Trauma Masa Kecil Berpengaruh pada Kesehatan Mental

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   06 Februari 2023

“Peristiwa traumatis dapat memengaruhi perkembangan otak anak yang berdampak secara fisik, mental, dan sosial. Efeknya pada kesehatan mental dapat berupa masalah pengendalian amarah hingga gangguan psikotik.”

Trauma Masa Kecil Berpengaruh pada Kesehatan MentalTrauma Masa Kecil Berpengaruh pada Kesehatan Mental

Halodoc, Jakarta – Childhood trauma atau trauma masa kecil merupakan peristiwa tidak menyenangkan yang dialami oleh seorang anak. Misalnya seperti kecelakaan, kekerasan baik fisik maupun verbal, hingga pelecehan. Akibat peristiwa buruk tersebut, seorang anak dapat merasakan rasa takut yang berkelanjutan. 

Dengan rasa takut yang berkelanjutan, hal ini dapat membuat seorang anak menjadi stres. Apalagi jika anak tersebut tanpa sengaja terpicu untuk mengingatnya. Tanpa penanganan yang tepat, stres tersebut akan berpengaruh pada kesehatan mental anak tersebut saat beranjak dewasa. 

Dampak Trauma Masa Kecil pada Kesehatan Mental

Peristiwa traumatis dapat memengaruhi perkembangan otak anak yang dapat berdampak seumur hidup bagi mereka secara fisik, mental, dan sosial. Adapun, efek psikologis pada kesehatan mental dari pengalaman traumatis saat anak beranjak besar dapat meliputi: 

  • Masalah pengendalian amarah.
  • Depresi.
  • Tekanan emosional.
  • Tingkat stres yang tinggi.
  • Gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
  • Gangguan psikotik.

Anak-anak yang terpapar trauma kompleks berpotensi menjadi terisolir dari orang-orang di sekitar mereka. Hal ini akan melibatkan pemisahan diri secara mental pada kehidupan sosial mereka. Mereka mungkin membayangkan bahwa mereka berada di luar tubuh mereka dan menontonnya dari tempat lain. Selain itu, anak juga mungkin akan kehilangan ingatan dari pengalaman tersebut, yang mengakibatkan kesenjangan ingatan.

Dapat Memicu PTSD

Stres pada anak yang mengalami trauma dan tidak mendapatkan pertolongan dapat berkembang menjadi gangguan kesehatan mental tertentu. Salah satu gangguan tersebut adalah post traumatic stress disorder atau gangguan stres pasca trauma (PTSD). Anak-anak dengan PTSD dapat mengalami kembali trauma dalam pikiran mereka berulang kali. Mereka mungkin juga menghindari apa pun yang mengingatkan mereka pada trauma tersebut. 

Terkadang anak-anak percaya bahwa mereka tidak merasakan tanda-tanda peringatan yang memprediksi peristiwa traumatis. Dalam upaya untuk mencegah trauma di masa depan, mereka menjadi sangat waspada dalam mencari tanda-tanda bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi lagi.

Anak-anak dengan PTSD juga dapat:

  • Bertindak lebih muda dari usia mereka, seperti dengan mengisap ibu jari mereka sebagai gangguan rasa aman.
  • Mengalami kesulitan fokus.
  • Merasa lebih tertekan atau cemas.
  • Merasa sulit untuk bersikap penuh kasih sayang dengan orang lain.
  • Memiliki kemarahan dan agresi yang meningkat.
  • Memiliki masalah prestasi atau sosial di sekolah.
  • Sulit tidur.
  • Kehilangan minat pada aktivitas yang pernah mereka nikmati.
  • Kehilangan kontak dengan kenyataan.
  • Tampak terpisah, mati rasa, atau tidak responsif.

Bahkan anak-anak yang tidak mengembangkan PTSD mungkin masih menunjukkan masalah emosi dan perilaku setelah mengalami pengalaman traumatis. Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan selama beberapa minggu dan bulan setelah peristiwa yang mengecewakan: 

  • Masalah kemarahan.
  • Masalah perhatian.
  • Perubahan nafsu makan.
  • Perkembangan ketakutan baru.
  • Meningkatnya kekhawatiran tentang kematian atau keselamatan.
  • Sifat lekas marah.
  • Kehilangan minat dalam aktivitas normal.
  • Masalah tidur.
  • Kesedihan.
  • Penolakan sekolah.
  • Keluhan somatik seperti sakit kepala dan sakit perut.

Juga Berdampak pada Kesehatan Fisik

Ketika seorang anak mengalami peristiwa traumatis, hal itu dapat mengganggu perkembangan fisiknya. Sebab, stres dapat mengganggu perkembangan sistem kekebalan dan saraf pusatnya. Kondisi ini membuat tubuh anak lebih sulit untuk mencapai potensi sepenuhnya.

Sebuah studiyang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine pada 2015 melaporkan bahwa semakin banyak pengalaman buruk yang dialami seorang anak, semakin tinggi risiko penyakit kronis saat dirinya dewasa. Secara khusus, studi mencatat bahwa paparan trauma berulang meningkatkan risiko perkembangan anak:

  • Asma.
  • Penyakit jantung koroner.
  • Diabetes.
  • Stroke. 

Itulah penjelasan mengenai dampak trauma masa kecil pada kesehatan mental. Jangan biarkan trauma masa kecil menghambat kehidupanmu. Jika kamu merasakan dampaknya, segeralah mengunjungi psikolog untuk melakukan konseling. 

Melalui aplikasi Halodoc kamu bisa konsultasi dengan psikolog untuk memeriksakan kondisi. Tentunya tanpa perlu menunggu atau mengantre. Jadi tunggu apa lagi? Yuk download Halodoc sekarang juga!

Referensi: 
Verywell Health. Diakses pada 2023. Treating the Effects of Childhood Trauma. 
Verywell Health. Diakses pada 2023. Signs of Childhood Trauma in Adults. 
Duquesne University. Diakses pada 2023. Childhood Trauma: Understanding How Trauma Impacts Mental Health and Wellness. 
AJPM. Diakses pada 2023. Childhood Adversity and Adult Chronic Disease.