Terlalu Sering Kencing, Kapan Sebaiknya Hubungi Dokter?
Halodoc, Jakarta – Saat kamu mengonsumsi air putih secara teratur merupakan hal yang sangat normal ketika kamu mengalami frekuensi buang air kecil (BAK) yang meningkat. Normalnya, setiap orang akan BAK sebanyak 4-7 kali sebanyak 1-1,8 liter. Namun, peningkatan frekuensi BAK yang tidak diimbangi dengan pengonsumsian air putih ternyata perlu diperhatikan.
Baca juga: Terlalu Sering Kencing, Indikasi Tubuh Tidak Sehat?
Meningkatkan frekuensi BAK terkadang juga membuat tidak nyaman apalagi jika terjadi pada malam hari. Bisa saja hal tersebut menjadi tanda dari gangguan kesehatan tertentu. Lantas, kapan waktu terbaik untuk memeriksakan diri ke dokter? Ini ulasannya.
Penyebab Peningkatan Frekuensi Buang Air Kecil
Buang air kecil adalah proses alami yang terjadi pada tubuh untuk membuang cairan limbah. Urine mengandung air, asam urat, urea, dan racun yang tidak diperlukan oleh tubuh. Mengalami peningkatan frekuensi BAK tidak sama dengan inkontinensia urine.
Peningkatan frekuensi BAK menyebabkan seseorang harus lebih sering mengunjungi kamar mandi. Sedangkan, inkontinensia urine terjadi ketika adanya ketidakmampuan untuk mengontrol keinginan untuk BAK.
Tentunya, peningkatan frekuensi BAK yang dialami menyebabkan beberapa dampak pada pengidapnya, seperti terganggunya aktivitas sehari-hari, mengalami gangguan tidur, hingga merasa tidak nyaman.
Normalnya, dalam waktu 24 jam, seseorang biasanya BAK setiap 6-7 kali. Melansir Medical News Today, seseorang dikatakan mengalami peningkatan frekuensi BAK ketika mengalami lebih dari 7 kali BAK selama 24 jam dan hanya mengonsumsi cairan sekitar 2 liter.
Waktu Terbaik untuk Menghubungi Dokter
Penyebab peningkatan frekuensi BAK akan berbeda pada setiap orang. Namun, kamu wajib waspada apabila terjadi gejala lainnya yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Melansir dari Mayo Clinic, segera periksakan kesehatan diri ke rumah sakit terdekat jika peningkatan frekuensi BAK disertai dengan gejala, seperti:
- Munculnya darah bersama dengan urine.
- Urine yang muncul berwarna cokelat tua atau merah.
- Mengalami nyeri saat BAK.
- Mengalami nyeri pada area selangkangan dan perut bawah ketika BAK.
- Mengalami kesulitan saat mengeluarkan urine dan urine terasa masih tersisa.
- Kehilangan kontrol kandung kemih.
- Alami demam.
Tentunya, gejala yang dialami menjadi tanda adanya gangguan pada kandung kemih sehingga perlu penanganan tim medis lebih lanjut untuk menghindari komplikasi yang mungkin dialami. Atau kamu bisa menghubungi dokter melalui aplikasi Halodoc terlebih dulu, kapan saja dan di mana saja.
Baca juga: Bagaimana Cara Mendiagnosis Kandung Kemih Overaktif?
Waspada Penyakit Ini Dibalik Peningkatan Frekuensi BAK
Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan penyebab peningkatan frekuensi BAK. Melansir dari Web MD, berdasarkan pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami tim medis akan menentukan pemeriksaan lanjutan yang bisa dilakukan, seperti urinalysis, cystometry, cystoscopy, neurological test, dan USG.
Pemeriksaan ini memastikan adanya gangguan kesehatan yang mungkin menyebabkan kamu alami peningkatan frekuensi BAK. Berikut ini gangguan kesehatan yang menyebabkan peningkatan frekuensi BAK, yaitu:
- Infeksi saluran kemih;
- Kandung kemih yang terlalu aktif;
- Alami gangguan pada ginjal;
- Kehamilan;
- Diabetes;
- Gangguan prostat;
- Gangguan kesehatan pada saraf;
- Peradangan pada usus besar;
- Gangguan kesehatan mental.
Baca juga: Sering BAK, Mungkinkah Kandung Kemih Overaktif?
Itulah gangguan kesehatan yang perlu diwaspadai dengan adanya peningkatan frekuensi urine. Pengobatan dilakukan sesuai penyebab yang kamu alami agar kondisi ini tidak semakin parah.