Tubuh Tetap Bisa Terserang Virus Meski Sudah Vaksin, Ini Penjelasannya
Halodoc, Jakarta - Pagebluk COVID-19 di negara kita masih terus berlangsung. Menurut data dari Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (11/1) angka kasus positif tercatat sebanyak 836.718 orang, dan kematian sebanyak 24.343. Kabar baiknya 688.739 berhasil pulih dari serangan SARS-CoV-2 yang sering kali menyerang saluran pernapasan.
Nah, demi memberantas virus corona pemerintah berencana melaksanakan vaksinasi massal yang akan dimulai pada bulan ini. Sejauh ini terdapat tujuh jenis vaksin COVID-19 yang akan digunakan pemerintah. Mulai dari Bio Farma (Persero), AstraZeneca-Oxford, Sinopharm, Moderna, Pfizer-BioNTech, Sinovac, hingga Novavax.
Menyoal vaksinasi ini, beberapa awam mempercayai kalau vaksin virus corona, 100 persen ampuh mencegah infeksi COVID-19. Padahal, anggapan tersebut keliru, sebab masih ada kemungkinan virus jahat tersebut menginfeksi tubuh seseorang meski telah divaksin. Lo, kok bisa?
Baca juga: Ini 10 Pemimpin Dunia yang Telah dan Akan Disuntik Vaksin COVID-19
Terinfeksi Meski Sudah Divaksin, Apa Sebabnya?
Vaksin boleh dibilang menjadi senjata terampuh untuk meredam serangan virus corona. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksinasi adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit, termasuk COVID-19. Vaksin mampu membantu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan patogen seperti virus atau bakteri, yang membuat tubuh aman dari penyakit yang disebabkannya.
Hal yang perlu ditegaskan, tidak selamanya vaksin dapat melindungi tubuh 100 persen dari serangan virus dan bakteri. Nah, hal yang sama berlaku untuk vaksin COVID-19.
Menurut ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Prof Dr Sri Rezeki S Hadinegoro, seseorang tidak langsung kebal 100 persen setelah disuntik vaksin COVID-19. Sebab, masih memerlukan waktu untuk meningkatkan antibodi di dalam tubuh.
"Jadi kalaupun ia sudah diimunisasi kena COVID-19 InsyaAllah tidak berat kalau dia memang imun, karena kita tidak bisa tahu apakah virus yang kena itu ganas," jelas Prof Sri dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Senin (11/1/2021).
Di samping itu, meski telah disuntik dua kali (dosis vaksinasi untuk COVID-19), tak membuat antibodi tubuh langsung prima. Masih memerlukan waktu untuk meningkatkan antibodi.
“Paling tidak setelah dua kali suntik itu 14 hari sampai 1 bulan baru dia maksimal antibodi," jelasnya.
Baca juga: Ini 6 Fakta Mutasi Virus Corona Terbaru dari Inggris
Kekebalan Mungkin Memudar Seiring Waktu
Menurut para pakar, sebenarnya tidak ada vaksin yang 100 persen efektif untuk mencegah penyakit (baik COVID-19 atau penyakit lainnya). Untuk kasus COVID-19, kita bisa mengambil contohnya dari vaksin buatan Moderna dan National Institutes of Health (NIH).
Pada Desember 2020, Moderna mengatakan pihaknya sudah menyerahkan data vaksin virus corona ke Food and Drug Administration (FDA) AS. Data tersebut menunjukkan vaksinnya mampu mencegah 2/3 dari semua infeksi, termasuk infeksi tanpa gejala.
Nah, itulah sebabnya Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan agar masyarakat tidak berasumsi bahwa mereka sepenuhnya kebal setelah divaksinasi.
Dengan kata lain, meski vaksin dapat memberikan perlindungan hingga mencapai 95 persen dalam uji klinis, tapi masih ada kemungkinan sejumlah kecil orang masih bisa tertular virus corona. Bahkan, setelah menerima dua suntikan vaksin COVID-19.
Ada satu hal lagi yang perlu diketahui mengenai vaksinasi, termasuk vaksin virus corona. Hingga saat ini, tak ada ahli yang mengetahui secara pasti berapa lama vaksin dapat melindungi seseorang dari infeksi.
Di samping itu, perlindungan yang diberikan oleh vaksin dapat memudar seiring bergulirnya waktu. Itulah sebabnya beberapa vaksin memerlukan suntikan penguat bertahun-tahun kemudian.
Baca juga: Ini 7 Perusahaan Pembuat Vaksin Virus Corona
Vaksin tetanus, contohnya. CDC merekomendasikan orang dewasa untuk mendapatkan suntikan penguat tetanus setiap 10 tahun. Selama wabah campak atau gondok, CDC juga mengatakan beberapa orang “mungkin disarankan” untuk mendapatkan dosis tambahan vaksin MMR.
Bagaimana dengan vaksin COVID-19? Hingga kini, belum ada pakar yang dapat memprediksi berapa lama vaksin virus corona dapat melindungi seseorang dari infeksi COVID-19.
Menurut CDC, vaksin virus corona dapat melindungi tubuh dari serangan COVID-19 (meski tidak 100 persen). Vaksin COVID-19 bekerja dengan mengajarkan sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan virus corona, serta melindungi tubuh dari penyakit COVID-19.
Namun, hal yang perlu diingat, penentuan keberhasilan vaksin juga ditentukan dari seberapa besar cakupan vaksin pada masyarakat. Semakin banyak masyarakat yang mendapatkan vaksin, maka keberhasilan vaksin juga dapat tercapai dengan baik.
Mau tahu lebih jauh mengenai vaksin COVID-19? Atau memiliki keluhan kesehatan di tengah pandemi? Kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan?