Varian Delta COVID-19 Rentan Serang Anak, Ini Faktanya
“Varian delta dari COVID-19 sudah menyebar luas di Indonesia dengan lonjakan total kasus mencapai 2 juta jiwa. Selain itu, diketahui juga apabila jenis virus corona ini rentan menyerang anak-anak. Apa benar seperti itu?”
Halodoc, Jakarta – Indonesia dipercaya tengah memasuki gelombang kedua pada masa pandemi ini. Peningkatan angka kasus dari COVID-19 disebabkan oleh varian delta yang berasal dari India. Selain itu, disebut-sebut jika virus corona jenis baru ini lebih rentan untuk menyerang anak-anak, berbeda dengan jenis awal yang ada. Namun, benarkah tentang hal ini? Ketahui faktanya di sini!
Benarkah Varian Delta COVID-19 Rentan pada Anak-Anak?
Varian delta COVID-19, yang merupakan virus dengan gen B1617, pertama kali ditemukan di India pada Desember 2020 silam. Beberapa bulan setelahnya, jenis virus corona baru ini menyebar dengan luas sehingga menimbulkan lonjakan tinggi di India dan bahkan membuat sistem kesehatan disana kolaps. Hingga saat ini, dilaporkan jika varian delta telah menyebar ke 80 negara.
Baca juga: 2 Vaksin COVID-19 Ini Dinilai Ampuh Atasi Varian Delta
Disebutkan jika varian delta COVID-19 ini lebih mudah menular dibandingkan varian alfa. Alasan virus corona ini lebih menular daripada yang sebelumnya karena beberapa mutasi kunci pada protein lonjakan yang memungkinkan virus untuk menembus sistem imun dan menginfeksi sel sehat. Maka dari itu, potensi penularan pada banyak orang lebih tinggi.
Beberapa sumber juga mengatakan jika virus ini lebih rentan terjadi pada anak-anak, apakah benar?
Daeng M Faqih, Ketua Umum PB IDI, mengatakan jika potensi bahaya dari virus corona jenis delta ini sangat tinggi. Ia juga menyebut jika jenis ini justru banyak menyerang anak-anak muda. Bahkan, serangan yang terjadi dapat langsung menimbulkan dampak dengan gejala berat. Saat alami gejala berat, tingkat kesembuhannya menjadi lebih kecil.
Baca juga: Hindari Corona Varian Delta, Batasi Aktivitas di Luar Rumah
Selain itu, peningkatan kasus COVID-19 akibat varian delta juga terjadi pada anak-anak. Penularan massif ini dipercaya akibat belum adanya program vaksinasi pada anak yang usianya belum mencapai 18 tahun.
Dengan begitu, sistem imunitas yang belum sempurna ditambah tidak adanya vaksin dapat gejala yang ringan membuat banyak orang tidak cepat tanggap untuk memeriksakan anaknya.
Ibu juga dapat memastikan anak terinfeksi COVID-19 varian delta atau tidak dengan memesan pemeriksaan swab antigen atau PCR melalui aplikasi Halodoc. Dengan cara ini, ibu bisa langsung terhubung dengan beberapa penyedia tes COVID-19, sehingga pencegahan dini mampu segera dilakukan saat hasilnya keluar. Download aplikasi Halodoc sekarang juga untuk mendapatkan kemudahan ini!
Lalu, apa yang mesti dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan varian delta dari COVID-19?
Cara yang paling utama harus dilakukan untuk menghentikan sebaran virus corona pada anak adalah dengan memastikan setiap orang dewasa yang di lingkungannya banyak anak kecil untuk mendapatkan vaksin. Maka dari itu, peran dari pemerintah dan kerja sama para orangtua sangat penting untuk memastikan kesuksesan dalam memotong rantai sebaran ini.
Baca juga: Mengenal Varian Delta Penyebab COVID-19 Second Wave di India
Memang penelitian terkait pemberian vaksinasi pada anak-anak terus dipercepat. Masalahnya, setiap ahli medis perlu memastikan tingkat keamanan dan efektivitas dari vaksin tersebut untuk anak-anak, sehingga belum dapat digunakan secara luas. Kemungkinan vaksinasi untuk anak baru bisa dilakukan di tahun depan. Namun, kita semua perlu berdoa agar penelitian ini menemukan titik terang secepatnya.
Hal lain yang dapat ayah dan ibu pastikan agar anak tidak terserang varian delta dari COVID-19 selain vaksinasi adalah membatasi kegiatan yang dilakukan di luar rumah. Dengan minimnya interaksi dengan orang lain, diharapkan tingkat risiko dari penularan juga menurun drastis. Dengan begitu, ibu mampu memastikan kesehatan anak sembari menunggu pemberian vaksin pada anak.