Tinggal di Kota Besar Rentan Terkena Mental Illness, Benarkah?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   28 April 2021
Tinggal di Kota Besar Rentan Terkena Mental Illness, Benarkah?Tinggal di Kota Besar Rentan Terkena Mental Illness, Benarkah?

Halodoc, Jakarta - Sebagian orang mungkin menikmati segala hal tentang kehidupan kota besar, mulai dari gaya hidup, pekerjaan yang lebih menjanjikan, maupun situasi yang tampak modern dan lebih maju. Perlu diketahui, meski tinggal di kota metropolitan menyenangkan, ada beberapa kekurangannya. 



Seperti yang dihadapi sehari-hari, lalu lintas yang macet dan kendaraan umum yang berdesakan, bisa membatasi waktu bersosialisasi dengan teman-teman atau kerabat. Kemacetan dan kepadatan transportasi umum yang penuh sesak, polusi udara, sering kali menyebabkan rasa frustasi hingga mental Illness. Seperti apa pengaruh tinggal di kota besar terhadap mental illness?

Baca juga: Percaya Diri Berlebihan Ternyata Berbahaya, Ini Dampaknya

Pengaruh Kehidupan Di Kota Besar Terhadap Mental Illness

Meskipun tinggal di kota besar memiliki keistimewaan, namun di sisi lain bisa berdampak besar pada mental illness. Sebuah penelitian menunjukkan, dibandingkan dengan penduduk pedesaan, ternyata penduduk perkotaan 21 persen lebih mungkin mengalami gangguan kecemasan dan 39 persen lebih mungkin mengalami gangguan mood.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kondisi kesehatan mental lebih tinggi pada orang-orang yang tinggal di perkotaan, di antaranya:

  • PTSD;
  • Manajemen kemarahan;
  • Gangguan kecemasan umum.

Hal yang sama juga berlaku untuk gangguan psikologis yang lebih serius seperti skizofrenia dan paranoia. Seperti apa pengaruhnya?

Begini, stimulasi kehidupan kota yang terus-menerus bisa mendorong tubuh ke dalam keadaan stres, yang dikenal sebagai ‘respon melawan atau lari’. Hal itu bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan penggunaan narkoba. 

Kehidupan di kota besar juga bisa merusak sistem kekebalan psikologis, yang bisa berbahaya bagi seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan mental illness. Menurut psikolog, stres lingkungan ini meningkatkan risiko seseorang mengembangkan kondisi kejiwaan, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan bipolar. 

Baca juga: Lebaran dan Holiday Blues, Ini 4 Cara Menghadapinya

Terlebih lagi, orang dewasa muda, terutama generasi milenial, sering merasa jenuh, stres, kelelahan mental dan fisik yang bisa menghilangkan rasa gembira dalam hidup. Untuk orang dewasa muda yang tinggal di kota besar dan sering bekerja hingga begadang, kepercayaan itu mungkin diperkuat, sehingga psikologis semakin terganggu akibat tinggal di kota besar. 

Tiga alasan mengapa orang-orang yang tinggal di kota besar mengalami masalah mental illness:

  • Faktor Risiko yang Sudah Ada

Banyak orang pindah ke kota untuk mencari kehidupan yang lebih baik, peluang ekonomi dan sosial, dan jauh dari pengalaman negatif masa lalu. Beberapa alasan sebagian orang mencari hal-hal ini kebetulan adalah faktor risiko masalah mental illness.

Misalnya, kemiskinan, pengangguran, tunawisma, masalah kesehatan fisik dan mental, trauma sebelumnya, krisis pribadi, perpisahan keluarga, kecanduan, dan imigrasi. Penyimpangan sosial ini menyebabkan orang-orang cenderung mengalami mental illness.

  • Faktor Sosial

Orang-orang dengan faktor risiko yang sudah ada sebelumnya, terutama kemiskinan, status minoritas, atau masalah kesehatan mental, sering menghadapi tekanan negatif di kota. Misalnya, pemisahan fisik dan psikologis ke dalam lingkungan yang ditandai dengan kemiskinan dan tantangan sosial dan diskriminasi. 

  • Faktor Lingkungan

Aturan dan pengaturan perkotaan bisa mempengaruhi orang dalam dua hal yaitu meningkatnya beban hidup dan hilang atau sulitnya akses pada perlindungan. 

Baca juga: Deteksi Lebih Dini Gangguan Mental Skizofrenia

Pada kenyataannya, kehidupan perkotaan bisa membuat seseorang stres sekaligus bahagia. Mengetahui cara mencegah mental illness akibat kehidupan perkotaan penting untuk dilakukan agar kesehatan fisik dan mental tetap terjaga. 

Tidak heran jika olahraga, berbicara dengan orang yang disayangi, dan menemukan komunitas bisa meningkatkan suasana hati seseorang. Interaksi yang nyaman dan menyenangkan bisa membantu penduduk kota tetap bertahan.

Jika sulit menemukan interaksi atau seseorang untuk bercerita, kamu bisa berdiskusi dengan psikolog melalui aplikasi Halodoc untuk mendapatkan saran yang tepat. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Referensi:
Urban Design Mental Health. Diakses pada 2021. How The City Affects Mental Health
Healthline. Diakses pada 2021. Here’s How Living in a City Can Mess with Your Mental Health

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan