarang!
Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2020. Faulty Blood Clotting Mechanism May Explain COVID-19 Severity.
Prevention. Diakses pada 2020. Does Coronavirus Cause Blood Clots? Doctors Explain the Life-Threatening Complication.
Web MD. Diakses pada 2020. Blood Clots Are Another Dangerous COVID-19 Mystery.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan