Terlihat Senang Padahal Tertekan, Waspada Duck Syndrome

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   01 September 2022

“Duck syndrome dapat membuat seseorang merasa cemas dan stres karena ekspektasi yang tinggi. Terapi dan pengobatan bisa membantu.”

Terlihat Senang Padahal Tertekan, Waspada Duck SyndromeTerlihat Senang Padahal Tertekan, Waspada Duck Syndrome

Halodoc, Jakarta – Istilah duck syndrome berasal dari gagasan bahwa seekor bebek dapat terlihat tenang saat berenang di permukaan air. Namun sebenarnya sibuk mengayuh dengan kencang di bawah permukaan air untuk tetap mengapung. 

Beberapa orang bisa mengalami perasaan ini, mereka mungkin tampak tenang dan semua hal dalam hidupnya terlihat lancar. Padahal kenyataannya, mereka dengan panik berusaha untuk mengikuti arus dan tetap bertahan. 

Nah, kondisi ini disebut duck syndrome. Namun ia belum masuk dalam kategori masalah kesehatan mental. Namun, “mengayuh dengan panik” sambil mempertahankan sikap luar yang tampak tenang bisa jadi kondisi yang sangat nyata untuk sebagian orang.  

Apa Itu Duck Syndrome?

Kondisi ini sering disebut Stanford Duck Syndrome karena istilah tersebut diduga telah diciptakan di Stanford University. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan mahasiswa yang memberikan kesan tenang, padahal sedang panik berusaha memenuhi tuntutan hidup. 

Mereka mungkin memberi tekanan pada diri mereka sendiri untuk berhasil atau merasa bahwa mereka harus memenuhi ekspektasi yang tinggi. Kondisi ini terjadi ketika seseorang mencoba dan menciptakan ilusi kehidupan yang sempurna, tetapi diam-diam bekerja keras untuk menjaga semuanya tetap terkendali.

Jika kamu mengidapnya,kamu mungkin takut dengan apa yang akan dipikirkan orang lain jika mereka mengetahui bahwa hidup kamu tidak sempurna. Kamu mungkin merasa bahwa tidak ada yang bisa memahami apa yang kamu alami.

Gejala Duck Syndrome

Meskipun ia belum masuk dalam klasifikasi penyakit mental, ada gejala yang mungkin dirasakan seseorang ketika mereka mengalami stres yang luar biasa. Namun di saat yang sama mencoba untuk memasang wajah tenang, seolah segalanya sempurna dan mudah. 

Beberapa gejala yang mungkin dialami adalah:

  • Merasa kewalahan atau seperti semuanya ada di luar kendali.
  • Kesulitan menenangkan pikiran.
  • Merasa buruk tentang diri sendiri, kesepian, atau membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan percaya bahwa orang lain lebih baik.
  • Merasa gugup.
  • Gejala fisik termasuk energi rendah, sulit tidur, ketegangan otot, mual, atau mulut kering.
  • Gejala kognitif seperti terus-menerus khawatir, pelupa, pikiran berlomba, kesulitan fokus, dan penilaian yang buruk.
  • Perubahan perilaku termasuk perubahan nafsu makan, suka menunda-nunda, atau perilaku gugup seperti gelisah atau menggigit kuku.

Mengatasi Duck Syndrome

Depresi dan kecemasan dapat terjadi sebagai akibat duck syndrome. Karena itu, mengelola gejala yang muncul mungkin paling baik ditangani dengan metode serupa untuk mengobati depresi dan kecemasan, seperti:

1. Terapi

Menjalagi psikoterapi dapat membantu kamu mendapatkan perawatan dan menemukan orang untuk membimbing kamu mengatasinya. Selain itu, jika kamu merasa seolah-olah tuntutan hidup terlalu banyak, terapi dapat membantu kamu merasa lebih rileks dan bahagia. 

Menemukan terapis yang tepat sangat penting untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan dan butuhkan dari terapi. Selama sesi, terapis dapat menjelaskan bagaimana perawatan dapat membantu.

2. Pengobatan

Obat untuk kecemasan dan depresi mungkin menjadi bagian dari pengelolaan gangguan mental ini, dan gejalanya mungkin tumpang tindih dengan kondisi ini.

Obat antidepresan atau anti-kecemasan dapat membantu meringankan gejala yang terkait dengan kondisi ini. Jika kamu merasa butuh minum obat untuk mengatasi gejala, pastikan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Dokter mungkin menyarankan pengobatan dan menjelaskan manfaat dan efek sampingnya.

Itulah pembahasan mengenai duck syndrome, yang bisa terjadi pada siapa saja. Jika kamu mengalami gejalanya, download Halodoc saja untuk membuat janji rumah sakit dengan psikolog atau psikiater.

Referensi:
Psych Central. Diakses pada 2022. Understanding Duck Syndrome.
Better Help. Diakses pada 2022. What Is Duck Syndrome & Are You Suffering From It?